19

1.9K 56 0
                                    

Laura menatap bayangan dirinya pada cermin dihadapannya. Gaun satin merah yang dikenakannya sangat indah.

"cantik" ucap Deanis yang sejak tadi diam-diam menatap pujaan hatinya dari ambang pintu kamar Laura.

Laura mengulum senyumnya, tak membalas pujian pria dibelakangnya itu.

Semakin tergoda dengan senyum yang berusaha disembunyikan Laura, Deanis melangkah mendekati wanita itu.

"seksi" kecup Deanis tepat dipundak harum Laura yang terbuka.

Laura reflek memejamkan kedua matanya merasakan gairahnya terpanggil oleh kecupan hangat itu.

Melihat respon Laura akan sentuhannya, Deanis memutuskan untuk tidak berhenti disana.

Tangannya menyentuh perut datar Laura yang telah terbungkus ketat gaun satin merah itu. Ia berputar-putar disana mempermainkan nafsu Laura yang terdengar meninggi ditandai dengan nafasnya yang tak teratur.

Karena nafsunya, puting payudara Laura mencuat samar dari balik gaun itu. Pikiran jahil Deanis semakin menjadi. Disentuhnya lembut puting itu dengan jari telunjuknya.

Laura mengerang pelan, kedua matanya semakin enggan terbuka. Punggungnya melengkung indah menahan desakan birahi itu. Bokong berisinya tak sengaja menyentuh kejantanan Deanis yang juga sama menegangnya.

Keduanya hanyut dalam nafsu masing-masing. Dan seolah tak sanggup lagi menahan gairah yang telah terbenam beberapa hari ini, Deanis mengangkat tubuh Laura menghadapnya sehingga wanita itu melingkarkan kakinya di pinggul Deanis.

Deanis melahap bibir merah Laura penuh gairah. Saat berada ditepi ranjang single dikamar itu, Deanis melempar tubuh Laura ke sana.

Laura menatap pria yang baru saja melemparnya, tampak Deanis buru-buru melepaskan ikat pinggang dan pengait celananya. Sesaat kemudian kedua tangan yang sibuk itu sudah mendorong kasar gaun lembut di tubuh Laura.

Tawa Laura terdengar menggoda ketika Deanis dengan paksa menarik celana dalam hitam menerawang miliknya.

***

Setelah kegiatan yang melelahkan itu, Laura tampak lelah. Sepanjang jalan menuju Hotel, Laura hanya bersandar di dada bidang Deanis.

"kau yakin bisa menghadiri acara ini?" bisik Deanis setelah mengecup pucuk kening Laura.

"kau akan gelisah jika aku sendiri di rumah" jawab Laura terdengar serak.

Deanis terkekeh mendengar jawaban Laura, "baiklah. Tegakkan punggungmu, kita sudah hampir sampai"

Laura berusaha menegakkan punggungnya yang lelah. Merapikan tatakan rambutnya yang sedikit berantakan.

Kedatangan mereka disambut oleh seluruh anggota dewan direksi perusahaan. Riuh gempita perayaan didalam sana terdengar sampai di tempat mereka berdiri.

Laura tak berhenti memamerkan senyum manisnya pada setiap pasang mata di sana. Barangkali sudah mendengar rumor yang beredar tentang hubungan mereka, tidak sedikit diantara orang penting disana yang juga turut menyapa Laura.

"sebelah sini, Pak" ucap Dony ketika Deanis dan Laura sampai di ballroom itu.

Deanis dan Laura duduk di kursi yang telah disediakan oleh Dony. Silih berganti meja mereka dihampiri para tamu yang tak kalah penting.

"bagaimana?" tanya Deanis memastikan keadaan Laura.

"luar biasa. Aku belum pernah menghadiri pesta seperti ini sebelumnya" jawab Laura.

Dari suaranya yang gembira, Deanis tau betul bagaimana perasaan Laura saat ini. Disaat yang sama Deanis tak kalah bahagia menemukan kembali keceriaan di wajah manis itu.

Tak lama berselang, suara tepuk tangan bergemuruh menyambut Deanis di panggung untuk menyampaikan pidatonya.

Deanis berdiri dengan gagah, kemudian sedetik berikutnya mengecup lembut pucuk rambut Laura.

Dengan senyumnya yang ramah Ia menyapa beberapa direksi yang menyambutnya sebelum sampai di atas mimbar itu.

Laura menatap kagum ke arah sana. Betapa beruntungnya Laura menjadi wanita yang dicintai pria hebat itu.

"hai!" sapa seorang wanita.

Laura kebingungan karena Ia belum mengenal wanita yang menyapanya itu. Dengan santai Ia menarik kursi yang tadinya ditempati Deanis dan duduk di sana.

"hai" balas Laura.

"apa kita sudah berkenalan?" tanya wanita berambut pirang itu sambil mengulurkan tangannya.

"Laura" sebut Laura sambil menyambut uluran tangan itu.

"jessica. Panggil saja jess" wanita itu terlihat ramah, "mantan Deanis" lanjutnya.

Laura tersenyum sumbang.

***

The Boss: When A Man Fallin Love - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang