Bab 30

5K 412 53
                                    

Mereka tertawa, menertawakan wajah masing-masing yang penuh dengan tepung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka tertawa, menertawakan wajah masing-masing yang penuh dengan tepung. Di bawah sana pun ada seekor anjing yang menggonggong gembira setelah sekian lama tuannya murung dan penuh dengan tatapan benci pada suatu hal, anjing pun memang memiliki perasaan terhadap tuannya yang selalu memberikan dirinya makan dan kebutuhan dirinya.

Mereka berdua terus menerus melemparkan tepung pada wajah masing-masing, tertawa terbahak-bahak seolah-olah dunia hanya milik berdua. Dan ketika Jungkook tertawa lepas, Taehyung benar-benar tak ingin melepaskan Jungkook sejengkalpun, ia merengkuh Jungkook untuk menangkapnya dan menyimpannya pada dekapannya. "Aku mencintaimu, Jungkook." Sosok suryanya tersenyum lembut sembari menangkup wajah Taehyung yang telah dipenuhi oleh rambut-rambut pada dagunya yang lancip, terlihat semakin manly dan tampan.

Jungkook mengecupi tempat di mana rambut-rambut dagu itu berada, sensasi nikmat yang berhasil menggelitik bibirnya membuat dirinya candu setengah mati. Apa yang ada di tubuh Taehyung, Jungkook selalu suka dan berubah menjadi cinta.

Taehyung tersenyum sembari merengkuh pinggangnya dengan erat, dan Jungkook mengalungkan tangannya pada sisian bahunya. Meski tinggi mereka hanya berbeda satu senti, namun Jungkook cukup susah untuk mengimbangi karena Taehyung bukan hanya merengkuh dirinya tetapi ia juga menggelitik pinggangnya secara sadar. Taehyung dan Jungkook tertawa bersama-sama, sampai di mana dunia begitu cerah untuk kali pertama yang mereka rasakan. Dan ketika di mana Taehyung kembali membawa Jungkook ke titik kenyamanan, Jungkook dan Taehyung terdiam. Memandang netra masing-masing yang seindah jelaga, rindu mereka tersalurkan detik itu juga. Taehyung mendekatkan diri pada wajah Jungkook, ingin menyentuh kembali bibirnya yang lembab dan merah merona, ingin merasakan lagi bagaimana teksturnya yang kenyal dan lembut. Semuanya hanya ada di diri Jungkook, tidak ada yang lain. Ketika Jungkook pun mendekatkan diri pada Taehyung, bibir mereka bertemu, dengan hidung mereka bergesekan perlahan. Kernyitan dahi terpampang di sana, di saat Taehyung sang dominan mencari titik ternikmat pada rasa bibir Jungkook.



BRAKK



"Jungkook?!" Sesosok pria jangkung berdiri di sana dengan raut wajah kecewanya, memandang Taehyung dan Jungkook yang tengah menikmati kebersamaannya bersama ciuman mesra mereka. Di sana Taehyun berdiri dengan amarah dan sekaligus kecewa melihat adegan mereka berdua, Taehyun tak menyangka bahwa Jungkook akan segera merasa nyaman dengan Taehyung meski Taehyung telah berkali-kali mengkhianatinya sampai titik terdalam, dia? Sangat-sangat bersusah payah mencari perhatian Jungkook untuk tak selalu memikirkan Taehyung barang sedetikpun.

"Taehyun Hyung ...,"

"Ayo, kita pulang Jungkook!" Taehyun segera menyeret Jungkook dengan kasar, sehingga genggaman Taehyung yang erat itu pun terlepas begitu saja. "Ayo, cepat!" Jungkook menggeleng sembari meringis pelan, tangannya begitu kebas dan sakit karena kekuatan Taehyun tak main-main layaknya seperti Taehyung yang sedang marah.

"Hyung, lepas! Tanganku sakit sekali—"

"Dasar bengal! Ayo kita pulang, Jungkook! Di sini bukan rumahmu!"

Taehyung—si pemilik rumah—bingung untuk menghadapi situasi ini seperti apa, yang jelas dirinya juga tak tahu bagaimana untuk melerai mereka. Ia tak tega melihat Jungkook yang bersikeras untuk tak pergi, sedangkan Kakaknya memaksanya dengan menyiksa tangannya dengan kuat-kuat.

"Hyung, hentikan! Tangan Jungkook kesakitan!" Taehyung segera melepaskan genggaman Taehyun yang sangat erat melebihi dirinya, tangan Jungkook sampai memerah padam dan terasa sakit di pergelangan tangannya. Jungkook segera memeluk Taehyung, bersembunyi di tubuhnya untuk tak diambil. "Hyung, jika kau ingin mengambil Jungkook, silahkan. Tidak ada yang salah, tapi—"

"Aku tak ingin pulang, Taehyung ...," cicit Jungkook takut.

"Tapi Jungkook, kau yang bilang beberapa hari yang lalu, kau ingin pulang, 'kan?" Jungkook menggeleng kuat, menolak pernyataan Taehyung meskipun itu adalah fakta. Saat itu memang Jungkook tengah benar-benar kalut pada permasalahannya, sehingga ketika menatap Taehyung rasanya muak sekali sekaligus ingin muntah.

Taehyung menghela napas, "Hyung, mintalah dengan secara baik-baik." Ia memandang sang Kakak dengan teduh agar amarahnya turun sedikit demi sedikit.

"Terserahku, dia itu istriku, Taehyung—dan kalian malah melakukan hal-hal yang tidak senonoh!"

"Tapi aku tidak pernah menikah denganmu, Hyung. Aku bukan pendampingmu!" Penjelasan Jungkook membuat mata Taehyung membelalak kaget, begitu tiba-tiba dan tidak bisa dipercaya. Taehyun—sang kakak Taehyung—mengepalkan tangannya, menahan emosi yang benar-benar sampai ke ubun-ubunnya. Ia tak menyangka bahwa Jungkook akan membeberkan rahasia mereka yang telah tertutup sekian lama.

"Hyung, apa itu benar? Jungkook apa itu benar?" sesungguhnya, demi apapun, Jungkook sangatlah menyesal telah mengatakan hal tadi, secara langsung ia menyakiti hati Taehyun—kakak Taehyung—dan kini ia merasa lebih bodoh dari sebelumnya. Terpaksa, ia menganggukkan kepalanya sembari mengepalkan tangannya dengan erat. Taehyung menghela napas beratnya, ia tak menyangka. Sangat-sangat tak menyangka, begitukah? Lalu apalagi rahasia yang mereka sembunyikan di belakangnya?

Namun tiba-tiba Taehyun menghilang, meninggalkan mereka tanpa berpamitan dan tidak menjelaskan apapun. Bunyi pintu yang tertutup pun begitu kencang dengan emosi yang menggebu-gebu dari amarah Taehyun yang kecewa dengan penuturan Jungkook. Ia menyeka kasar wajahnya yang detik itu juga menitik air matanya dengan kepedihan, perjuangannya ternyata sia-sia.

Jungkook pun bersama Taehyung meneriaki namanya dengan keras sebelum mobil Taehyun itu beranjak pergi dengan cepat. "Hyung ... bagaimana ini? Taehyun Hyung pasti sangat kecewa padaku, dan—dan aku membodohimu juga," Taehyung tersenyum tipis kemudian tangannya mengelus kepalanya dengan lembut, memberikan kekuatan bahwa semuanya baik-baik saja. Lantas, dengan susah payah, ia mengantarkan Jungkook pada kamar mereka karena pada dasarnya Jungkook benar-benar cemas dengan keadaan saat ini. Hati Jungkook berfirasat buruk, entah apa itu.

Di dalam sana Jungkook menangisi kebodohannya, karena Taehyun—Kakak Taehyung—begitu memberikan perjuangan padanya, membangkitkan semangatnya sampai sekarang, sayangnya dia malah mengatakan hal yang tidak disukainya, ia menyesal. Sangat.

Berbeda dengan Taehyung, ia segera menghubungi Yoongi secepat kilat, memberitahukan untuk menjeda Taehyun agar tak melakukan apapun untuk sementara ini. Ia takut kejadian di masa lampau terulang kembali. Di mana Taehyun selalu ingin mengakhiri hidup karena menyerah dengan kehidupan yang terus tak adil padanya, tetapi terus saja dia masihlah hidup sembari menapaki tanah Tuhannya. "Hyung, lakukan sesuatu. Aku tak bisa keluar sekarang, bantu aku oke?"

"Berapa bayarannya?"

"Hyung, aku serius. Aku membutuhkan bantuanmu, soal uang akan kuberikan setelah misinya berhasil, bagaimana?" dan Yoongi memutuskan teleponnya secara sepihak, dan Taehyung menghela napasnya berat, susah memang berdiskusi dengan Yoongi. Namun setidaknya ia telah berusaha, 'kan?

Taehyung dengan cepat menghampiri Jungkook yang berada di kamar mereka, sayangnya terkunci dari dalam. Sebenarnya, ia bisa saja menggunakan kunci cadangan, namun Jungkook butuh istirahat dan butuh ketenangan lebih dalam. Namun tiba-tiba Yoongi memberikan messanger, dan ia segera membukanya sembari terkejut bukan main setelah semuanya lelah untuk membela waktu yang tersisa.







"Kakakmu meninggal, ada yang menaruh bom di mobilnya." []




AYOO KOMEN DONGGGGGG

Painful ㅡ TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang