Jungkook menyeringai sembari menatap Taehyung dengan pandangan berbeda, dan Taehyung—menggeleng, tak menyangka. "Apa? Aku tahu kau ingin menggunakanku lagi, 'kan? Lalu membuangku, menertawaiku kembali, layaknya sampah. Iya, kan? Ayo, lakukan saja. karena aku memang pantas diperlakukan seperti itu, iya, 'kan, Kim Taehyung?"
"Demi Tuhan, aku tak pernah berpikiran seperti itu saat ini. Demi Tuhan, Jungkook—"
"LALU APA BRENGSEK? KAU MENGACAUKAN HARI-HARIKU LAGI SETELAH KAU MEMBUANGKU BEGITU SAJA! APA MAKSUDNYA INI, TAEHYUNG?" Jungkook berteriak begitu keras, sampai di mana Taehyung terkejut karena pada detik berikutnya mata bulat Jungkook benar-benar memerah dan dadanya naik turun dengan cepat, tetapi ada yang beda di sini, yaitu—Jungkook tak menangis. Saking Jungkook sudah lelah dengan kehidupannya.
Taehyung segera mendekap tubuh Jungkook dengan eratnya, memeluknya seolah-olah takut kehilangan, dan memang benar Taehyung tak ingin Jungkook pergi dari sisinya. Namun sayangnya, mereka berdua adalah pria, di mana pria memang kurang dalam hal perasaan dan mementingkan ego dan pikiran realistisnya, sehingga Jungkook melakukan perlawanan yaitu memukul Taehyung dengan bejatnya dan Taehyung pun sama egoisnya, ia tak melepaskan pelukannya itu meski rasanya tubuhnya itu semakin sakit detik demi detik.
Jungkook merasakan lelah, lelah dengan semuanya dan muak dengan sikap Taehyung yang seperti membuka pintu celah untuk kembali membuka halaman baru, entahlah ... tetapi itu yang Jungkook rasakan saat ini. Ia ingin menangis, namun air matanya telah kering, karena dirinya begitu uring-uringnya setelah mereka bercerai pada waktu itu. Dan kini? Taehyung membawanya pergi tanpa alasan dan entah di mana dirinya saat ini. Benar, ia sudah muak.
Namun ada kalanya memang sifat Jungkook yang sebenarnya, ia terlalu gampang luluh dan gampang memaafkan, perlakuan Taehyung yang memberikan elusan dan ketenangan membuat hati Jungkook bersemayam dengan tenang dan nyaman. Seolah mereka tengah membuka lembaran baru bagi kehidupan barunya.
"Maaf, ini untuk kebaikan dirimu juga, Jungkook. Aku akan menjelaskannya nanti dan tentunya aku akan menjelaskan kepada suamimu." Rasanya Jungkook ingin menangis, karena dengan hati yang paling dalam dan paling terbodoh di sejagat raya cerita kehidupannya, ia sangat-sangat masih berharap Taehyung kembali meminangnya, memberikan kebahagiaan yang sebenarnya seperti apa yang dipikirannya. Namun—mungkin Tuhan enggan untuk melakukan hal itu.
Jungkook terdiam tanpa membalas apapun, ia memberikan ruang napasnya untuk menghirup aroma Taehyung yang sejak lama ia rindukan. Terlihat bodoh memang, namun ternyata hati tak bisa membohongi perasaannya, bahwa ia benar-benar masih merasakan perasaan pada Taehyung meskipun ia tahu bahwa ia telah dilecehkan, tak dihargai oleh pria di depannya.
Setelah dirasa tenang, Taehyung melepaskan pelukan mereka, meski yang sebenarnya hanya Taehyunglah yang memeluknya dan Jungkook merespon dengan bringasnya yaitu dengan cara memukul tubuhnya bertubi-tubi. Ia menerimanya, meskipun tubuhnya terasa sakit. "Apa kau tidur nyenyak, Jungkook?"
"Tidak ketika aku tahu kau dihadapanku saat ini." dinginnya menjawab.
"Maaf—"
Jungkook mendecih, "Basi." Ia menyingkirkan tubuh Taehyung dengan keras dan tubuh Taehyung oleng seketika, ia pergi begitu saja menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan mendinginkan kepalanya, dan sama sekali tak peduli melihat reaksi kecewa Taehyung yang sangat kentara.
Taehyung menatap pintu kamar mandi itu dengan lamat, dan selanjutnya ia menghela napas beratnya sembari mengusap wajahnya, jujur saja—Taehyung bingung harus melakukan apa. Namun pikirannya terpotong ketika tiba-tiba ponselnya bergetar ria, di saat itu juga hatinya semakin tertekan akan keadaan di mana sang sahabat brengseknya memberikan sebuah foto yang mana itu adalah foto dirinya tengah menyetubuhi Nayeon kala itu dengan beberapa wanita lainnya. Dan saat itu juga Yoongi memberikan sebuah artikel panas yaitu tentang dirinya yang bejat dan melakukan penggelepan dana perusahaan. Ia terkejut, dari mana itu berasal?
