Rutinitas baru Isti di pagi hari adalah menyiapkan sarapan untuk suaminya. Sudah lima hari ia menyiapkan sarapan untuk pria yang masih bergelung di balik selimut itu. Meskipun Isti sudah berulang kali membangunkannya, pria itu hanya bergumam dan melanjutkan mimpinya. Kecuali jika Isti membawakan sarapan ke kamar. Pria itu segera bangun saat indera penciumannya mencium aroma masakan Isti.
"Sarapan dulu, Mas."
Setengah melenguh, Regan bangkit dari tidurnya. Bersandar pada sandaran kasurnya seraya mengerjap pelan. "Jam berapa ini?"
"Udah jam delapan, Mas."
"Aku cuci muka dulu."
Isti mengiakan, sambil mengaduk pelan teh miliknya.
Tak butuh waktu lama bagi Regan untuk membasuh mukanya. Lelaki itu keluar dari kamar mandi sambil menyeka wajah dengan handuk putih. "Kamu nggak makan?" tanyanya melihat hanya ada sepiring nasi goreng yang disiapkan Isti.
"Masih kenyang, Mas. Tadi udah makan roti."
Regan mengangguk saja. Tak mau ambil pusing dengan sang istri. "Hari ini hari terakhir kita di Bali. Kamu mau ke mana?"
"Mau cari oleh-oleh aja, Mas."
"Nggak ada tempat tujuan khusus gitu? Kan kamu yang minta honeymoon ke Bali."
"Enggak, Mas. Cuma mau nyari oleh-oleh sebentar aja. Habis itu balik ke hotel, mau packing."
"Apa yang mau di-pack?" Regan bertanya sambil masih menikmati nasi goreng buatan Isti. Meski tak mencintai Isti, tetapi setidaknya Regan mencintai masakan Isti. "Semua pakaian udah masuk koper. Dari hari pertama kita di Bali sampai kemarin, kamu cuma ngeluarin pakaian yang diperlukan. Langsung dimasukin kembali ke koper setelah selesai di-laundry. Seakan pulang ke Jakarta kapan saja."
Isti hanya diam tanpa mau menanggapi ocehan Regan. Karena yang dikatakan Regan merupakan fakta. Hanya saja Regan tak tahu alasan yang membuat Isti bersikap demikian. "Mau tambah tehnya, Mas?"
"Boleh."
Isti mengambil cangkir teh milik Regan. Lalu membawa benda itu ke dapur.
***
Regan Mandala Hutama merupakan putra bungsu Adirama Hutama, seorang pengusaha sukses. Dalam lingkungan keluarganya, Regan tak pernah diajarkan apa yang dinamakan keharmonisan. Ia sudah diajarkan bisnis dan persaingan sejak kecil. Bukan hanya sekedar bersaing dengan orang asing, melainkan juga dengan saudara kandung sendiri.
Regan terlahir sebagai bungsu dari tiga bersaudara. Ia memiliki satu orang kakak laki-laki dan kakak perempuan. Terlahir sebagai bungsu, bukan berarti ia bisa bermanja dengan orang tua dan kakaknya. Bahkan mungkin, Regan tak pernah tahu bagaimana cara bermanja. Bagaimana cara menunjukkan kasih sayang.
Sampai kurang lebih enam bulan lalu, Adirama memintanya menikah. Jika Regan menolak, Adirama mengancam akan mem-blacklist nama Regan dari daftar ahli waris. Dan menyerahkan harta bagian Regan kepada Naufal, putra abangnya sendiri.
Regan tak bisa menolak, karena ia tahu ayahnya tak pernah bermain-main dengan ancamannya. Jika Adirama sudah mengatakan demikian, maka ayahnya itu akan merealisasikan ancamannya jika sampai Regan tak mau menurut.
Beruntung wanita yang dipilihkan Adirama untuk menjadi istri Regan adalah wanita penurut. Regan yakin, wanita itu mampu mengimbanginya serta dapat membantunya mengalahkan Panji, abangnya.
Regan sudah pernah kalah sekali dari abangnya. Panji berhasil menikahi wanita yang dulu Regan cintai. Maka kini, Regan bersumpah tak akan lagi mau kalah dari Panji. Ia tak akan membiarkan sepeser pun jatah warisannya nanti, jatuh ke tangan Panji dan Viona.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding (Selesai ✔)
General FictionMereka menikah karena adanya perjanjian bisnis keluarga. Lantas, apakah mereka juga harus berpisah karena alasan yang sama?