7

4.7K 102 0
                                    

Laura menggeliat di tempat tidurnya. Ia tertidur sangat pulas karena lelah yang teramat sangat.
Ia mengerjap-erjap menatap langit langit kamar itu. Ia merasakan kakinya masih terasa sengal di bawah sana,

"aku yakin sekali ada luka di sana" gumam Laura. Ia kemudian memejamkan lagi matanya dengan malas.

"good morning" sapa seorang pria yang tak lain adalah Deanis.

Laura terperanjat. Spontan menggulung selimut menutupi tubuhnya.

"apa yang berusaha kau sembunyikan? Aku sudah melihat semuanya" ucap santai Deanis sambil tersenyum tampan pada Laura.

Laura bergegas melihat keadaan dirinya dibawah selimut tebal nan hangat itu. Ia ingat tidak mengenakan kemeja putih kebesaran kemarin. "apa ini bajumu?" bisik Laura.

Deanis mengangguk sambil menghirup minumannya.

"oh Nooooo!!!!" jerit Laura tapi menutupi wajahnya dengan selimut itu sehingga suaranya tertahan disana, "kenapa kau tidak membangunkanku?"

"aku sudah membangunkanmu. Aku bahkan memperingatkanmu, kau saja yang tidak bangun" jelas Deanis, jelas Ia mengejek Laura.

Mendengar itu Laura meronta tak karuan dalam selimut, lalu Ia teringat untuk mengkonfirmasi sesuatu.

"apa kita melakukan... Itu?" tanya Laura ragu.

Deanis mengangkat satu sudut bibirnya, "aku bukan pria seperti itu"

Jawaban Deanis disambut lega oleh Laura. Namun kelegaan itu tidak bertahan lama karena sedetik Deanis berdiri ditepi ranjang itu sambil menatapnya jalang.

"setidaknya aku harus menunggu hingga kau bangun" ucap Deanis sambil merangkak mendekati Laura.

"tidak tidak! Apa yang akan kau lakukan?" Laura tampak panik. Kedua tangannya menyilang didepan dadanya.

"kau tidak lupa harus mendapat hukuman bukan?"

Laura terdiam. Ia teringat bagaimana Deanis menghukumnya kemarin. Sepertinya itu bukan hukuman, justru hadiah bagi Laura. Tapi tidak berarti Ia menginginkan lebih.

Deanis sudah berada di dalam selimut yang sama dengannya. Jantung Laura sudah tak terkendali. Tangan dan kakinya kaku tak dapat bergerak tenang. "tunggu!" pekik Laura ketika Deanis hendak menyentuh pipinya.

Deanis mengangkat satu alisnya, "ada apa denganmu? Bukankah kemarin kau menikmatinya?"

Laura bukanlah wanita yang mudah berbohong atau menyangkal, Ia lebih memilih jujur dan menghadapinya, 

"aku tidak menyangkal bahwa aku menyukainya. Itu karna aku juga menyukaimu. Berdasarkan logikaku, tidak ada alasan bagiku untuk menolak ciuman itu darimu. Justru aku yang beruntung."ucap Laura.

Deanis penasaran, "lalu apa masalahnya jika kita melakukan lebih?"

"karena aku belum mengenalmu! Ku pikir aku mengenalmu dengan baik karna berkas yang di berikan Dony, nyatanya kau tidak ada di dalam aturan itu. Kau pria yang menarik." jelas Laura.

Deanis terdiam. Ucapan Laura cukup menggodanya. Menarik!

"baiklah. Kuberi kau tiga hari untuk mengenalku. Lalu aku akan menagih hutangmu hari ini" sahut Deanis setelah penjelasan Laura yang panjang lebar itu.

"apa kau menyukaiku?" tanya Laura tiba-tiba dengan penuh keberanian.

Deanis menatap mata Laura dengan senyumnya yang tampan. 

"apa itu terlihat jelas?" jawab Deanis, "ya! Aku menyukaimu. Kau manis, pintar, lugu dan berani. Kau punya selera yang aku suka, vanilla, itu aromamu. Selain itu, yang membuatku ingin memilikimu adalah karena aku akan jadi yang pertama dan terakhir. Sejujurnya aku tidak suka barang bekas."

Laura terdiam mendengar ucapan Deanis. Semua ucapan itu terdengar romantis bagi Laura. Ia mempercayainya.

"dan terimalah ini sebagai hukuman" lanjut Deanis.

Deanis kembali beraksi dengan bibirnya yang kasar. Ia menjelajahi setiap senti bibir Laura. Ia melakukannya dengan sangat lembut, memastikan agar wanita pujaannya itu menikmati setiap sentuhan.

Bibirnya kini turun ke leher Laura. Ia mengecup, menghisap, menjilat leher seksi itu. Laura sama sekali tak melawan. Ia menikmatinya.

"aaaaahhh" desahan Laura yang sangat pelan terdengar merdu di telinga Deanis. Membuatnya semakin bergejolak melakukan yang lebih dari itu.

Dengan bibir yang masih bergerilya disana, tangannya pelan-pelan melucuti satu demi satu kancing kemeja yang dikenakan Laura. Laura yang tengah menikmati kegiatan lembutnya bibir Deanis tak menyadari dirinya tengah ditelanjangi.

***

The Boss: When A Man Fallin Love - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang