Bab 6

10.6K 1K 319
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo! Ada yang kangen dengan fanfiction ini?

Mana suaranya?



***

Tangan mengepal dengan kuat sampai urat tangannya muncul dengan jelas, sisi gelas berhasil remuk dengan sendirinya dengan kekuatan yang ada. Karena sebuah emosi yang benar-benar melanda hatinya dan pikirannya.

Gemerlap malam dan suara musik yang menghentak-hentak sesuai tempo beatnya, aroma minuman beralkohol pun menjadi sebuah teman untuk malamnya kini. Tak ada ruang ketenangan, yang ada semakin runyam jika dipikirkan. Kini ia tak sendiri, ditemani dengan sosok sahabat yang sama-sama keparat dan tak mungkin bisa ia tak mengungkapkan semuanya. Ia muak dengan segalanya, rencananya hampir gagal dengan kebodohannya sendiri.

Sosok sahabat keparat hanya memandangnya jenuh, menguap beberapa kali bahwa masalahnya hanyalah upil sampah. Dan sialnya ia semakin emosi saja.

Entah sudah ke berapa kalinya ia minum, namun tak membuatnya mabuk dengan sendirinya, dan sialnya masalah yang menghujami pikirannya terus melayang-layang tak karuan. Ia butuh pelampiasan dan menghancurkan pikirannya yang semakin memberat sampai urat-urat lehernya menegang seketika.

Kim Taehyung muak dengan semuanya.

Yoongi selaku sahabat brengseknya hanya berdecak remeh melihat Taehyung bergeming namun sorot matanya penuh dengan kedendaman yang ada, kobaran api dalam hati Taehyung tercetak jelas namun tak membuat Yoongi takut, pasalnya Taehyung tak bisa melakukan hal apapun padanya.

"Jadi, kau akan melakukan hal apa selanjutnya, Taehyung?" ia sudah lelah menunggu Taehyung berbicara. Omong-omong Taehyung tak mengucapkan sepatah kata semenjak Taehyung mengajaknya ke bar langganan, hanya mengangguk atau pun menggeleng sebagai jawaban.

"Hancurkan dia." Dinginnya berkata. Lantas Yoongi menatapnya malas, tak sudi lagi mendengar jawaban Taehyung yang terlalu bertele-tele.

"Caranya?"



PRAK



Gelas yang dipegang Taehyung pecah seketika, Taehyung berhasil memecahkannya dengan tangan kanannya yang mengandalkan emosinya kini. Yoongi hanya bisa mendelikkan matanya tajam ketika tangan Taehyung berlumuran darah namun ekspresi Taehyung tak berubah, dingin dan penuh dendam.

"Apapun caranya aku akan menghancurkan Jungkook! Dia adalah biang keladi hancurnya hidupku selama ini." ucapan Taehyung berhasil membuat Yoongi merinding seketika, karena apa yang diucapkan Taehyung selalu benar-benar terlaksanakan dengan baik. Apalagi ini masalah dendam yang benar-benar melekat pada hatinya sejak lama.

"Taehyung ... jangan lupa Jungkook sedang hamil anakmu, kau—"

"Diam! Aku tak peduli dia hamil atau tidak, selagi aku mempunyai tangan aku akan menghacurkan janinnya dengan tanganku sendiri. Lelaki bangsat itu harus mati di tanganku. Dan ini saatnya aku akan melaksanakan puncak misiku, Yoongi."

Yoongi mengusap wajahnya gusar, mau tak mau ia juga harus ikut dengan rencana Taehyung, karena Yoongi sudah berjanji pada Taehyung bahwa ia akan mengikuti pergerakan perintah Taehyung. Semuanya, bersama sahabat karibnya juga yaitu Jung Hoseok.

"Lalu ibu palsumu dan istri kedua palsumu bagaimana?"

"Itu hal yang gampang, aku akan menyuruh mereka untuk menghilang detik itu juga. dengan uang aku bisa melakukan segalanya." Taehyung menyeringai dengan segala kesombongannya. Bibirnya melengkung menyeramkan tatkala matanya juga menajam dengan memperlihatkan rasa dendamnya yang menguar di dadanya.

"Tunggu saja, Jungkook akan hancur perlahan-lahan di tanganku,"



***



Jam menunjukkan pukul 04:00, masih pagi sekali untuk ukuran orang awam yang harus memulaikan aktifitas harinya yang mungkin cukup menyusahkan untuk sekarang. Ia meraba samping kasurnya yang tak ada siapa-siapa, hanya udara kosong yang mampu menyapanya di pagi yang sepi ini. Jungkook menyibak perlahan selimutnya dan memegang perutnya yang merasa tak enak akhir-akhir ini.

Segera Jungkook membasuh mukanya, dan melihat cermin yang menampilkan wajahnya yang kian tembeb. Ia meraba perut ratanya itu kemudian tersenyum manis memperlihatkan gigi kelincinya yang sering dipuji oleh suaminya tercinta.

Omong-omong ... kemana suaminya itu?

Jungkook tak tahu. Dan mungkin Taehyung sedang sibuk mengurus perusahaan.

Lantas Jungkook bergegas diri untuk membereskan kasurnya dengan cepat, namun sejenak lagi-lagi ia berpikir bahwa semalam tadi Taehyung tidur di mana? Padahal malam tadi mereka berdua masihlah bergelung nyaman dengan menceritakan masa depan yang sangat Jungkook nantikan. Namun Jungkook segera mengenyahkan pikiran itu untuk lebih cepat membereskan kasurnya.

Setelah itu, Jungkook pergi menuju dapur yang benar-benar terlihat sepi. Ia pun berniat untuk membuka kamar milik Nayeon dan Taehyung, namun naasnya mereka berdua tidak ada. Dan berakhir Jungkook memutuskan untuk mengecek kamar Mama Kim yang kerap kali selalu bangun di pagi hari sama seperti Jungkook, dan sayangnya juga ... Mama Kim tak ada.

Dan para asisten rumah tangga pun tak ada.

"Kemana mereka?" gumamnya pelan. Jungkook mengedikkan bahunya seolah tak peduli. Ia segera mencuci tangannya kemudian membersihkan beberapa sayur yang sudah tersedia di kulkas. Kali ini ia akan berusaha untuk menjauhkan makanan pedas dan berlemak dan memperbanyak sayuran dan buah-buahan untuk kesehatannya.

Ia tersenyum mana kala pikirannya melayang dengan senyuman Taehyung yang menawan, sampai di mana pipinya merona hebat untuk ke sekian kalinya. Padahal dirinya sudah berusaha untuk menahan gejolak cintanya yang semakin menggebu-gebu.

Tiba-tiba saja pinggangnya direngkuh hangat oleh sang tangan kekar pujaannya. Lagi-lagi Jungkook tersenyum manakala Taehyung mengecup tengkuknya lembut serta usapan lidah yang menggoda leher jenjangnya, "Jungkook ...,"

"Ya?"

Masih dengan posisi yang sama, Taehyung merengkuh Jungkook dengan erat. Tangan besar Taehyung menyibak pelan piyama lucu milik Jungkook dan mengelus perut rata Jungkook yang cukup keras. Ia mengusapnya perlahan sampai Jungkook bergidik geli sembari tersenyum merekah, "Jungkook ..., bisakah kau—"

Taehyung mendekatkan bibirnya tepat di telinga Jungkook dan membisikkannya perlahan sarat akan keintiman yang berarti, "—menggugurkan bayinya." []

Painful ㅡ TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang