"Omong-omong, bagaimana denganmu, Carlos? Kau dan Flaris sudah menjalin hubungan hampir empat tahun. Apa kau tak berniat menikahinya?" tanya Blake.
"Yeah! Selain itu seharusnya kau belajar menjadi kekasih setia. Kasihan Flaris," tegur Leonard.
Adapun Carlos seorang playboy ulung. Bahkan, meski menjalin hubungan yang cukup serius dengan Flaris, gadis asal Irlandia yang memesona, diam-diam di belakang sang kekasih, Carlos masih mengencani gadis lain. Sesungguhnya Leonard kasihan melihat Flaris memiliki kekasih tukang selingkuh seperti Carlos, tapi tentu saja ia tidak dalam keadaan bisa mengkhianati Carlos dengan memberitahu Flaris betapa bejatnya pria itu.
"Aku belum siap melepas masa lajang," kata Carlos santai.
"Kau akan menyesal kalau Flaris dinikahi pria lain," tukas Blake.
Carlos hanya tertawa. "Jangan mendoakan yang jelek-jelek, Kawan."
"Aku bukan mendoakan, tapi itu kenyataan," Blake menyeringai masam. "Flaris sudah berumur dua puluh enam, bukan? Atau dua puluh tujuh? Bisa jadi dia sudah siap menikah tapi kau belum juga melamarnya. Tidak takut dia pindah ke lain hati?"
"Flaris cinta mati padaku, dia tidak mungkin pindah ke lain hati!"
Sementara keduanya sibuk berdebat, pikiran Leonard justru terbang ke tempat lain. Senyum samar terlukis di wajah tampannya. Ingatannya melayang-layang pada kejadian di salah satu restoran ayahnya beberapa hari yang lalu.
Amarra....
Leonard memutar ulang adegan menakjubkan itu dalam lamunannya. Sosok gadis dengan tubuh berlekuk indah bak jam pasir itu telah memikat hatinya. Bibir semerah ceri yang menggoda, rambut hitam lebat yang membuat Leonard ingin menyusurkan jemarinya di helaian selembut sutra itu, juga tatapan mata beriris cokelat mudanya yang selalu bersinar cemerlang. Semuanya begitu memesona. Begitu menggetarkan hati.
"Segera kencani dia, Leo"
Suara Blake membangunkan Leonard dari lamunannya.
"Apa?" tanya Leonard bingung.
"Kau sedang jatuh cinta, bukan?"
"Hmm...," Leonard bergumam pelan. Benarkah yang sedang memenuhi dadanya ini adalah rasa bernama cinta?
"Jangan coba-coba menyangkal, wajahmu menunjukkannya dengan jelas. Kau sedang kasmaran," serang Blake gemas.
Benarkah? Leonard bertanya-tanya dalam hati. Leonard tidak pernah benar-benar tahu bagaimana sebenarnya rasa jatuh cinta itu. Ia memang pernah beberapa kali berpacaran, tapi tidak serius, cenderung hanya untuk bersenang-senang.
"Wow! Selamat, Kawan!" Carlos ikut menyeringai menggoda. "Siapa gadis beruntung itu, Leo?" tambah Carlos.
"Siapa namanya?" tanya Blake antusias.
Wajah Leonard merah padam dihujani pertanyaan konyol kedua sahabatnya.
"Mungkin nanti kita bisa mengatur melepas masa lajang bersamaan dan pergi berbulan madu bersama-sama. Ke Prancis? Roma? Atau Santorini?" tambah Blake.
"Yang benar saja!" cetus Carlos. "Apa enaknya bulan madu ramai-ramai?"
Leonard tertawa. "Ah, yang itu aku juga enggan. Aku cemas kau malah terpikat pada mempelai kami, Carlos."
"Wah, wah, wah.... Itu namanya pagar makan tanaman. Takkan pernah kulakukan, Kawan!" Carlos tertawa sumbang menanggapi gurauan Leonard, sementara Blake geleng-geleng kepala.
Leonard tertawa. "Aku hanya bercanda, Carlos."
Carlos menyeringai masam. Ia kembali menyesap sampanye.
Lalu sisa malam itu mereka lewatkan dengan bercerita tentang banyak hal, seperti persiapan pernikahan Blake, seputar bisnis, dan tentu saja pesona seorang bidadari jelita yang tempo hari menyambangi salah satu restoran ayah Leonard, Amarra.
***
Bersambung...
semoga suka ya all
minta vote dan komen yoooo. Makasi all...
btw, jangan lupa mampir ke ig ku ya... id nya evathink
thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
To Love You More (TAMAT)
Romance● Part lengkap! ※(Cerita di-PRIVATE ACAK, Follow dulu baru add cerita ke library)※ UPDATE SETIAP HARI! Leonard dan Amarra saling mencintai. Seharusnya cinta keduanya bersatu dalam janji suci pernikahan. Namun, alih-alih menerima lamaran Leonard, Ama...