'Jangan keluar dari sarangmu, Kim Taehyung. Sebelum masalah ini kelar, oh ... aku pun telah memberitahukan Kakakmu itu, dan ia menyetujuinya meskipun awalnya ia memarahiku. Tolong sekali lagi untuk saat ini, jaga Jungkook untuk kesempatan terakhir kalinya.' Yoongi 03:45 AM.
***
Taehyung menunggu Jungkook di bawah, tepatnya di ruang makan untuk sarapan pagi bersama namun sejak satu jam yang lalu Jungkook tak keluar sama sekali dari kamarnya. Ia ragu untuk masuk kesana, bukan tidak mungkin Jungkook akan memandangnya jijik dan benci, dan Taehyung masihlah takut dengan tatapan Jungkook beserta kata-kata menusuknya.
Seingatnya, Jungkook adalah orang yang gampang sakit karena hal sepele. Jadi, ia memaksakan diri untuk menemui Jungkook di kamarnya. Ia berjalan perlahan dengan penuh keraguan, tak mungkin Taehyung menculik Jungkook tanpa alasan dan tanpa merawatnya. Ia ingin memperbaiki semuanya. "Jungkook, apa kau di sana?"
Jungkook terkejut bukan main, ia segera menyembunyikan benda-benda kesayangannya yang selalu ditaruh pada saku celananya karena benda itu cukup kecil untuk dibawa kemana pun. Gugup rasanya ketika cairan merahnya membasahi lantai, buru-buru ia mengelapnya dengan cepat menggunakan sprei tanpa berpikir apapun untuk ke depannya. "Jungkook?" Taehyung terus mengetuk pintu dengan kencang, seolah pria itu benar-benar penasaran apa yang tengah ia lakukan, lantas Jungkook ingin bersembunyi namun ia merubah pikirannya untuk mengabaikan Taehyung dengan tatapan dinginnya dan hatinya yang membeku.
"Jungkook?"
CEKLEK
Pintu terbuka begitu saja memperlihatkan sesosok makhluk yang kentara sempurna yaitu Kim Taehyung berdiri di ambang sana dan sangatlah tampan. Sayangnya, Jungkook tak memandangnya, ia lebih memilih pemandangan hijau, saking hijaunya ia merasakan atsmosfir kelam.
"Jungkook, ayo kita makan bersama. Aku takut kau sakit,"
Jungkook memalingkan mukanya menuju Taehyung, sorot matanya begitu dingin dan kentara bukan Jungkook yang sebenarnya, ia seperti berbeda. Namun ada yang janggal di sini, "Seberapa peduli kau kepadaku?" jawabnya singkat. Taehyung mengernyit setelahnya, mendengar pertanyaan Jungkook yang terdengar rancu untuk didengar. "Apa maksudmu, Jungkook? Aku peduli padamu, sungguh. Meski aku tahu aku pernah dan berkali-kali menyakitimu, tapi jujur aku peduli padamu dan—dan——"
"Benarkah?"
"Jungkook, kita sudah membahas ini beberapa jam yang lalu, 'kan? Aku tak ingin menyakitimu lagi, mengertilah...."
"Lalu ini apa, Kim Taehyung?"
BRUKK
Sebuah buku tebal Jungkook lemparkan tepat di wajah Taehyung, di mana itu adalah buku masa kelamnya yang menyakitkan, dan nama Jungkook memang terpampang nyata di sana beserta foto Jungkook yang dicorat-coret oleh darah yang telah mongering dan memiliki tulisan sumpah serapah untuk Jungkook. "Jangan salah paham, Jungkook?"
"Itu sebabnya, aku tak lagi percaya lagi padamu. Kau—pecundang, kau rusak, kau—manusia iblis, Taehyung! Aku baru tahu bahwa kau lebih-lebih bejat yang aku kira!"
Taehyung menunduk, tubuhnya bergetar ketika masa kelamnya tiba-tiba berputar begitu saja, dadanya semakin sesak. Ternyata membawa Jungkook ke rumah lamanya bukanlah solusi baik, Jungkook memiliki peluang tinggi untuk mengetahui masa kelamnya dan rahasia lainnya. "Aku baru tahu kau menyembunyikan ini semua, Taehyung. Kau menyalahkanku atas takdir yang kau alami, tapi ternyata kau adalah orang yang pertama kali menghancurkan hidupku. Keluargaku! Ingat, Taehyung, keluargaku!" Jungkook menggeleng-geleng tak percaya, dadanya sesak untuk mengingat bagaimana kehidupannya yang tak pernah ada bentuk kasih sayang dari keluarganya, karena dirinya dibesarkan oleh panti asuhan dan itu bermula dari keluarga Taehyung yang sangat-sangat iri pada keluarga Jungkook sebelum mereka berdua lahir.
Ya, keirian itulah yang membuat dirinya dan keluarganya buta akan nurani. []
MAU UP LAGI GAK? J AYO KOMEN KOMEN KOMEN! EHE.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful ㅡ Taekook
Teen FictionKisah cinta suci seorang Jeon Jungkook kepada sang suami tercinta. Start from : 04 November 2018 ㅡ ? PG - 17 (AMAN) | SAD STORY | Genre akan berubah