5

2.4K 85 2
                                    

Dihari pertamanya, Laura sudah disajikan dengan setumpuk bahan yang harus di ulas dan diserahkan pada atasannya.

Sudah pukul tiga sore,  tapi Laura masih belum ada waktu untuk keluar makan siang.

Hal yang sama juga terjadi di ruangan Deanis. Ia masih bergumul dengan berbagai laporan terkait perusahaannya. Ditambah lagi dengan ulang tahun perusahaan yang sudah semakin dekat.

Deanis menyeruput seduhan terakhir tehnya. Pinggangnya sudah terasa pegal karena duduk sejak pagi. Tak sengaja Ia menangkap sosok seorang wanita yang juga tak kalah sibuk darinya.

Laura sedikit pun tak bergeser dari meja kerjanya. Dengan kepribadiannya yang keras itu, Ia tak kan beranjak dari kursi sebelum pekerjaannya berakhir.

"kau masih sibuk?"

Suara Deanis mengejutkan Laura yang tak mendengar sejak kapan kehadiran pria itu.

"sedikit lagi selesai. Anda butuh sesuatu?" jawab Laura setelah nafasnya normal kembali karena terkejut tadi.

"baiklah. Lima menit lagi kita keluar. Cepat selesaikan"

Laura bingung, bukankah Deanis harusnya keluar dengan Dony?? Setidaknya begitulah yang tertulis.

"akan saya panggilkan pak Dony kalau begitu." jawab cerdik Laura. Ia terlalu malu untuk bertanya langsung.

"tidak perlu. Mulai hari ini kita akan keluar bersama. Aku akan minta Dony menyerahkan bahan meeting padamu jika kita keluar untuk meeting." jelas Deanis. Ia masih berdiri di depan pintu dengan satu bahu bersandar di ambangnya. 

Jantung Laura sudah hampir meledak karena pria itu. Deanis terus saja tebar pesona padanya, jika begini terus bisa-bisa Laura jatuh cinta padanya.

"baiklah jika demikian. Saya akan mempelajari bahannya saat perjalanan nanti." jawab Laura tertunduk salah tingkah.

Deanis tersenyum, "terserah kau saja" lalu Ia berbalik dan menghilang dari pintu itu.

Apa-apaan ini?? Mengapa jadi melenceng dari aturan??

Pikiran Laura memberontak karena Deanis ternyata lebih sulit dibanding semua aturan yang tertulis tentangnya.

***

Keduanya duduk bersebelahan di mobil tapi masih sibuk dengan kerjaan masing-masing. Deanis sibuk memeriksa surelnya. Sementara Laura berusaha memahami bahan meeting pertamanya hari ini.

Mereka menuju ke sebuah hotel ternama di wilayah itu. Tempat dimana ulang tahun perusahaan akan dirayakan sabtu mendatang. Panitia pelaksana tampaknya sudah bekerja cukup keras untuk persiapan acara ini. Laura bahkan tidak menemukan sesuatu untuk dicela, kecuali pilihan dekornya yang dinilai terlalu mewah.

"kurasa ini terlalu mewah" gumam Laura.

"kau ingin beropini? Sampaikan padaku" sahut Deanis.

Laura tidak menyangka Deanis akan mendengar ucapannya, "tidak ada apa-apa. Akan ku sampaikan pada pak Dony nanti."

"apa Dony atasanku?" ucap datar Deanis.

Laura menelan salivanya. Ia mungkin akan menempatkan Dony dalam masalah lagi nantinya.

Lekas Laura menyodorkan proposal itu pada Deanis, "menurutku dekorasi ini terlalu mewah"

"apa kau pikir perusahaan kita miskin?" ketus Deanis

Laura tidak gugup awalnya, Ia yakin dengan opininya. Hanya saja Deanis selalu menimpal ucapannya dengan kasar.

"bukan begitu maksud saya. Inti dari acara ulang tahun ini adalah penggalangan dana untuk pengobatan kanker anak-anak, sebagian besar yang hadir juga merupakan aktivis sosial. Maka saya pikir, terlalu kontras jika kita menggunakan dana begitu besar hanya untuk dekor sementara dana itu bisa saja di akumulasikan untuk sumbangan." Laura berhenti sejenak mencari nafas,

"yang terpenting adalah kesan dari mulut ke mulut yang nantinya akan jadi pembicaraan publik. Sebaiknya hal-hal seperti itu tidak menarik perhatian media, sehingga tujuan mulia dari acara ini lebih mengaung. Bukankah ini juga bagian dari publikasi?" lanjutnya.

Laura menghentikan penjelasannya. Ia tidak berharap opininya di terima.

"good job. Patut dipertimbangkan." sahut Deanis beberapa saat setelahnya.

Laura menyambut pujian itu dengan hati yang berbunga, "thank you, sir"

Entah hatinya terlalu berbunga atau apa sampai Ia lagi-lagi melupakan kesalahannya.

Deanis menatap jalang pada wanita di sebelahnya itu.

Sebaliknya, Laura yang tidak menyadari kesalahannya justru membalas tatapan Deanis dengan bingung, "ada apa?"

"kurasa kau akan membayar banyak atas kesalahanmu hari ini"

Kesalahan?

Laura berusaha menemukan kesalahannya. Dan Ia bertemu pada sapaan sir yang tak sengaja Ia ucapkan. Laura spontan menggigit bibirnya yang ceroboh dan tertunduk malu pada atasannya itu.

Sebaliknya, sikap salah tingkah Laura justru menjadi candu bagi Deanis untuk terus menggoda gadis itu.

***

The Boss: When A Man Fallin Love - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang