Bab 10

10.3K 986 108
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, selamat hari minggu!


***


Pelukan erat bukanlah hal yang romantis untuk saat ini, karena Taehyung melakukan hal lain selain memeluk Jungkook yaitu mencabik perutnya berkali-kali sampai Jungkook tak bisa lagi berteriak lebih keras. Suaranya habis, bahkan keringat dingin menjadi saksi untuk dirinya yang tengah kesakitan di atas penyiksaan yang Taehyung berikan.

Taehyung menyumpal mulut Jungkook dengan gag ball, untuk pertama kalinya Jungkook diikat sangat kuat pada sisi ranjang dengan rantai layaknya tahanan kepolisian. Air mata mengucur bebas, sayangnya Taehyung tak menghentikkan aksinya untuk melakukan sesuatu.

Tak ada satu orang pun yang menolongnya, suasana Rumah Sakit tiba-tiba sepi dan seperti tak peduli dengan keadaan Jungkook. Seringaian Taehyung kerap kali tercetak bebas di sana, mengurut acak habis-habisan dan tak beraturan. Sekali lagi, dirinya merasakan cairan hangat yang mengalir deras pada kakinya. Jungkook terkejut bukan main, bayang-bayang dirinya melihat darah yang sangat banyak begitu berputar di kepalanya. Jungkook berusaha untuk melepaskan jeratannya namun semakin berusaha dirinya tak bisa lagi untuk bergerak.

"Mmmph ...," Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Jungkook. Dan Taehyung semakin gembira melihat reaksi Jungkook yang penuh raut kecemasan dan kesakitan. Dirinya tak habis pikir bahwa suaminya melakukan hal itu, mimpi itu ternyata nyata, bahwa Taehyung itu gila, jahat.

Taehyung tersenyum ketika dengan senangnya menyentuh darah yang mengucur bebas di kaki Jungkook, ia mengoleskan darah itu tepat pada pipi Jungkook. Lalu menjilatnya hangat penuh sensasi sensual sampai Jungkook menangis tersedu-sedu. Dadanya naik turun akibat kehabisan napas, Jungkook lemah tak bisa lagi memberontak dan Taehyung semakin mencengkram pipinya serta pinggangnya yang bergerak kesana-kemari.

Jungkook tak mau anaknya meninggal akibat ulah ayahnya sendiri.

Taehyung membuka gag ball itu sampai di mana air liur Jungkook mengucur bebas di sisi bibirnya, Taehyung melahapnya begitu rakus sembari mencium bibir plum Jungkook tanpa henti. Pemberontakan kembali di mulai dari Jungkook, namun Taehyung semakin mencengkram kuat leher Jungkook dan tak peduli bahwa Jungkook akan kehabisan napas.

"Taehyung ... cukup," suaranya begitu serak. Bahkan air matanya tak bisa memproduksi lagi seperti tadi. Mata Taehyung menggelap sudah, aroma menyengat dari darahpun menjadi sensasi yang menyegarkan untuk Taehyung. Karena ... mau bagaimana pun Taehyung ingin berusaha untuk menghancurkan janin di dalam perut Jungkook.

"Tunggu sampai janin brengsek itu mati, Jungkook!" dinginnya berkata. Jungkook menggeleng pelan di bawah kesedihan yang nyata. Ternyata benar dugaannya bahwa suaminya tak menginginkan dirinya untuk hamil. Padahal seingat Jungkook, Taehyung ingin sekali menginginkan bayi dari pernikahan mereka.

"Cukup Taehyung ... dia anakmu,"

"Anakku ataupun tidak, aku tak sudi. Aku sangat bahagia jika janin itu mati saat ini juga. Kau mencintai aku, 'kan, Jungkook?!"

"T-tapi ... bukan itu caranya. Tuhan akan melaknatmu, Tae—Arrgghh!" Taehyung meremas kembali perut Jungkook lebih keras lagi dari sebelumnya. Cairan hangat itu kembali mengucur bebas tanpa bisa Jungkook cegah. Rasanya mulas tiga kali lipat sebelumnya, perutnya berkedut-kedut kebas tak karuan, ia bukan merasakan rasa sakit lagi namun ini tak bisa dijelaskan oleh frasa bahasa.

"Tae—ugh,"


"Mati-mati! Ayo, mati!"


"Jangan—h,"

Lantas tanpa Taehyung duga, Jungkook menutupkan matanya untuk kesekian kalinya karena ulah brengseknya. Taehyung bukannya menyeringai seperti beberapa menit yang lalu, ekspresinya datar namun masih dibubuhi rasa mencekam. Ia segera membereskan segalanya, dan menutupi segala aksinya. Karena mau bagaimana pun dirinya masih mementingkan reputasinya.

Darah yang masih mengalir itu ia bersihkan secara perlahan, ia pun tak hanya membereskan kekacauan yang ada namun Taehyung pun membereskan baju Jungkook yang acak-acakkan dan tatanan rambut Jungkook yang telah kusut.

Namun netranya tak henti-hentinya memandang perut Jungkook, masih mengembung tipis layaknya ibu hamil pada umumnya. Deru napas Jungkook pun masih ada namun melemah, ia mengecup perut Jungkook dan mengelusnya hangat. "Maafkan ayah, kau bisa kembali ke dunia setelah ayah menyelesaikan dendam ini pada ibumu, baby ...,"



***



"Apa kau sudah gila, Taehyung? Kau membunuh anakmu sekaligus istrimu! Aku tak menyangka bahwa Kim Taehyung terkobar api dendam. Dia tak bersalah, Taehyung!"

"Diam, kau! Kau tak tahu apa-apa."

Pria itu mendecih tak suka, lantas meludahi lantai tepat di depan sepatu Taehyung. Ia mendekat pada Taehyung dengan kilatan yang tajam melebihi Taehyung, ia juga bisa melakukan hal lebih seperti Taehyung namun ia masih waras, dan tak terobsesi dengan pikiran iblis. "Jika kau tak mencintai dia lagi, Jungkook berhak menjadi istriku, Taehyung."

Taehyung tersenyum miring, mereka sama-sama tersulut emosi bebas. Taehyung mendongakkan wajahnya, menampilkan rahangnya yang tegas dan keras. "Tidak akan pernah bisa, Jungkook budakku!"

"Bangsat!"



BUGHH



"Mati kau, Taehyung!" Pria itu membebaskan pukulannya telak di rahang Taehyung, emosi di kepalanya dan hatinya tak bisa ia tahan lagi dengan baik. Perkataan Taehyung terlalu menyulut sisi warasnya dan dia tak suka itu. "Menyentuh dia lagi, kau akan mati, Taehyung!" Dia mencekik leher Taehyung dengan kuat sampai di mana Taehyung terbatuk-batuk dan kehabisan napas. Demi Tuhan, ia tak peduli dia mati dengan tangannya sendiri. Jungkook lebih berharga dari hal apapun.

"Seharusnya aku tahu rencana busukmu itu dari dulu. Aku menyesal Jungkook menikah denganmu, Taehyung!"

Meski Taehyung kehabisan napasnya, ia masih menyeringai iblis pada lelaki di hadapannya kini. Dan dia semakin mencengkram kuat pada leher Taehyung, menyumbat tenggorokannya dengan kekuatan yang ada.

"Ingat, Taehyung! Dia tidak bersalah!" Pria itu memukul rahang Taehyung sekali lagi, membuat rasanya tulang rahang Taehyung bergeser dengan kesakitan yang ada. Taehyung memuntahkan darahnya ke lantai putih, pria itu ternyata kini berubah melebihi dirinya.

"Tapi dia ... sudah—membuat orang tua kita ma—ti,"

"Tidak, brengsek! Bukan Jungkook! Bukan dia!"

"K-kau ... sudah dilemahkan oleh cinta, Taehyun ...,"

Semakin emosi semakin dirinya kalap, ia tak segan-segan menginjak tangan Taehyung kuat-kuat sampai dirinya mendengar bahwa tulang Taehyung retak. Masa bodoh dengan keadaan Taehyung yang akan sekarat nanti, namun demi Tuhan ... Jungkook segalanya untuknya.

"Dilemahkan cinta atau tidak, kau yang lebih bangsat dari pada si pembunuh itu, Taehyung! Ingat—" pria itu mencengkram kerah Taehyung kuat sampai kepala Taehyung terangkat beberapa puluh senti dari permukaan lantai, "—jika kau melakukan hal itu lagi, Jungkook akan aku ambil dari kehidupanmu. Dan aku tak segan-segan membunuhmu, Taehyung!"


"Bunuh aku, Taehyun ... itu, 'kan maumu? Bunuh aku, Jungkook akan bahagia di sampingmu ...," []

Painful ㅡ TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang