Bab 21

6.5K 595 28
                                    

Hai!

.

.

.


Menunggu keajaiban bukanlah perkara yang mudah, dunia tidak berpihak padanya kali ini bahkan semakin menyakitkan dikala berita yang sangat ia hindari ketika satu-satunya harta telah hilang dalam genggamannya.

Anaknya meninggal sesuai keinginannya terdahulu, namun untuk saat ini ia menyesal, hatinya menciut sakit ketika mendengar penuturan asli dari dokter yang selalu menjaga anaknya, memberikan fasilitas terbaik untuk anaknya, dan sayangnya sang Kakak malah bungkam tak berbicara—siapa dalang yang bisa-bisanya membunuh anaknya yang tengah melemah dan tak tahu apa-apa. Yang jelas, sang Kakak hanya mengendikkan bahunya acuh, seolah ini adalah masalah sepele.

Jungkook, masihlah termangu di atas kasur. Ia bingung bagaimana caranya membuka obrolan mereka ketika Jungkook telah membuka matanya untuk tiga bulan terakhir yang sampai saat ini belumlah sadar.

Rindu yang membelenggu hatinya terus meresap sampai Taehyung tak bisa menyatukan kendali dari pikirannya sendiri bahkan hatinya kacau balau, ia tak sanggup Jungkook bersedih lagi dan lantas melakukan hal-hal yang membuat Jungkook terluka. Cukup bulan-bulan kemarin adalah hal terakhir kepahitan yang menimpa keluarganya, tak ada lagi rasa sakit, Taehyung sangat memohon kepada Tuhan.

Ia menggenggam tangan Jungkook yang sehangat matahari pagi, Taehyung berupaya tersenyum untuk mengendalikan rasa sedihnya, wajahnya yang polos dan damai seketika membuat dirinya teringat apa saja yang pernah dilakukan untuknya. Taehyung mengusap pipi tirus milik Jungkook lalu mengecup keningnya dengan kehangatan dan ketulusan hatinya.

"Bangunlah, Sayang ...," Taehyung memanggil halus sang suryanya, naasnya tak ada jawaban pasti yang benar-benar membuat hatinya lega. Jungkook masihlah terdiam membisu; menikmati tidurnya yang entah mungkin bermimpi lebih indah dan sangat bahagia dari pada hidup di dunianya.

Taehyung memeluk Jungkook, menyembunyikan tangisnya yang hancur lebur meski tanpa suara namun berhasil membasahi baju Jungkook, ia menangis meratapi nasibnya yang amat runyam, anaknya, Jungkook-nya, serasa menghilang digenggamannya. Bahu Taehyung bergetar hebat, napasnya memburu tak karuan, rasa sakit itu semakin menjalar ke ulu hatinya. Dan entah sampai kapan, rasa sakit ini akan berakhir.

Jari manis bergerak halus menggelitiki dada Taehyung yang sempat menghimpitnya, Taehyung terperanjat kaget dan melepas pelukannya, ia buru-buru menghapus air matanya yang berhasil membasahi wajahnya. Tuhan saat ini benar-benar mengabulkan doanya, kelopak mata Jungkook terbuka perlahan.

"Jungkook ...," Taehyung memanggilnya lirih, buru-buru ia memanggil dokter lewat tombol khusus, dan tak menunggu lama dokter khusus yang menjaga Jungkook dan dua suster menghampiri kamarnya.

"Ada apa, Taehyung?" terlihat rasa panik yang menjalar pada raut wajah sang dokter yang sudah lama menjaga Jungkook di bangsal rumah sakit ini, ia khawatir Jungkook kenapa-napa dan malah drop total.

"Dokter, jari Jungkook bergerak, dok." Gugup sudah, Taehyung menjelaskannya dengan bahagia. Bukan karena apa, Taehyung lelah menunggu kemajuan Jungkook yang nyaris tak ada harapan, Jungkook terlalu betah dengan kehidupan mimpinya ketimbang di dunia bersamanya.

"Biar aku cek dulu," Lantas dokter segera memeriksa Jungkook, memeriksa nadinya yang berdetak normal, jantungnya juga sudah berdetak dengan normal dan baik yang akhir-akhir kemarin sempat mengalami kekacauan dan entah kenapa detak jantung Jungkook sempat berdetak dengan cepat dan tak sesuai, dan kali ini lagi-lagi doa Taehyung terkabul, detak jantung Jungkook normal disertai kornea mata Jungkook sudah bereaksi menangkap cahaya yang disoroti dari senter khusus.

Painful ㅡ TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang