PART 8

6.9K 514 5
                                    

PART 8


Leonard memarkirkan mobil sport merah mengilapnya di pelataran parkir restoran. Ia keluar dari mobil, sejenak menghirup aroma segar nan wangi musim semi. Kemudian, dengan langkah gagah berjalan menuju restoran.

Hari masih pagi. Matahari bersinar lembut menghangatkan tubuh ramping berotot yang berbalut kemeja gelap berlapis rompi tanpa jas itu.

Dahi Leonard berkerut samar tatkala melihat pintu restorannya—yang biasanya tertutup—dalam keadaan terbuka. Kerutnya semakin dalam saat mendapati sesosok cantik sedang berbicara serius dengan Ram, pemuda India yang bertugas membukakan pintu.

Tampak Ram menggeleng-gelengkan kepalanya tanda mengerti apa yang dikatakan lawan bicaranya.

Leonard menyugar sekilas sejumput rambut yang jatuh ke keningnya. Matanya menajam memandang pemandangan itu.

Diskusi apa yang sedang terjadi di sana? Apa urusan Cherry dengan Ram? Jika pun Cherry sedang menanyakan keberadaan Leonard, perbincangannya tidak mungkin akan tampak seserius itu.

Keterpanaan Ram dengan pembicaraan tersebut membuat ia tidak sadar Leonard sudah tiba di muka pintu. Pemuda India itu tidak menyambut atasannya seperti biasa.

Leonard menangkap satu kalimat dari bibir merah menggoda Cherry.

"Itu yang aku ingin kaulakukan, Ram. Kau mengerti?"

Apa pun yang akan menjadi lanjutan pembicaraan itu, sontak terhenti oleh kehadiran Leonard.

Wajah Cherry dan Ram memucat.

Leonard makin merasa heran dengan isi pembicaraan keduanya. Apalagi teringat kalimat Cherry barusan.

"Itu yang aku ingin kaulakukan, Ram. Kau mengerti?"

Apa yang Cherry ingin Ram lakukan?

"Cherry, apa yang kaulakukan di sini pagi-pagi begini?" tanya Leonard heran. Ia berdiri tepat di hadapan Cherry dan Ram.

Cherry mengulas senyum kaku. "Aku ingin sarapan...." jawabnya gugup.

Leonard mengangkat sebelah alisnya, kemudian mengangguk samar. "Oh, silakan kalau begitu."

Leonard meninggalkan keduanya, berjalan untuk menyapa karyawan-karyawannya seperti biasa. Kali ini Ram terlewatkan karena pemuda India itu tampak masih shock.

"Eh! Leo! Tunggu!"

Cherry berlari menyusul Leonard, kemudian mengadang di depan pria itu, sehingga mau tidak mau Leonard menghentikan langkahnya.

"Bukankah kau ingin sarapan, Cherry? Aku tidak mau mengganggu tamu restoranku," kata Leonard datar.

Wajah Cherry seketika merengut. "Aku bukan tamu restoran. Aku ke sini untuk bertemu dirimu."

"Ada apa mencariku?" tanya Leonard pura-pura tidak mengerti.

"Kau benar-benar tidak tahu atau pura-pura, Leo?" Cherry merengut manja.

Leonard menghela napas berat. "Cherry—"

"Leo," tukas Cherry cepat. Tiba-tiba berubah pikiran, tidak mau mendengar jawaban Leonard tentang pertanyaannya itu. "Maukah kau menemaniku sarapan?" Cherry memandang Leonard dengan mata hijaunya yang bersinar penuh harap.

"Aku sibuk, Cherry. Aku—"

"Please...." Cherry meraih tangan Leonard dan menariknya menuju sebuah meja.

Leonard dengan enggan terpaksa mengikuti Cherry. Ia tidak mau adegan tarik-tarikan mereka menjadi menu santapan pagi para karyawannya.

Cherry dengan manja mendudukkan Leonard ke kursi. Kemudian ia duduk di samping Leonard.

"Kau ingin minum apa, Leo? Kopi hitam? Cokelat panas?" tanya Cherry lembut nan mesra.

Leonard memandang gadis yang duduk di sebelahnya. Napasnya sesak oleh cara pendekatan Cherry yang kelewat agresif. Ia benar-benar tidak mau nantinya melukai perasaan gadis lembut itu.

"Aku sudah minum kopi tadi, Cherry. Sekarang katakan, apa sebenarnya yang kauinginkan? Aku harus kembali bekerja. Kau tahu aku sangat sibuk, bukan?"

Bibir Cherry mengerucut. "Aku..., aku hanya ingin mengobrol denganmu," aku Cherry gugup nan malu-malu.

"Ehm! Tapi aku sedang banyak pekerjaan, maaf—"

Belum selesai kalimat Leonard, Cherry segera menempelkan telunjuknya ke bibir pria itu, menahan setiap kata yang akan meluncur. "Sabtu nanti, maukah kau makan malam denganku?"

Leonard melepas jari Cherry dari bibirnya. Wajahnya sedikit memanas menyadari mata para karyawannya mencuri pandang ke arah mereka.

"Maafkan aku, Cherry. Sabtu malam nanti aku ada janji kencan dengan kekasihku. Omong-omong aku harus segera bekerja."

Leonard bangkit, dan tanpa menoleh pada gadis itu ia melangkah menuju kantornya, pagi ini tidak ada kegiatan rutin bertukar kabar dengan para karyawannya. Suasana hati Leonard telah menggelap.

Di belakang Leonard, Cherry berdiri dengan bibir terkatup rapat, menatap punggung pria itu dengan mata berbinar kecewa.

***

Bersambung...

please vote dan komen ya kawan2. thanks all

love,

Evathink

28 Jan 2019

To Love You More (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang