3. BILA

27 1 0
                                    

Bila tiba di sekolah bersamaan dengan kedatangan kenzo dan teman temannya. Bila buru buru keluar mobil dan berlari ke arah kenzo yang masih di parkiran. Cukup jauh sih, tapi mata tajam Bila bisa menemukan 3 orang tersebut.

"Eh lo kenapa gak jemput gue!!!"

Bila berhenti tepat didepan kenzo merentangkan kedua tangannya, yang hanya Kenzo balas dengan menaikkan satu alisnya kemudian berlalu menabrak tangan Bila.

Sedikit keras hingga meninggal rasa sakit di tangan Bila.

"Pagi Bila" ucap Bara dan stefan bersamaan selembut mungkin.

Bila tersadar dari rasa sakitnya kemudian berkacak pinggang di depan mereka. Mentap tajam kearah mereka bergantian.

"Auwh" ringis mereka berdua ketika Bila memukuk kepala mereka bergantian.

"Kenapa kalian gak jemput gue hah?" Bila melotot, membuat mereka bergidik ngeri.

"Kita udah maksa kok tuan putri, emng kenzonya aja yang gak mau. Ya kan bar" stefan membela.

"Iya, stefan bener. Kita gak mungkin melupakan tuan putri yang cantik ini" Bara tersenyum menampakkan deretan giginya.

"Aish, ya udah ini" Bila mengeluarkan tiga kotak makan dari tas nya menyerahkan ke stefan yang menatap bingung padanya.

"Gue udah nyiapin ini sebagai tanda terimakasih, tapi kalian... Akhhh!!" Bila berteriak frustasi lalu pergi.

"Makasih Tuan Putri" teriak bara dan stefan bersamaan.

"Galak, tapi baik juga ya. Wah baunya enak" ucap bara  membuka kotak makan yang berisikan nasi goreng.

******

Bila PoV

Bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu, aku baru keluar kelas setalah membereskan buku-buku ku.

Keysa sudah pulang duluan.

Aku berharap Kenzo tidak melupakanku lagi, karena hari ini papa benar-benar tidak bisa menjemputku.

Aku bergegas menuju parkiran

Dan kenzo meninggalkanku lagi.

"Akh!!!" tanganku di tarik. Aku memberontak hingga tanganku terlepas.

"Lo pengen banget di bully ya Bil" suara itu tidak asing, aku pun menoleh. Awalnya aku kaget karena orang tersebut sudah lama tidak menampakkan diri.

"..." Aku diam membalas tatapan tajamnya. Apalagi kali ini, dan siapa lagi yang akan dia perdebatkan.

"Apa Ringga belum cukup buat lo, dan sekarang lo ngerebut Kenzo dari gue" Ah ternyata Kenzo sebegitu tampannya kah dia.

"Gue gak pernah merebut siapa siapa dari lo Sil. Akh" sisil menarik rambut kasar. Sementara kedua temannya menahan tangan ku.

"Lo bukan tandingan gue sil, jadi jangan salahin gue kalau semua cowok yang lo suka lebih memilih gue. Akhh" sisil kembali menampar ku, dan menarik rambutku lebih kasar lagi. Aku merasakan sesuatu yang manis dari sudut bibirku, apakah aku terluka. Sial

"Lo harusnya ngaca Bil, gue lebih cantik dari lo" Sisil menyeringai, dengan keberanian penuh aku meludahi muka nya.

"Sepertinya lo sangat terobsesi dengan kecantikan Sil, semoga dengan ludah gue barusan bisa menular kan kecantikan gue ke elo"

Sisil menampar aku berkali-kali kemudian mendorong ku. Sakit

"Jauhi Kenzo, atau lo bakalan terima yang lebih dari ini Bil" itu lah kata-kata terakhir yang aku dengar.

Bila end PoV

Bila melihat sekelilingnya. "Apa ini belakang sekolah?" Ia berbicara pada dirinya sendiri.

Bila berjalan menuju gerbang sekolah, sesekali ia memegang kepalanya yang sakit. Ia belum sadar jika kepalanya berdarah akibat dorongan Sisil.

Sisil adalah orang yang selalu membuat hari-hari Bila tidak tenang sejak SMP.
Setahun belakangan, sisil tidak pernah menyakiti nya lagi, tetapi kali ini ia kembali lagi.

Bila terus berjalan keluar sekolah sambil sesekali menelfon Hendra yang tidak kunjung mengangkat telfonnya. 

Ah, Mama Bila ngak kuat

Bila duduk di trotoar, ia cukup lelah berjalan.

***
"Ma, liat deh" anak kecil bernama Bella menujuk Bila yang terduduk lemah di trotoar.

Sonya melihat sekilas dengan terus menyetir. "Kakaknya istirahat sebentar kayaknya Bel".

"Ma, kakak nya tidur"ucap Bella lagi, Sonya kaget langsung meminggirkan mobilnya.

"Kamu disini aja ya sayang, biar mama kesana" Sonya mengusap rambut Bella kemudian keluar dari mobilnya.

Sonya membawa Bila kerumahnya, ia cukup panik melihat keadaan Bila. Ia cukup bodoh karena tidak membawa Bila kerumah sakit.

Sementara Bella terus mengikuti Mamanya, sonya mengobati luka Bila baik di wajah maupun kepalanya.

"Bella, jagain kakaknya dulu ya. Jangan bandel, mama siapin makan buat kakaknya" Bella mengangguk cepat.

Bila mengerjapkan matanya, orang pertama yang ia lihat adalah anak kecil dengan senyum sumringah.

Bil langsung mendudukan badannya, "siapa kamu?" Tanya Bila menyelidik.
Bila tidak menyukai anak kecil, jika bertemu dengan anak kecil selalu saja akan berakhir saling adu mulut.

Bella tidak menjawab, ia hanya memberikan kaca kepada Bila.
Bila mengambil nya dan berkaca, betapa kagetnya Bila ketika melihat mukanya sudah penuh dengan coretan.

"Akh!!!!" Mendengar teriakan itu Bella langsung berlari menjauh, Bila yang tak mau kalah langsung mengejarnya, sesekali ia mengaduh sakit sambil memegang kepalanya.

Sonya masuk kedalam kamar dengan membawa nampan makanan, kaget melihat adegan kejar-kejaran tersebut. Meliat wajah Bila yang di penuh dengan coretan, sonya tau pasti Bella yang berulah duluan.

"Sudah, sini makan dulu" ucap Sonya membuat Bila menoleh. Ia bingung dengan keberadaan Sonya dan Bella, kemudian ia melihat sekelilingnya.
"Ini dimana?" Tanya Bila.

"Sini dulu sayang, kamu masih sakit" ucap sonya lembut, Bila pun mendekat.

Sonya pun menceritakan apa yang terjadi serta siapa dia  dan Bella.

Di sela-sela cerita Bila dan Bella tetap saja saling menjahili.

"Maaf tante aku tidak begitu suka anak kecil" ucap Bila merasa bersalah.

"Aku juga tidak menyukai mu" sela Bella sambil memanyunkan bibirnya.

"Aku tidak peduli" Bila melipat kedua tangannya di dada dan membuang muka .

Bel rumah berbunyi, mengalihkan pandangan Bila. Ia melihat Sonya tanda bertanya.

"Ayo turun, mungkin itu papa kamu. Dia menelfon mu tadi, tante angkat dan menceritakan nya" ucap Sonya mengelus rambut Bila.

"Aku merindukan ini" ucap bila pelan.

"Apa?" Sonya seperti mendengar sesuatu.

"Tidak tante, ayo" bila. Mengambil tasnya dan turun bersma Sonya dan Bella.

Ternyata benar, Hendra datang dengan wajah panik. Anak kesayangan nya terluka membuat ia langsung meninggalkan pekerjaannya.

"Maafkan papa sayang" Bila membalas pelukan Hendra dengan erat.

BILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang