".... Jangan berkeliaran diluar jam tersebut. Kecuali tuan sendiri yang memanggilmu. Itu artinya kau harus siap 24 jam kapan pun tuan membutuhkanmu."
Laura mengangguk mengerti pada arahan yang pria itu jelaskan. Pria itu adalah kepala bagian sekretaris di Pride Company, yang tidak lain tempat Laura bekerja mulai hari ini.
"apa kau punya pertanyaan?" tanya Pria itu.
Laura tidak langsung menjawab, Ia masih tertunduk membaca detail setiap poin yang ada di setiap lembar kertas di tangannya.
"jika tidak ada, aku akan mengantarmu ke lokasi kau di tempatkan?"
"kurasa untuk saat ini tidak ada masalah. Aturannya sangat jelas."
"bagus sekali. Ayo kita berangkat sekarang." pria itu lalu berdiri tegak merapikan jasnya dan berjalan mendahului Laura yang telah berdiri di sampingnya.
Laura menghela panjang nafasnya. Ia semakin mengerti sulitnya pekerjaan yang akan Ia jalani. Tapi fasilitas yang di tawarkan perusahaan ini sangat Ia butuhkan. Jika tidak, malam ini Ia akan tidur di jalanan barangkali.
***
Laura kewalahan menyamakan langkah dengan Pria bernama Dony itu. Ya, kepala bagian sekretaris itu. Kakinya sangat panjang, langkanya juga cepat, Ia pasti seseorang yang sangat cepat tanggap terhadap sesuatu. Tidak heran di Usia yang seumuran dengan Laura, Ia sudah ada di posisi setinggi itu.
Mereka baru saja tiba di sebuah rumah yang masih berada di komplek perusahaan. Dengan berjalan kaki, mereka hanya butuh sepuluh menit untuk sampai. Dengan catatan jika langkah Laura di paksakan menyamai Dony.
"buka pintunya." perintah Dony pada Laura yang masih mangap-mangap mengatur nafas.
"baik." Laura menyambut uluran kunci yang di berikan Dony padanya. Kunci itu hanya berbentuk kartu seperti kunci kamar hotel.
"silahkan, Pak" ucap Laura di saat bersamaan pintu rumah itu terbuka.
Gelap. Begitulah keadaan rumah itu ketika Laura melangkah masuk.
Klik!
Dony menekan saklar yang menempel di dinding samping mereka berdiri saat ini.
Laura menganga saat melihat dekorasi rumah yang tidak terlalu besar itu. Dari luar tadi rumah ini tampak seperti rumah bergaya minimalis seperti biasanya. Namun Laura tidak menyangka bahwa interior di dalamnya sangat tidak biasa.
"kemari. Aku akan menunjukkan semua ruangan di sini. Serta batasan-batasan yang telah kita bicarakan tadi."
"b-baik, Pak" sahut Laura lalu berlari mendekati Dony yang sudah ada di tepi tangga.
'sepertinya dewi fortuna akhirnya berpihak pada hidup anak yatim piatu ini' gumam Laura dalam hati sambil tersenyum sendiri.
Dony tidak berhenti mendekte satu persatu bagian dari rumah itu. Laura menyimak dengan baik, dalam hatinya Ia mengaitkan dengan semua aturan yang telah Ia baca saat rapat tadi. Terdengar mustahil, namun Laura memang sudah menghafal semua aturan itu ketika membacanya.
Karena kemampuan yang tidak biasa itu lah, Dony memilih Laura untuk menjadi sekretaris utama atasannya. Dalam cv-nya, Laura menulis dengan menarik semua keahlian yang dimilikinya. Tidak hanya menjadi mahasiswa terbaik di bidangnya, Laura beberapa kali mendapat penghargaan di bidang atletis dan seni. Ia juga sangat pandai memasak. Setidaknya begitulah yang tertulis. Dony seketika terpukau, setelah melalui beberapa tes dan wawancara, akhirnya di sinilah Laura.
"apa bagian kebersihan yang bertugas berbeda setiap harinya?" tnya Laura saat mereka sampai di taman belakang rumah.
"demi keamanan, tentu saja tidak. Hanya ada dua petugas kebersihan yang bertugas, kami sudah mengkonfirmasi datanya jadi kau tidak perlu khawatir. Selain itu setiap orang yang masuk ke rumah ini akan melalui petugas keamanan yang berjaga di luar."
"Luar biasa! Sepertinya aku satu-satunya orang terdekat dengan tuan" racau Laura.
Keduanya kemudian tertawa ringan.
"oleh sebab itu proses perekrutanmu sangat panjang. Kau yang terpilih tidak hanya memenuhi standar akademik dan keterampilan, namun aku percaya dengan kejujuran dan latar belakangmu"
Pipi Laura seketika memanas. Pujian itu terdengar istimewa ketika Dony yang tampan itu mengucapkannya.
"selamat bekerja. Aku menunggu kerja kerasmu."
Laura menyambut uluran tangan Dony dan berusaha keras membalas tatapan tulus pria itu.
"aku pastikan kau tidak akan kecewa" tutur Laura lalu tersenyum manis.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss: When A Man Fallin Love - COMPLETE
RomanceLaura, berhasil membuat bos-nya jatuh cinta dihari pertama Ia bekerja. Namun tidak mudah untuk membenarkan cinta itu. Keraguan kerap kali menghampiri setiap Ia berusaha menerima hubungan itu. Belum lagi masa lalu Deanis yang sulit untuk membuatnya...