Ke-tiga belas

24K 2.3K 57
                                    

"Selamat ulang tahun, Bu Isti."

"Happy birthday, Bu ...."

"Bu Isti, selamat ulang tahun. Semoga umurnya berkah."

Isti tersenyum dan memeluk karyawannya bergantian, serta mengucapkan terima kasih atas ucapan yang mereka beri.

"Happy birthday bos kami tercinta."

Isti kembali tertawa lalu menyambut Hera dengan pelukannya. "Terima kasih ya, Her."

"Makan-makan dong, Bu," celetuk Irwan, salah satu karyawan Isti.

"Gampang itu," jawab Hera mewakili Isti.

"Ya udah, cake-nya silakan dipotong dan dibagikan ke yang lain ya."

Isti masuk ke ruangannya, dengan Hera yang ikut berjalan di belakang Isti.

"Oh ya, Ti. Ini hadiah dari kami," ujar Hera menyerahkan sebuah kotak kado.

"Sampe nyiapin kado, ya ampun. Makasih ya, Her."

Hera tersenyum sambil mengangguk. "Nggak nyangka ya, Ti. Udah dua puluh enam aja umur kamu. Berarti udah berapa tahun tuh kita temenan?"

"Udah lama banget kayaknya." Isti tertawa kecil. " Makasih ya, Her. Makasih karena udah jadi sahabat aku selama ini."

Meski ulang tahunnya yang sebenarnya sudah lewat satu bulan, tetapi Isti tetap menikmati perayaan kecil yang dilakukan karyawannya hari ini. Terlebih karena ternyata Regan pun mengingat tanggal ulang tahun palsu Isti.

Kemarin malam, saat Isti asyik membelai rambut panjang Cyla yang tengah terlelap, Regan menghampirinya dengan membawa sebuah kotak berwarna hitam dengan hiasan pita biru di atasnya.

"Apa ini, Mas?"

"Kado untuk kamu. Besok ulang tahun kamu kan? Happy birthday."

Isti hanya wanita biasa, yang pastinya akan bahagia diberi hadiah seperti itu. Dibawakan oleh-oleh dari suami yang baru menyelesaikan tugas dinas luar kota. Isti merasa sangat bahagia dan menikmatinya.

Mungkin, seandainya Regan tahu jika ulang tahun Isti sesungguhnya adalah sebulan lebih awal dari hari ini, Regan juga mengingatnya dan memberi hadiah pada Isti.

Hadiah berupa jam tangan yang sudah melingkar manis di pergelangan tangan kiri Isti.

Tok tok tok.

Isti dan Hera sama-sama menoleh ke arah pintu. Agra berdiri di sana dengan memasang senyum cerah. "Lagi happy kelihatannya nih."

"Silakan masuk, Pak Agra," ujar Isti mempersilakan.

"Kebetulan Pak Agra datang," sambar Hera. "Hari ini Bu Isti ulang tahun, Pak. Jadi kami ngerayain party kecil-kecilan gitu lah. Ngarepnya entar dapat traktiran gitu, Pak."

Agra tertawa kecil menanggapi celotehan Hera. "Saya bawa kontrak kerja sama kita," ujarnya.

"Oke, Pak. Silakan duduk. Pak Agra sudah sarapan? Di luar lagi bagi-bagi kue tuh, sebentar ya, saya ambilkan dulu."

Isti hanya bisa tertawa melihat kelakuan Hera. Hari ini sahabatnya itu seakan menjadi juru bicara untuk Isti. "Ah ya, Pak Agra. Silakan duduk."

Kemarin Isti sudah mengabari Agra jika ia dan Isti Fashion, tertarik dengan kerja sama yang ditawarkan Agra. Maka untuk itulah Agra datang ke kantornya dengan membawa kontrak kerja sama mereka.

"Sebelumnya saya mau mengucapkan selamat ulang tahun, Bu Isti."

"Terima kasih, Pak Agra. Ini semua kerjaan teman-teman saya, Pak. Kalau saya sendiri merasa nggak perlu dirayakan begini. Malu sama umur."

The Wedding (Selesai ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang