PART 6

6.5K 482 5
                                    

3 JANUARI 2019

Happy New Year 2019, teman-teman.

Semoga, cita-cita yang tertunda di tahun 2018, akan terealisasi di tahun ini. semoga, kesehatan, keselamatan dan kemakmuran, selalu menyertai kita semua. Amiin.

Terima kasih telah bersama saya hingga saat ini. Terima kasih telah menyukai cerita-cerita saya, untuk vote, komen, dan seluruh dukungan. love you all.

With Love,

Evathink

PART 6

Dengan benak yang masih dipenuhi bayangan Amarra, Leonard berjalan di sisi Julie. Lorong di kondominium itu sunyi sepi, membuat pikiran Leonard semakin berkelana bebas.

"Kita sudah sampai," kata Julie.

Kalimat itu mengusik lamunan Leonard. Ia memaksakan seulas senyum enggan pada Julie tepat saat pintu kondominium terbuka.

"Masuklah, aku pamit pulang, selamat malam, Julie." Leonard sudah tidak sabar segera pulang dan menghubungi Amarra, entah mengirim pesan atau menelepon. Ia sangat ingin menjelaskan pada pujaan hatinya itu kalau hubungannya dengan Julie tak lebih teman semata.

Tapi Leonard salah jika berpikir Julie akan melepasnya pergi begitu saja. Alih-alih mengucapkan salam berpisah, Julie justru menarik Leonard masuk ke dalam kondominiumnya dan menutup pintu.

"Julie—" protes Leonard.

"Sstt..." Julie menempelkan terlunjuknya di bibir Leonard.

Darah Leonard memanas oleh sentuhan sensual itu. Dan Julie yang telah sangat berpengalaman, mengerti cara memainkan hasrat pria. Gadis itu memasukkan sedikit ujung telunjuknya ke dalam bibir Leonard, lalu memainkannya dengan gerakan menggoda.

"Tinggallah sebentar, aku akan membuatkanmu kopi," bisik Julie dengan gerakan bibir yang dibuat seseksi mungkin.

Napas Leonard tersekat. Ia memandang bibir Julie tak berkedip. Seluruh darah dalam tubuhnya bergolak. Satu sisi dirinya ingin menolak perlakuan sensual Julie, namun sisi lain gairah kelaki-lakiannya mengharapkan sesuatu yang panas dari gadis itu.

"Kau tahu, Leo... kau pria paling menawan yang pernah kutemui," ucap Julie dengan suara lirih.

Jemarinya masih mengusap bibir Leonard, kemudian merambat turun menyusuri lekukan indah dagu pria itu.

Turun lagi ke leher...

Napas Leonard memburu. Tanpa sadar tangannya yang sejak tadi mengencang di kedua sisi tubuh, beralih ke lekuk menggoda pinggang ramping Julie.

Melihat lampu hijau dari Leonard, Julie kesenangan. Gadis itu mendesah halus dengan bibir sedikit terbuka, menggoda Leonard untuk mengecupnya.

"Cium aku, Leo..." undang Julie parau. Kedua tangannya kini berada di bahu kekar Leonard, meremas lembut, menggoda hasrat kelelakian pria itu.

Tidak mungkin ada laki-laki normal yang mampu menangkis godaan sesensual itu dari gadis secantik dan seseksi Julie. Napas Leonard memberat.

Julie yang tahu mangsanya sudah berada di kawasan kekuasaannya, segera menjalarkan tangan ke kepala Leonard, meremas mesra rambut gelap nan tebal itu, lalu menariknya menunduk.

Tepat saat bibir mereka akan bersentuhan, wajah Amarra membayang di mata Leonard, dan sihir sensual itu pun buyar. Leonard mendorong Julie dengan sedikit kasar.

Umpatan samar lolos dari bibir Julie. Gadis itu menatap Leonard dengan sorot perpaduan terkejut dan gusar.

"Maafkan aku, Julie! Aku pamit pulang dulu!" kata Leonard.

Tanpa memedulikan reaksi Julie lebih lanjut, Leonard berjalan ke pintu kondominium gadis itu dan berlalu.

***

bersambung....

jangan lupa vote dan komen ya kawan2. makasi.

To Love You More (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang