Bab 8

9.6K 974 72
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan telatennya Taehyung mengobati luka Jungkook pada kepalanya, tidak terlalu parah memang namun membuat Taehyung khawatir karena permainannya belumlah mencapai klimaks. Ia ingin Jungkook merasakan apa yang ia rasakan setelah dirinya menahan diri dari rasa dendam yang menggebu-gebu terhadap Jungkook.

Akhir-akhir ini pun Jungkook cukup pendiam, tidak selalu menanggapi pertanyaan Taehyung yang menjadikan dirinya trauma atas hal segalanya. Semuanya terasa mimpi ketika Taehyung benar-benar mencelakainya dengan meremas perutnya itu. Namun ketika dirinya berbicara jujur bahwa Jungkook bilang bahwa Taehyung berusaha untuk membunuh anak di perut Jungkook namun naasnya Mama Kim tidak tinggal diam untuk memaki Jungkook dan menyiksanya habis-habisan.

Jika hidup Jungkook hanya untuk disiksa, ia lebih baik diam dan menerima itu semua. Dirinya sebagai calon orangtua hanya bisa melindungi anaknya dari marabahaya. Karena firasatnya selalu buruk ketika Taehyung mendekatinya dengan tatapan yang berbeda.

Entah kurun waktu yang berapa lama, Jungkook berusaha untuk tidak memedulikan Taehyung sebagai suaminya, toh ... ada Nayeon sebagai istri Taehyung yang layak melayani Taehyung lebih baik dari dirinya. Dan juga ... Mama Kim berusaha untuk mencegah Jungkook untuk bersetuhan dengan Taehyung kala kerabat kerja Taehyung mampir ke rumah untuk bertemu secara alur pertemanan bisnis.

Jungkook cukup kuat untuk menghadapi itu semua, hanya saja—orang-orang sekitar membicarakannya bahwa dirinya gila dan tertekan dengan rumah tangga tidak sehatnya yang hanya orang dalam saja yang tahu. Dulu, Jungkook sering berbicang-bincang dengan para asisten rumah tangga, sayangnya .. mereka berubah membencinya dengan perkataan cibiran yang menyakitkan.

Taehyung sebagai suami berusaha untuk menguatkan Jungkook, memberikan segala bentuk kasih sayang yang tak ada duanya. Ia akan memeluk Jungkook lebih erat lagi ketika menangis, akan memberikan kecupan hangat pada perutnya dan tak lupa memberikan kehangatan yang selalu Jungkook dapatkan dari dulu, maksudnya ... dari Taehyung. Sayang seribu sayang ... rasa ketakutan Jungkook terhadap Taehyung masihlah ada.

"Sayang ... kita makan sekarang, ya?" Bubur hangat yang sudah disediakan oleh Taehyung di atas nakas ia sodorkan pada Jungkook, ia berusaha untuk menyuapi Jungkook yang belum makan selama dua hari yang lalu. Jungkook hanya minum tanpa makan sedikitpun.

Taehyung menghela napasnya berat, dirinya tak bisa berkata lebih untuk bisa menyadarkan Jungkook bahwa dirinya akan selalu ada untuk menjadikan Jungkook sebagai target dendamnya.

"A~ Jungkook ...," Jungkook membuka mulutnya perlahan dan mengunyah bubur itu yang terasa pahit di mulut. Bibirnya terasa perih ketika bersentuhan dengan bubur yang masih cukup panas, namun ia berusaha untuk tidak meringis karena ia takut bahwa Taehyung akan mengkhawatirkan dirinya lebih dari ini.

Usapan hangat pada pipinya terasa lembut dan hangat. Taehyung menangkup pipinya sebelah dengan senyuman yang benar-benar membuatnya tak bisa berpaling lagi dengan lelaki lain.

"Jangan dengarkan orang lain, aku selalu bersamamu," Taehyung berucap setenang mungkin meski dalam hatinya ia ingin membunuh Jungkook detik itu juga. Ia kembali menyuapi Jungkook dengan telatennya sampai bubur yang disediakannya itu habis.

Susu khusus untuk Jungkook ia berikan padanya, dan Jungkook mengambilnya dengan baik dengan tegukan-tegukan yang sangat melezatkan. Taehyung menyeringai penuh di sana, karena ia tahu apa yang ada di dalam susu itu. Ia telah mencampurkan obat penggugur kandungan yang berdosis tinggi dan jikalau itu tak mendapatkan pertolongan pertama, Jungkook akan merasakan kesakitan sampai dirinya melahirkan.

Taehyung bahagia. Sangat bahagia. []

Painful ㅡ TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang