Agar tindakan operasi sesar dapat dilakukan, persetujuan keluarga diperlukan. Dan sebagai suami, Regan adalah orang yang paling berhak untuk menandatangani surat persetujuan tersebut.
Primus sempat ragu menghubungi Regan. Sebab dari informasi yang baru saja ia ketahui, menantunya sedang dalam pemeriksaan di kantor polisi. Namun, Lidya tetap meminta Primus untuk mencoba menghubungi menantu mereka.
Syukurlah Regan dapat dihubungi. Meski bukan di panggilan pertama, tetap saja Primus merasa lega karena menantunya itu masih mau menerima panggilannya.
Kurang dari tiga puluh menit, Regan tiba di rumah sakit. Raut wajahnya tampak khawatir. Tak terlihat lagi kemurkaan di wajah tampannya. Entah karena memang sudah memaafkan Isti, atau kemarahannya hanya sedang tertutupi rasa khawatir akan kondisi Isti.
Kurang lebih satu jam, tindakan operasi dilakukan. Isti melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki-laki dengan fisik lengkap dan sempurna. Namun, saat dilahirkan bayinya tak menangis. Dokter sudah melakukan beberapa tindakan untuk memancing tangis bayi laki-laki itu, tetapi tak membuahkan hasil.
Perawat segera membawa bayi mungil tersebut ke ruang NICU untuk dilakukan penanganan khusus. Begitu pun dengan Isti yang sedang tidak dalam keadaan sehat sebelum memasuki ruangan operasi.
Regan dan Primus menunggu di luar ruang operasi. Saat perawat keluar membawa bayinya, Regan tahan perawat tersebut. Ia ingin melihat rupa bayinya. Kulitnya putih bersih seperti Isti, tetapi alis dan bentuk wajahnya menyerupai Regan.
Anaknya.
Primus lalu meminta Regan untuk mengadzankan bayinya, yang langsung dituruti Regan. Pikir Regan, jika nantinya ia harus menuruti perintah Adirama untuk berpisah dengan Isti, mungkin ia tak akan bisa setiap hari memandang wajah mungil anaknya.
Selesai memenuhi tugas pertamanya sebagai seorang ayah, bayinya dibawa pergi oleh perawat yang sudah menunggu sedari tadi. Primus yang awalnya mengira cucu pertamanya itu dibawa untuk dibersihkan, bertanya pada perawat tersebut. Namun, saat mendengar penjelasan singkat dari si perawat, ia dan Regan sama-sama terkejut, mengetahui kemungkinan ada yang salah dengan bayi mungil tersebut.
***
Disartria, atau gangguan bicara akibat kelemahan pada fungsi otot yang digunakan untuk berbicara. Kebanyakan masyarakat awam menyebutnya bisu.
Itulah yang terjadi pada bayi mungil tersebut. Dokter mengatakan ada beberapa faktor kemungkinan yang menjadi penyebab bayi tersebut terlahir bisu. Diantaranya adalah kelahiran prematur serta bobot lahir bayi kurang dari 2500 gram. Meski demikian, dokter masih harus melakukan pengujian dengan metode skrining pendengaran yang sudah bisa dilakukan sejak bayi berusia dua hari. Untuk memastikan apakah si bayi benar-benar mengalami gangguan bicara dan pendengaran.
Mendengar penjelasan lengkap mengenai kondisi bayinya, Regan terduduk lemas. Bayinya memang berjenis kelamin laki-laki, seperti yang ia harap. Namun, kondisi bayinya yang ... kemungkinan tidak bisa bicara dan mendengar, sama sekali bukan sesuatu yang Regan harapkan.
"Papa lihat Isti dulu ya."
Meski sudah dipindahkan ke kamar inap biasa, Isti masih belum sadarkan diri setelah tujuh jam pasca operasi. Tekanan darahnya sudah mulai turun, walau belum kembali normal.
"Regan." Masayu segera memghampirinya dengan wajah panik. "Gimana Isti? Anak kalian udah lahir?"
Regan menceritakan semua yang terjadi. Tentang Isti dan kondisi bayinya. Masayu menangis mendengar cerita Regan. Ia tak menyangka, salah satu cucunya harus mengalami hal berat seperti itu. "Papamu jangan sampai tahu."
"Papa akan lebih marah kalau kita tidak memberitahunya, Ma."
"Tapi kamu tahu bagaimana perangai papamu, Regan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding (Selesai ✔)
Ficción GeneralMereka menikah karena adanya perjanjian bisnis keluarga. Lantas, apakah mereka juga harus berpisah karena alasan yang sama?