17

1.8K 56 0
                                    

Deanis masih tertidur di sofa ketika Laura sadar dari tidur panjangnya. Tatapannya sendu melihat pria yang tanpa sadar mulai Ia cintai itu tertidur dengan posisi yang tak nyaman tanpa bantal dan selimut.

"kemana pergi semua orang?" gumam Laura, tak terima dengan orang-orang yang mengacuhkan Deanis seperti itu.

Ia mencoba turun dari ranjangnya perlahan. Sambil menyeret infusnya yang tergantung, Laura berjalan pelan menghampiri Deanis yang masih terlelap.

"kenapa tidak pulang saja" lagi-lagi Laura mengomel sendiri.

Setelah menyelimuti Deanis, Ia lama berjongkok dihadapan pria itu. Deanis pasti baru saja terlelap sehingga bayang-bayang Laura tidak mengusik istirahatnya.

Laura hendak kembali ke ranjangnya karena mulai merasa pusing. Namun Ia tertarik pada pemandangan dari jendela kamar itu.

Entah di lantai berapa kamar itu, pandangan Laura terasa amat jauh untuk menyentuh tanah. Melihat itu kepalanya semakin terasa pusing.

Ia berpegangan erat pada tepian jendela, mencoba menegakkan tubuhnya kembali. Mencari jarak pandang yang lebih baik.

Tiba-tiba Laura teringat bagaimana Cindy bunuh diri dengan cara yang tragis. Kejadian itu masih jelas diingatan Laura. Masih terbayang olehnya darah Laura yang terciprat kemana-mana.

Flashback on

"apa kau pernah bertemu calon bos kita?" tanya Cindy.

Laura terlihat tegang menunggu panggilan gilirannya. Mereka bersama calon karyawan yang lain tengah menunggu dengan tegang hasil seleksi perekrutan yang panjang itu.

Laura menggeleng menanggapi pertanyaan Cindy. "bukankah dia masih di Jerman?"

Cindy tersenyum sombong mendengar jawaban Laura, "aku sudah pernah. Dulu ketika aku magang disini, kami sering mengobrol tentang banyak hal."

"benarkah?" tanya Laura, "bukankah dia tipe orang yang tidak suka berkomunikasi selain urusan kerja?" pernyataan Cindy berbanding terbalik dengan informasi yang telah di sampaikan Dony.

"mereka hanya tidak mengenalnya dengan baik. Deanis juga punya kepribadian yang hangat." jelas Cindy dengan bahagia. Ia sepertinya bersyukur mengenal Deanis lebih dulu.

"waaah. Kau sangat beruntung. Pantas saja kau terlihat santai menunggu pengumuman ini. Jika pak Deanis melihat cv-mu, Ia pasti akan memilihmu." nada Laura setengah kecewa.

"hihihihi" Cindy tertawa pelan, "tidak juga" Ia pura-pura merendah, padahal Ia sangat yakin dengan hasil ini. "jika aku terpilih sebagai sekretarisnya, aku akan membuatnya mengingat lagi semua hari yang pernah kami lalui bersama. Jika perlu aku akan menggodanya"

Laura menepuk keras bahu Cindy, "pikiranmu kotor sekali" kemudian keduanya tertawa.

"kau tidak tau seberapa tampan pria itu. Aku sudah lama menyukainya" ujar Cindy setelah Ia tertawa lepas sebelumnya.

Flashback off.

Kemudian semua jadi berbeda ketika nama Laura yang disebut Dony pada hari itu. Keduanya tak lagi saling menyapa saat pelatihan hingga hari itu di Pantry.

Laura tidak tau jika Ia juga akan menyukai Deanis pada pertemuan pertama mereka. Karena itulah, Laura sangat takut jika kedekatan mereka sampai diketahui Cindy. Laura merasa bersalah karena begitu mudah jatuh cinta pada Deanis.

"apa yang sedang menganggu fikiranmu?" tanya Deanis. Pria itu tiba-tiba memeluk Laura dari belakang.

Laura sempat terkejut. Membawa kembali fikirannyaa yang tadi pergi kemana-mana. Suara itu terdengar hangat, entah berapa jam Ia tertidur sampai pendengarannya sendiri rindu akan suara itu.

Laura menggeleng pelan, "hanya teringat teman lama"

Deanis yang tak mengerti maksud Laura, justru mengangguk paham. Ia belum sempat mengenal teman-teman Laura, mungkin setelah ini Ia harus menyempatkan waktu. Sehingga mudah baginya untuk menghibur wanita itu disaat seperti ini.

Laura membalikkan tubuhnya menghadap Deanis, "aku mau pulang" pintanya pelan dengan mata yang masih sendu karena teringat nasib Cindy.

Deanis melihat mata yang lelah itu. Mengingat Laura juga tak punya penyakit serius, tidak masalah baginya membawa Laura pulang, "baiklah. Aku akan bicara pada Dokter"

Deanis menyisir lembut rambut Laura yang berantakan karena angin dari luar.

Disaat yang sama Laura menatap ragu pada mata dan senyum Deanis yang penuh cinta, apakah Ia sanggup melanjutkan semua ini setelah semua yang terjadi pada Cindy.

***

The Boss: When A Man Fallin Love - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang