Ke-tujuh belas

24.3K 2.1K 57
                                    

Sejak tahu ibunya bukan satu-satunya wanita dalam hidup seorang pria yang sebelumnya Isti panggil Ayah, hidup yang dijalani Isti berubah seratus delapan puluh derajat. Bahkan ia diwajibkan mengganti namanya dari Pradisti Ayla menjadi Isti Sofie Medina.

Berpura-pura selesai menjalani bedah pelastik pada wajahnya, memanggil perempuan lain dengan sebutan Mama, berpisah dari ibu kandungnya, mengganti panggilan untuk ayahnya, dan menjalani peran sebagai anak lain yang hanya pernah Isti temui sekali.

Beranjak dewasa, Isti belajar untuk mengikhlaskan semua yang sudah ia lalui tersebut. Karena walau sering memarahinya, Lidya tak pernah melukai Isti secara fisik. Melukai hati Isti pun tak ia lakukan.

Tidak. Lidya tak seperti itu. Ia lebih memilih mengabaikan Isti, tak terlalu banyak berinteraksi dengan Isti, karena Isti tahu Lidya masih sakit hati atas apa yang dilakukan Kamila dulu padanya.

Namun, hal tersebut jauh berbeda dengan Regan. Berulang kali lelaki itu menyakiti hatinya. Menuduhnya berselingkuh, mengatakan Isti tak bisa mengandung keturunannya, bahkan puncak dari itu semua, Regan sanggup membohongi orang tuanya mengenai kehamilan Isti.

Sudah sangat jelas mereka berdua baru mengetahui keberadaan janin dalam kandungan Isti hari ini, bukan beberapa hari lalu. Mungkin bila Regan tak membawanya paksa ke rumah sakit, mereka berdua masih tak menyadari jika Isti tengah mengandung.

Mengapa Regan berbohong? Apakah harta-harta yang dijanjikan Adirama lebih berharga daripada janin dalam kandungan Isti? Anak itu anak kandung Regan, darah dagingnya. Usianya baru satu bulan, tetapi Regan sudah tega memanfaatkannya?

"Mas Regan, ada yang mau aku tanyakan sama kamu." Pada akhirnya Isti putuskan bertanya langsung pada lelaki itu. Sungguh Isti tak sanggup menahan sesak di dadanya. Isti butuh jawaban atas satu pertanyaannya. Isti butuh penjelasan dari semua kebingungannya.

"Apa?" Regan tampak tak begitu peduli. Sambil membuka satu persatu kancing kemejanya, Regan hanya berdiri tanpa menoleh pada Isti.

"Apa arti pernikahan ini bagi kamu, Mas?"

Gerakan tangan Regan sontak terhenti. Refleks kepalanya menoleh pada Isti yang tengah duduk di ranjang mereka. Istrinya itu belum mengganti pakaian, bahkan membersihkan sisa make up di wajahnya pun belum dilakukan wanita itu. "Kenapa kamu bertanya? Aku yakin kamu tahu apa jawabannya."

"Aku mau mendengar langsung dari kamu."

Dengusan kecil dapat Isti dengar. Lelaki itu berjalan tak acuh, mencampakkan kemejanya secara asal. "Aku tidak suka menjawab pertanyaan yang sudah jelas tertera jawabannya."

"Cukup jawab pertanyaanku, Mas," erang Isti nyaris frustrasi.

"Bisnis." Tanpa peduli jika jawabannya msnorehkan luka di hati Isti, Regan membuka lemari pakaian. Mencari handuk baru karena tak melihat handuk yang biasa ia kenakan ada di gantungan. Regan yakin Isti mencucinya. Jikapun bukan Isti yang melakukan, pasti Isti yang membawa handuknya keluar kamar untuk dicuci. "Papa memintaku menikahi anak dari rekan bisnisnya untuk memperluas jaringan bisnis mereka. Perlu kamu ingat jika yang pertama datang meminta adalah orang tua kamu, bukan orang tuaku. Hanya sekedar peringatan jika kamu melakukan kesalahan, orang tuaku ... ah, bukan, maksudku Adirama Hutama tidak akan segan-segan memutuskan kerja sama mereka. Tugas kamu sebagai istriku hanya satu, beri aku keturunan yang layak tanpa cacat untuk meneruskan nama besar Hutama."

"Apa anak ini tidak berarti untuk kamu, Mas?"

"Sangat. Anak itu sangat berarti. Panji sudah mendapat banyak dari Papa karena memiliki Naufal. Regan Hutama tidak boleh kalah. Meskipun dia anak tertua tapi posisi kami sama. Jadi kamu harus membantuku, jangan sampai aku kembali kalah dalam persaingan ini. Kamu tenang saja, aku akan memastikan kamu dan janin itu mendapat nutrisi yang baik. Aku akan menjaganya dengan baik dan memastikan ia akan tumbuh menjadi anak laki-laki yang tangguh."

The Wedding (Selesai ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang