16

1.8K 58 0
                                    

Langit semakin gelap. Angin yang berhembus pun semakin dingin, "sepertinya sebentar lagi akan hujan" cemas Laura.

Ia berkali-kali menggosok tubuhnya yang mulai kedinginan. Lalu Ia melirik pada androidnya, "kemana Cindy."

Laura sudah menunggu setidaknya lima belas menit dalam kedinginan itu. Sekali lagi, Ia melirik ke sekitar taman. Barangkali menemukan sosok Cindy yang ingin menemuinya, nihil. Entah dimana wanita itu.

Androidnya berdering!

Sayangnya bukan dari orang yang sedang Ia tunggu, "halo" sahut Laura malas setelah mendengar sapaan pria di seberang sana.

"apa yang kau lakukan disana?" tanya Deanis.

"aku menunggu seseorang yang ingin berpamitan" jawab Laura sambil berusaha menemukan sosok yang sedang mengintip dibalik gedung itu.

Ia tersenyum menang ketika menemukan Deanis tengah bersandar dengan bahunya di jendela yang terbuka, "apa menyenangkan mengintip seperti itu?" kekeh Laura.

Deanis tidak menjawab. Meski samar Ia melihat Laura tersenyum bahagia di bawah sana sambil melambai-lambaikan tangannya dengan semangat, "kenapa dia belum datang?"

Laura mengangkat kedua bahunya sejenak, "entahlah. Mungkin dia mengemasi barang-barangnya lebih dulu. Kau tidak kasarkan tadi?"

"apa aku bisa bersikap ramah?!" tantang Deanis. "setidaknya aku memberikan tempat layak untuk dia hidup dimasa depan"

Laura mengernyitkan keningnya, "kemana?"

"Hongkong. Kau puas?"

"hmmm" Laura mengangguk, "sangat puas. Kau sangat baik hati, Tuan."

"simpan saja pujian itu. Masuklah! Kau bisa flu jika berdiri terus disana"

Laura mendongakkan kepalanya, kemudian memberi hormat "siap, Pak!"

Ia menutup telepon. Lagi-lagi melambai pada Deanis. Bahkan dari kejauhan pun Deanis terlihat tampan dimatanya.

Laura berniat meninggalkan tempat itu dan menghubungi Cindy, namun langkahnya terhenti saat Ia merasa telah menangkap sesosok bayangan di atas sana.

"tidak mungkin..." bisik Laura.

Tangan dan kakinya gemetar melihat seorang wanita yang tak asing baginya tengah berdiri di pinggiran atap gedung itu.

Laura menggeleng, berkali menggeleng agar Cindy tidak melakukan yang ada di pikiran Laura, "tidak Cindy. Jangan lakukan itu." bisik Laura dengan nafasnya yang tercekat.

Lalu sedetik kemudian, "AAAAAARRRGGHHHH!!!!!!" pekikan Laura memenuhi kesunyian taman itu.

Laura melihat dengan matanya sendiri, gadis itu, Cindy, melompat dari atap gedung. Tubuh Cindy menghantam keras tanah yang ditumbuhi rerumputan terawat, tak jauh dari tempat Laura berdiri.

Tubuh Laura tak dapat bergerak untuk mencapai Cindy. Ia terduduk lemah dengan kedua tangannya masih gemetar.

Mata Laura terbelalak saat darah segar itu mengalir deras hingga menyentuh ujung kakinya. Ia ketakutan menarik mundur dirinya dengan tergesa-gesa. Namun kedua matanya masih menatap mayat Cindy yang tergeletak.

Lama Laura terdiam disana dalam ketakutan dan pikirannya yang kosong. Lalu beberapa orang menghampirinya.

"Laura!" samar Laura mendengar teriakan seseorang yang sudah memeluk tubuh lemahnya.

"Deanis" bisiknya, sebelum semua menjadi lebih sunyi dan gelap.

***

The Boss: When A Man Fallin Love - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang