10

2.4K 69 2
                                    

"so, gimana kerjaanmu?" tanya Ratih.

Mereka, Laura dan Ratih, baru saja menghabiskan makan siang lezat di pizza hut.  Salah satu tempat favorit mereka. Sebelumnya Ratih mendumel karena Ia menunggu setidaknya dua jam hingga Laura tiba. Lalu pasta nikmat di sana akhirnya mendamaikan mereka kembali.

"tidak begitu sulit." jawab singkat Laura yang tengah meneguk coffee latte pesanannya.

"aku bertanya-tanya apa yang sulit bagimu" ejek Ratih. Disusul tawa pelan keduanya. "terus gimana perkembangan sama pria itu?"

Apa Laura pernah membahas Deanis pada Ratih? Sepertinya tidak. Lalu bagaimana Ratih bisa tau.

"pria? Pria yang mana maksudmu?" tanya Laura pura-pura.

"itu loooh. Atasanmu. Siapa yah namanya"

"Deanis?" tanya Laura ragu. Memang sudah pribadinya yang tidak bisa berbohong apalagi menyembunyikan sesuatu.

"kurasa bukan itu. tapi hampir mirip" Ratih merasa asing dengan dengan nama itu, lalu berusaha mengingat kembali. "DONY!!" pekik Ratih ketika nama itu terlintas diwaktu yang tepat.

Laura mendengus pelan, ternyata Ratih belum tau. "kenapa dengan dia?" tanya Laura bingung.

"terakhir kali kau memuji ketampanannya padaku" jelas Ratih dengan sedikit kesal.

"oowh. Yah, dia memang tampan. Tapi pribadinya bukan type ku" jelasnya.

Ratih mengangguk paham. Ia tidak heran dengan penilaian itu. Bukan pertama kali pria mendekatinya dan berakhir dengar penilaian negatif itu, "lalu siapa Deanis?"

Disaat yang sama Laura tersedak kopi yang tengah di teguknya. Buru-buru Ia mengambil tisu dan membersihkan dagunya, "atasanku. Pemilik sekaligus ceo di perusahaan itu. Dia yang tinggal serumah denganku"

Ratih menyipitkan mata, tampaknya ada yang mencurigakan di sini, "apa terjadi sesuatu di antara kalian?"

"apa maksudmu? Aku hanya tinggal di sana dan menjalankan aturan, itu saja" jelas Laura dengan mata yang beredar ke sana kemari berusaha menghindari tatapan Ratih.

"kau tidak bisa berbohong. Cepat ceritakan padaku!" tatapan Ratih semakin tajam. Menuntut kejujuran.

Laura memejamkan matanya, "haruskah aku menceritakan ini?" tanya Laura ragu, "kami sudah sepakat merahasiakannya"

"jadi benar?! Kenapa harus dirahasiakan?! Ini berita bagus Laura. Kau akan terkenal" Ratih tampak kegirangan.

Sementara wanita di seberangnya itu tampak gelisah, "ini agak rumit. Hubungan kami tidak sesederhana itu. Mengingat latar belakangku yang tidak jelas."

Penuturan Laura menyentuh nurani Ratih. Yang di katakan Laura dapat dipahami Ratih. Publik bisa saja mencibir Laura nantinya, menuduh Laura menggoda atasannya dengan kecantikannya itu, "kau benar. Ini harus dirahasiakan" nada lemah itu tercurah begitu saja dari mulut Ratih.

"apa menurutmu keputusanku sudah benar?" tanya Laura, Ia tampak sedih mengucapkan itu, "atau sebaiknya ku akhiri saja dan keluar dari perusahaan itu?"

"apa kau gila?!" sergah Ratih, "jangan memusingkan pendapat orang lain. Jalani saja hidupmu yang sedang beruntung saat ini. Dan ikuti apa yang hatimu katakan"

"aku tidak dapat menanggungnya" lagi-lagi wajah Laura semakin sendu.

Ratih turut prihatin pada kecemasan Laura. Ratih sangat berharap hubungan ini berhasil dan pria kaya itu dapat membantu Laura menyelesaikan semua masalah hidupnya yang rumit, "aku berharap hubungan ini akan berhasil. Aku mendukungmu."

"menurutmu begitu?"

"Ya. Tentu saja. Hubunganmu ini akan berhasil. Aku yakin. Mengenai apa yang akan kalian hadapi di depan nanti, urus itu nanti. Kau juga bukan wanita biasa, aku yakin kau mampu menghadapinya."

Perkataan Ratih akhirnya sedikit menguatkan Laura. Akhirnya Ia mampu mengangkat kepalanya. Ratih menggenggam tangan Laura, memberi kekuatan pada adiknya itu agar tetap tegar seperti selama ini.

Suara hp berdering

"itu suara hp mu. Angkatlah dulu" ujar Ratih.

Laura merogoh dalam tasnya. Mencari android yang baru saja berdering itu. Bukan panggilan telpon nampaknya. Hanya pesan singkat.

Boss : Aku cemburu ia menggenggam tanganmu.

"dia sudah di sini" ucap Laura sambil tersenyum pada pesan itu.

"dimana?" tanya Ratih penasaran.

Laura memanjangkan lehernya mencari sosok pria seksi itu diarah parkiran, "itu dia."

Ratih menyusul arah pandangan Laura, "wow! Kau sangat beruntung sayang. Dia sangat tampan. Dan lihat tubuh itu, seksiiii" jerit Ratih kegirangan.

Sebaliknya Laura tersenyum malu-malu sesekali melirik ke arah pria di sana, "maaf, aku pergi dulu ya"

"pergilah. Telpon aku nanti ya" sahut Ratih semangat.

"okey. Bye" Laura berlalu meninggalkan Ratih. Segera berlari kecil menuju Deanis. Hari ini Laura terlihat santai hanya mengenakan dress selutut dan flat shoes hitam kesayangannya.

"hei, kenapa kau berlari?" sapa Deanis ketika wanita pujaannya menempel di samping tubuhnya. Ia merapikan poni Laura yang sedikit berantakan.

"sepertinya aku merindukanmu" goda Laura.

Deanis tersenyum mendengar godaan Laura, kemudian dalam sedetik mengecup bibir nakal wanita itu.

"apa yang kau lakukan?" Laura menutup mulutnya setelah Deanis melakukan itu.

"kau yang memulai." jawab Deanis lalu membukakan pintu mobil sportnya mempersilahkan pujaannya masuk.

"kita akan kemana?" tanya Laura penasaran ketika Deanis sudah duduk di kursi kemudi.

"bandara"

***

The Boss: When A Man Fallin Love - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang