23 DES 2018
PART 4
Musim semi menguarkan wangi khas yang menenangkan hati. Pepohonan mulai terlihat hijau dan bunga-bunga bersipacu memamerkan aneka warna kelopaknya. Berpasang-pasang lebah madu mulai mencium harapan. Berbagai jenis kupu-kupu melayang-layang riang gembira, beranggapan bahwa seluruh bunga-bunga itu adalah milik mereka. Adapun London sedang dibalut lapisan selimut yang sangat sejuk. Suhu udara berkisar 12o sampai 18o Celcius, tidak dingin, juga tidak panas.
Sore itu, Leonard duduk di salah satu meja di bagian pojok restoran sang ayah dengan laptop dan segelas kopi hitam kental kesukaannya.
Lewat dinding kaca restoran, ia memandang ke luar, pada bunga-bunga yang tampak mekar ceria dan memukau mata. Seekor kumbang bermanuver mengitari sekuntum bunga merah dengan kelopaknya yang berlapis-lapis. Bayangan sebentuk wajah seceria bunga itu melintas di benak Leonard. Debar halus menabuh dadanya.
Aku akan segera menjadi kumbang itu, Amarra, desah Leonard dalam hati.
Tak lama kemudian, ketika menyadari tekadnya yang gila, ia pun menggeleng dan tersenyum samar.
Seminggu sudah berlalu dari perkenalannya dengan Amarra di kafe senja itu, dan sampai saat ini, wajah cantik dengan tulang pipi indah yang terpahat sempurna itu masih setia mengisi angannya, menjadi tokoh utama dalam setiap episode kisah cinta indah yang ia rajut dalam khayalannya.
Leonard meraih ponselnya, sejenak mengabaikan angka-angka menggiurkan yang terpampang di layar laptop. Ia mencari nama Amarra di kontak ponselnya, lalu menyentuh ikon panggil. Namun, sedetik kemudian, belum sempat panggilan itu tersambung, jemari Leonard dengan cepat menyentuh tanda mengakhiri panggilan.
Jantung Leonard berdegup lebih kencang, dan sekali lagi ia menggeleng dan menyeringai, mengejek diri sendiri yang mulai bersikap aneh. Kapan terakhir kali ia merasa seperti ini? Tingkahnya persis remaja canggung yang sedang dilanda cinta masa akil balik, malu-malu kucing.
Leonard memandangi layar ponselnya dengan senyum samar menghias wajah.
Amarra... Leonard mendesahkan nama itu di dalam hati. Mengapa nama itu begitu indah? Mengapa gadis itu begitu cantik dan memikat? Leonard belum pernah merasa seperti ini sebelumnya. Amarra bagai magnet bersimbol Utara, sementara dirinya Selatan, daya tarik yang menguar di antara mereka berdua begitu kuat.
Tubuh atletis Leonard sedikit bergelombang saat ia menarik napas panjang dan menghelanya pelan, berharap paru-paru yang terisi lebih banyak oksigen mampu meredakan gumpalan rindu yang siap meledakkan dadanya. Setiap embusan napasnya dipadati butiran-butiran rindu yang telah terurai. Sesekali Leonard mengarahkan embusan itu ke atas, meniupnya mengalir ke udara bebas, diam-diam berharap, butiran rindu itu akan terbawa angin, sampai di hadapan Amarra.
Barangkali benar, orang yang sedang jatuh cinta seringkali berlaku aneh. Nun di depan sana, Ram sesekali mengamati tingkah laku atasannya yang beberapa hari ini terlihat agak lain. Ram tersenyum sambil menggoyang-goyangkan kepalanya. Acha, acha.
Sementara itu, tanpa menyadari sepasang mata cokelat pemuda India itu yang sedang tertuju padanya, Leonard menyugar sekilas rambut gelapnya, berusaha menyingkirkan Amarra sejenak dari benaknya—meski sebenarnya hal tersebut tidak mungkin—dan memfokuskan pandangan ke layar laptop, pada laporan pembukuan restoran.
Laporan pembukuan restoran itu membuat Leonard berdecak puas. Laba perusahaan terus meningkat. Dan Leonard memutuskan untuk menerima usul adiknya tempo hari, membuka cabang baru restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Love You More (TAMAT)
Romance● Part lengkap! ※(Cerita di-PRIVATE ACAK, Follow dulu baru add cerita ke library)※ UPDATE SETIAP HARI! Leonard dan Amarra saling mencintai. Seharusnya cinta keduanya bersatu dalam janji suci pernikahan. Namun, alih-alih menerima lamaran Leonard, Ama...