Part 16🌹

1.1K 51 11
                                    


Pagi harinya di rumah keluarga Jung sudah terlihat para pelayan sibuk menyiapkan sarapan. Hanna bangun pagi sekali dan ikut membantu para pelayan memasak didapur.

"Nona sangat baik sekali." puji pelayan yang kini memperhatikan Hanna mengiris bawang.

Hanna tersenyum "aigo, aku hanya membantu."

"Tapi Nona Hanna sangat berbeda sekali dengan Nona Nami. Andaikan Nona Hanna belum menikah mungkin Nona akan tinggal disini lagi."

"Apa kau bilang?!" pelayan tadi pucat pasi melihat Nami tiba-tiba muncul didapur masih dengan keadaan bangun tidur.

"Ah it.. Itu." pelayan itu tidak tau harus apa. Merasa ketakutan melihat tatapan tajam dari Nami.

"Mulai sekarang kau ku pecat. Pergi kau pembantu tidak tau diri."

"Nona maafkan saya. Tolong jangan pecat saya." pelayan itu seperti ingin menangis.

Hanna menoleh pada Nami. "Eonnie jangan seperti itu. Dia tidak melakukan apa-apa."

"Tidak melakukan apapun katamu? Yak! Jangan merasa kau istri Sehun oppa kau jadi berani padaku." sepertinya Nami selalu berbicara dengan nada tinggi pada Hanna.

"Aku hanya tidak setuju jika eonnie memecatnya."

"Ada yang salah dengan itu? Ini rumahku dan pelayan pelayan ini digaji oleh appa ku. Dan aku berhak memecatnya kapanpun. Lagipula kau hanya anak angkat disini kenapa so berkuasa?"

"Menjadi anak dari pemilik rumah memang harus seenaknya bertingkah?" Nami, Hanna dan para pelayan disana menoleh pada pria jangkung yang barusan berbicara.

"Sehun oppa, kau sudah bangun?" Nami menampilkan senyum terbaiknya didepan Sehun.

"Ada yang salah dengan anak angkat? Setidaknya Hanna tidak pernah menyusahkan appa dan eomma mu. Berbanding balik denganmu yang bertingkah sesuka hati. Harusnya sadar diri." perkataan Sehun sangat tajam menyindir Nami. Nami tak percaya jika Sehun berkata seperti itu hanya untuk membela gadis sialan itu. Apa Sehun sudah benar-benar jatuh cinta pada Hanna?.

"Sehun" tegur Hanna. Sehun menoleh "siapkan pakaianku. Aku harus kekantor." Hanna hanya menghela napas melihat Sehun pergi setelah berkata.

Nami berdecak kesal menghentakkan kakinya dan pergi dari dapur.

Hanna mencoba mengabaikan perintah Sehun dan kembali membantu pelayan memasak.

"Hanna jangan lanjutkan. Susulah suamimu sana."

"Bibi song."

Bibi Song mendekati Hanna. "Suamimu lebih penting sekarang. Pergi temui dia."

Mau tak mau Hanna harus menurutinya. "Ne".

Memandang pintu itu sebentar. Masuk atau tidak ya? Apakah Sehun sudah berpakaian?.

Setelah menimbang-nimbang akhirnya Hanna pun membuka pintu kamar tersebut.

"Aaaaa" Hanna berteriak ketika melihat Sehun hanya menggunakan handuk di pinggangnya. Rambut pria itu masih basah sepertinya baru saja keluar kamar mandi.

Hanna menutup matanya memakai sebelah tangannya. "Yak! Harusnya langsung memakai baju. Kenapa malah bertelanjang"

"Bagaimana aku memakai baju sedangkan kau tidak menyiapkannya untukku."

"Baiklah baiklah akan kusiapkan. Aishh.." Hanna pun berjalan kearah lemari. Disini memang terdapat beberapa kemeja dan jas Sehun karna semalam Sehun menyuruh orang suruhannya membawakan baju kesini.

  IF I STAY..🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang