12

2.9K 70 1
                                    

"sayang, apa tidak sebaiknya kita menginap saja?" tanya Deanis.

Mereka tengah makan malam di restoran tepat di tepi pantai. Dengan lampu yang redup, angin pantai yang sepoi-sepoi menambah romantis malam itu.

"aku lelah sayang. Apa kau lupa besok kita ada meeting?" jelas Laura. Wajahnya tampak lesu. Mungkin Deanis menghantamnya terlalu kasar tadi.

"aku tidak lupa. Jika hanya karna itu, aku bisa mengundurkan jadwal meetingnya" Deanis tak mau kalah.

Laura berdeham, hampir tersedak steak yang sedang Ia makan.

"apa kau lupa perjanjian kita? Jangan membuat karyawan yang lain curiga."

Permainan ini sangat tidak Deanis sukai. Ingin rasanya Ia memecat wanita ini agar Ia tak terikat urusan pekerjaan lagi dengannya. Tapi itu hanya akan membuat Laura meninggalkannya.

"baiklah. Kita pulang malam ini." Deanis akhirnya mengalah, "apa kau sakit?"

Laura tersenyum simpul, "tidak. Aku hanya lelah. Kekasihku sangat agresif di ranjang"

Deanis tertawa kemudian, "hari ini kurasa sudah cukup. Aku takut kau tidak bisa berjalan besok"

"terima kasih atas kemurahan hati anda, tuan" ejek Laura, "sebagai gantinya, lain waktu anda boleh melakukannya sampai saya tidak bisa duduk seminggu"

"sayangnya aku bukan Mr. Grey"

Keduanya tertawa terbahak-bahak.

***

Lagi-lagi Laura tertidur pulas ketika mereka sampai dirumah. Deanis dengan senang hati menggendong pujaannya itu sampai Ia mendapatkan tempat tidur yang hangat.

"tuan." sapa Dony ketika Deanis baru saja turun dari kamarnya. Wajahnya tampak serius dan sepertinya ada hubungan dengan arsip yang dipegangnya itu.

Deanis berlalu melewati Dony dan memilih duduk di sofa dengan nyaman.

"berikan padaku" pinta Deanis pada Dony. Tampaknya Deanis sudah tau isi dokumen tersebut.

Tak sabaran, Deanis merobek kasar amplop coklat itu dan mendapati foto-foto kebersamaan Deanis dan Laura selama di Bali.

"pelakunya sudah tertangkap. Dan saya sudah mengkonfirmasi datanya. Ia hanya seorang reporter biasa. Kami sudah menarik semua artikel yang tersebar." jelas Dony.

"bagaimana bisa data pribadiku bisa bocor ke media?" meski terdengar datar, namun Dony tau betul Deanis tengah menahan amarahnya.

Cukup mengherankan seorang reporter biasa bisa tau keberadaan mereka di Bali hari ini. Semua data terkait Deanis termasuk jadwal kegiatan hariannya sangat dirahasiakan.

"pelaku mengaku Ia kebetulan berada di pantai itu dan tanpa sengaja melihat anda disana." terang Dony.

Dony punya informasi yang cukup lengkap untuk menjawab semua kekhawatiran Deanis, itulah sebabnya Deanis tidak pernah meragukan kinerjanya.

"apa itu mungkin?" Deanis masih ragu rupanya.

"tentu saja tidak, Pak. Saya yakin kebocoran ini bersumber dari dalam perusahaan. Saya sendiri tengah menyelidikinya. Reporter itu juga masih dalam pantauan kami. Saya sengaja melepasnya, agar kami tau kepada siapa Ia akan mengirim foto-foto tersebut. "jelas Dony.

Deanis mengangguk paham. Kali ini penjelasan Dony cukup memuaskannya, "jangan hanya menunggu, pancing dia. Selesaikan ini sebelum ulang tahun perusahaan"

"baik, Pak. Sesuai perintah anda" ucap Dony, "saya khawatir ini ada hubungannya dengan kontrak yang sedang kita incar. Apa anda mungkin mencurigai seseorang?"   lanjutnya.

Pertanyaan Dony sudah membuat otak Deanis berputar sejak tadi. Ia tau siapa yang akan mengambil tindakan sejauh ini. Jika benar orang itu pelakunya, mungkin Ia akan melakukan yang lebih buruk pada Laura.

"kau boleh pulang." perintah Deanis. Kemudian Dony mundur menjauh dari atasannya.

Sepeninggal Dony, Deanis tak berhenti menatap pada foto-foto itu. Wajah Laura terlihat jelas disana, "apa ia mengincar Laura?"

Deanis memutar otaknya, berharap asumsi itu salah. Namun semakin Ia berfikir, semakin jelas tujuan dari semua potret itu.

"kau kelemahanku, Laura." Deanis putus asa. Ia mengusap wajahnya. Kecemasannya bertambah. Jika benar Laura menjadi targetnya, maka tidak aman jika wanita itu berada disampingnya.

Ia lalu mengapai androidnya, mencoba menghubungi seseorang. Tak lama Ia menunggu, seseorang sudah menjawab diseberang sana.

"rahasiakan ini dari Laura. Ia tidak perlu tau hal ini"

Lalu panggilan ditutup tepat setelah Ia menyelesaikan perintahnya.

Jika Laura sampai mengetahui hal ini, kemungkinan besar gadis itu akan meninggalkannya. Laura tidak mungkin tetap di sisinya jika tau dirinya dalam bahaya seperti ini. Deanis bertekad menyelesaikan semua ini sebelum terbongkar, cepat atau lambat Laura akan tau dengan sendirinya.

Tanpa Deanis sadari, sepasang mata menangkap kegelisahannya dengan penuh tanya.

***

The Boss: When A Man Fallin Love - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang