Tidak pernah terbayang oleh Isti, ia dan Regan akan makan malam berdua di luar. Hanya berdua, dengan suasana yang romantis menurutnya. Malam ini, Isti merasa dirinya dan Regan sama seperti pasangan suami istri lain di luar sana yang menikah karena cinta.
"Kenapa cuma dilihatin? Kamu nggak suka makanannya?"
Isti sedikit gelagapan. "Enggak kok, Mas."
"Sebenarnya masakan kamu lebih enak menurutku."
Dipuji begitu, Isti merasa pipinya memanas. Padahal sejak awal, Regan memang sudah menunjukkan betapa ia tergila-gila pada masakan Isti. Mungkin sikap manis Regan hari ini sedikit berpengaruh, hingga membuat Isti jadi sedikit salah tingkah.
"Aku lihat ada kado di kamar," ujar Regan yang tengah mengiris kecil steak miliknya.
"Dari anak-anak di kantor, Mas."
"Oh ...," gumamnya lalu mendorong piring miliknya ke arah Isti. "Sini punyamu. Kamu makan yang ini."
"Nggak usah, Mas," tolak Isti. Ia merasa tak enak karena Regan sudah memotong steak-nya. Mengapa malah pria itu berikan pada Isti?
"Nggak papa, kamu makan aja. Sini."
"Tapi-"
"Sesulit itu kamu nurut sama aku?"
Tak ingin malam indah ini rusak karena emosi Regan yang bisa sangat meledak, Isti pilih menurut dan menggeser piring miliknya.
"Habis dari sini, kamu mau kita ke mana?"
Isti tak menjawab. Karena sejujurnya, ini semua seperti delusi bagi Isti. Ia tak pernah membayangkan jika Regan akan mengajaknya makan malam di luar seperti saat ini. Satu-satunya yang terpikir oleh Isti hanya Cyla. Betapa ia ingin memeluk gadis kecil kesayangannya itu untuk menyalurkan perasaan bahagianya saat ini. "Aku ikut Mas aja."
"Oke. By the way, jam itu cocok dengan kulit kamu."
"Ah iya. Makasih, Mas. Aku suka banget jam-nya."
Regan tampak tersenyum puas, lalu kembali melanjutkan makannya.
Regan mengajak Isti makan di restoran yang dulu sempat menjadi rempat favoritnya bersama Viona. Ia bahkan ingat jika tempat ini juga yang menjadi saksi Regan menyatakan cinta pada Viona sepuluh tahun lalu.
Sayangnya, wanita itu begitu terobsesi pada harta keluarga Regan. Di tahun ketiga hubungan mereka, Viona meminta Regan menikahinya. Saat itu usia Regan masih dua puluh empat tahun, sedang Viona dua puluh dua tahun. Ia tidak siap menikah di usia yang masih terlalu muda menurutnya. Lagipula ia tak mungkin diizinkan menikah saat kedua kakaknya masih melajang. Regan putuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Viona.
Tiga bulan berselang, Panji mengaku jika ia menjalin cinta dengan mantan kekasih adiknya, Viona. Membuat Regan berdecak muak melihat Viona. Gadis itu merealisasikan mimpinya menjadi bagian dari Hutama. Setahun kemudian, Viona resmi menyandang status sebagai Nyonya Panji Hutama.
"Mas ... Mas Regan."
Panggilan lembut Isti seakan menarik Regan kembali ke realita. Entah kenapa ia tiba-tiba kembali mengingat Viona.
"Ponsel Mas bunyi."
Pucuk di cinta, ulam tiba. Satu huruf yang tertera di layar ponselnya memaksa Regan bangkit dari kursi dan menjauh untuk menerima panggilan tersebut. "Apa lagi, Vi?"
***
Isti tak berani protes karena Regan tak jadi mengajaknya ke tempat lain usai makan malam tersebut. Mobilnya malah ia lajukan ke rumah sakit tempat Andre masih dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding (Selesai ✔)
Tiểu Thuyết ChungMereka menikah karena adanya perjanjian bisnis keluarga. Lantas, apakah mereka juga harus berpisah karena alasan yang sama?