PART 10 - 2

6.2K 501 7
                                    

PART 10 -2


Satu jam kemudian, Leonard dan Amarra sudah berada di restoran mewah di dekat Sungai Thames.

Sambil menyantap menu istimewa dari restoran itu, keduanya mengobrol santai. Sesekali Amarra atau Leonard menyesap anggur berkualitas tinggi yang Leonard pilihkan untuk menemani makan malam mereka.

"Jadi kau sudah lama tinggal di London, Amarra?" tanya Leonard dengan nada hangat. Mata setajam elangnya menatap Amarra intens.

Amarra meletak garpu dan pisaunya pertanda ia sudah selesai makan. Leonard melakukan hal yang sama. Dan keduanya serentak meraih gelas anggur masing-masing.

"Sudah beberapa tahun, tepatnya sejak kuliah. Dan kau?" Amarra menyesap anggur, matanya terfokus pada wajah Leonard.

"Sejak lima belas tahun yang lalu."

Mata Amarra melebar. "Selama itu?"

Leonard tertawa pelan. Dan ia pun menceritakan dengan singkat kisah keluarganya sejak awal tinggal di London. "aku harap kau tak bosan mendengar semua itu." Leonard tertawa menutup ceritanya.

Amarra menggeleng cepat dan tersenyum manis. "Tentu saja tidak, Leo. Aku justru senang bisa mengenalmu lebih dekat."

"Syukurlah kalau begitu. Bagaimana dengan dirimu Amarra? Kau berasal dari mana?"

"Aku dari Jakarta."

"Itu artinya orangtuamu sekarang di Jakarta? Atau di sini?"

"Di Jakarta. Bisnis properti ayahku berkembang pesat di sana."

Leonard manggut-manggut mengerti. "Dan sekarang, kau bekerja? Di mana?"

"Aku asisten pribadi CEO," Amarra menyebut nama perusahaan tempat ia bekerja.

"Wow. Itu perusahaan terkemuka."

Amarra tersenyum tipis menanggapi kalimat Leonard.

Seorang pelayan datang menyajikan hidangan penutup. Kemudian pergi dengan membawa piring bekas makanan Leonard dan Amarra.

Leonard dengan senyum hangat mempersilakan Amarra menyantap puding yorksire yang barusan dihidangkan oleh pelayan.

"Jadi kau berapa bersaudara?" tanya Leonard sambil mencicipi puding yorksire.

"Aku tiga bersaudara, dua adikku masih duduk di bangku SMP dan SMA."

"Kau anak sulung kalau begitu?"

Amarra tersenyum dan mengangguk.

"Aku juga anak sulung, dari dua bersaudara. Adikku Lucas, dia membantuku mengelola restoran ayahku."

"Kalian berdua menganggumkan," puji Amarra tulus.

Leonard tertawa pelan. "Justru kau yang menganggumkan, Amarra."

"Apa yang menganggumkan dariku, Leo? Aku hanya gadis biasa yang bekerja sebagai asisten pribadi seorang CEO."

"Kau gadis cantik dan cerdas. Kedua hal tersebut sudah membuatmu sangat pantas dikagumi."

"Cantik hanya soal fisik."

Leonard tertawa pelan. Tangannya bergerak ke seberang meja dan menyentuh sopan punggung tangan Amarra.

"Ya, cantik memang soal fisik, Amarra. Tapi seperti kataku tadi, selain cantik, kau juga cerdas."

Wajah Amarra merona.

Leonard tidak tahu hal tersebut disebabkan oleh pujian atau sentuhannya.

"Kita baru berkenalan, dari mana kau tahu aku cerdas?" Mata Amarra bersinar hangat dan menantang Leonard menjawab pertanyaan itu.

"Asisten pribadi seorang CEO tentunya harus cerdas, bukan?"

Amarra tertawa pelan. "Kau sangat pintar menjawab."

"Ah, kalau aku pintar, maukah kau makan malam denganku lagi Sabtu depan?"

Amarra tersenyum lebar, sementara tangan Leonard masih meremas hangat tangan langsing gadis cantik itu.

Amarra mengangguk pelan dan Leonard pun tersenyum lebar.

***

Bersambung...

ayoo vote dan komen yang banyak ya kawan2, biar segera updtae next part. thank ypu

love,

evathink

12 feb 2019

To Love You More (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang