FLASHBACK; 2

8.1K 815 49
                                    

;



  🍁 


Sebuah rintihan demi rintihan takkan pernah terdengar oleh siapapun, seolah Tuhan dan semesta tengah menghukumnya untuk meluruhkan semua dosa-dosanya yang telah ia perbuat.

Demi Tuhan napasnya kini bukan hanya terasa sesak namun aliran pernapasannya telah rusak karena pembuluh darahnya pecah di dalam tubuhnya yang mengakibatkan jalur pernapasannya terhenti-henti.

Air mata menjadi saksi bahwa ia menderita namun seolah dirinya kuat melebihi apapun. Bayangan demi bayangan tentang masa lalu yang tak pernah hilang, dan juga selalu teringat ketika dirinya melakukan kebejatan sesuai rencananya. Ia tahu bahwa ini adalah karma untuknya.

Ruangan gelap dan udara ventilasi yang sangat minim menjadi sebuah tempat yang cocok untuk menyadarkan dirinya bahwa ia adalah makhluk lemah, tubuhnya yang remuk akibat perkelahian belumlah sembuh apalagi ditangani oleh pihak medis pun tidak. Ia menangis sembari terdiam dengan segala kepiluan yang ada. Tangannya mengepal demi untuk menahan rasa sakitnya yang teramat sangat, urat-uratnya menonjol kemudian dirinya kembali terbatuk-batuk dengan cairan darah keluar dari mulutnya. Ia marah dengan kelemahannya.

Sebuah cahaya begitu menderang menyilaukan matanya yang sempat terpejam beberapa saat, ia terkejut ketika dwinetranya begitu melihat dengan jelas bahwa sosok yang selalu melindunginya mendatanginya dengan sepatu mewahnya. Tentu saja, itu adalah Kakaknya.

Sang Kakak menghampirinya kemudian berjongkok dengan tatapan tajam yang membara, ia tahu bahwa sang Kakak telah membencinya dari dulu karena sikap kesombongannya dan dendamnya yang telah berakar dari dulu.

"Sebenarnya, aku tak sudi mendatangimu kesini lagi, Taehyung. Tapi sang pujaan hatiku memintaku untuk membawamu kesana."

"A-aku tak sudi." Taehyun tak bisa untuk tak terkejut dengan jawabanTaehyung yang menjengkelkan untuknya, adiknya benar-benar keras kepala dan egonya melebihi apapun. Ego Taehyung mungkin setara dengan Raja Fir'aun si penghuni neraka.

"Demi anakmu?" ia memancing Taehyung dengan sebelah alisnya mencuat dengan jelas, karena Taehyun lelah untuk menghajar Taehyung agar menyadari sikap bodohnya yang benar-benar kelewat keparat.

"Jika kau tak mau, baiklah. Tapi jangan harap—" Taehyun mendekatkan mulutnya tepat pada telinga Taehyung untuk menggertak hatinya agar sadar dengan sikap sombongnya, "—anakmu jatuh ke tanganmu. Dia akan menjadi milikku!" Senyumnya miring menyeringai dan Taehyung baru kali ini melihat wajah sang kakak terasa menyeramkan melebihi apapun. Taehyun bangkit dengan angkuhnya, ia menatap Taehyung dengan dagunya sedikit ke atas, dan Taehyun tahu kelemahan Taehyung adalah ia tak mampu melihat miliknya diklaim oleh siapapun. Meski Taehyung melakukan kebejatan padanya.

"Jangan bermain-main padaku, Taehyun!"

Taehyun mendecih, meremehkan perkataan Taehyung dengan entengnya. "Buktikan. Buktikan padaku bahwa kau menyayangi anakmu. Karena saat ini Jungkook sedang melakukan operasi cecar."

"A-apa?"

"Kenapa? Terkejut?" Taehyun berjalan mengelilingi tubuh Taehyung yang lemah, bau amis darah masih menyeruak di sekitar sana, kelemahan tubuh Taehyung sangatlah nampak namun bukan karena dirinya melainkan Taehyung sendiri menyiksa tubuhnya. Taehyung memang suka menyiksa dirinya sendiri ketika ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya.

"Aku tahu kau mengkhawatirkan Jungkook. Aku tak bodoh, Taehyung. Aku adalah kakakmu, jadi jangan coba-coba membodohiku. Sekarang kau pilih, anakmu ada di tanganku atau kau datang menemui Jungkook?"

"Hyung—"

"Pilih, Taehyung. Waktuku tak banyak."

"T-tapi aku tak bisa." Setelah itu Taehyung tak sadarkan diri dengan hembusan napasnya yang lemah.



;



Semuanya berbeda kala membuka netra pada tembok putih yang sangatlah bau dengan obat-obatan dan para medis. Ia menatap lemah ke sekeliling bahwa apa yang dilihatnya tak salah, seingatnya dirinya masihlah di gudang namun ketika netranya melihat dirinya juga menggunakan baju khas rumah sakit Taehyung menyadari bahwa ia di sini karena kakaknya.

Tak berapa lama sang sosok yang tengah dipikirannya menghampirinya dengan raut wajah yang begitu mengkhawatirkan, kejelasan dan kepedihan begitu menyeruak sampai Taehyung merasakan apa yang dirasakan oleh Taehyun.

"Hyung—"

"Tae, kau sudah sadar?" Taehyung tersenyum lemah. Ingin beringsut pada kasurnya namun perutnya tiba-tiba keram dan rasa sakit yang amat sangat begitu menguliti di daerah sana.

"Di-di mana anakku?"

Taehyun menghela napas panjangnya, "Ibunya tak ditanyakan?"

"Hyung, di mana anakku!"

"Dia ada, selamat. Sekarang dia ada di ruang khusus tetapi—"

"A-apa?" Taehyung tahu bahwa kakaknya menyembunyikan segala hal yang tak ingin Taehyung dengar. Dengan begitu ia memilih memejamkan mata dengan segala kekuatannya.

"Anakmu buta, Tae. Dan—dan, lambungnya bocor." Suara Taehyun bergetar sembari menggigit bibirnya dengan erat, rasa hati sangatlah menohok di kala sang kakak benar-benar memberikan jawaban yang amat menyakitkan padanya.

Apalagi ...,"Jungkook koma, Tae." Sudah cukup, Taehyung ingin mati saja. []  

Painful ㅡ TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang