Ke-lima belas

22.8K 2.3K 86
                                    

Dalam hati, Isti mengucap syukur karena ia tak mendapati jejak Regan saat tiba di rumah. Rasa kecewa jelas ada, karena Regan tak menepati janji. Namu, lebih dari itu Isti lebih mensyukuri Regan dan Agra tak saling bertemu muka.

Bukan apa-apa, Isti tahu kontrol emosi Regan buruk, sangat buruk malah. Bilal mengantarkannya sampai depan gerbang rumah saja, Regan sudah mengamuk parah. Menyudutkannya dengan segala bahasa menyakitkan yang masih Isti ingat. Bagaimana jika ia bertemu Agra yang mengantarkannya pulang malam hari, bahkan Agra masuk ke rumah sampai ke kamarnya untuk membaringkan Cyla yang sudah terlelap? Benar-benar tak bisa dibayangkan.

Isti sudah melarang Agra. Ia mengatakan bisa membawa Cyla sendiri. Namun, Agra tak setuju. Dengan keras kepala ia tetap mengangkat si kecil Cyla dan membawanya ke lantai atas.

"Makasih, Gra," ucap Isti tulus.

"Nggak perlu sungkan sama aku, Ay. Kamu teman kecilku dan aku harap, sekarang pun kita masih bisa bersahabat."

Isti tersenyum menanggapi. Ia pun menginginkan hal yang sama. Masih bisa bersahabat dengan Agra.

"Oh ya, Ay. Aku hampir melupakan satu hal."

Kedua alis Isti bertaut bingung. "Apa itu?"

"Tante Kamila. Bunda kamu sehat kan, Ay? Serius, aku kangen banget sama Tante Mila. Udah lama aku nggak ketemu Tante Mila. Kangen sama onde-onde buatannya."

Isti tertawa kecil mendengarnya. Isti jadi teringat jika Agra memang sangat menyukai onde-onde buatan bundanya. Bahkan saat Agra berulang tahun, yang diminta Agra kecil bukan kue tart dengan banyak lilin di atasnya, melainkan onde-onde. "Alhamdulillah, Bunda sehat, Gra. Tante Fina juga sehat kan?"

Agra mengangguk. "Begitu aku tahu kalau kamu adalah Ayla, aku langsung cerita ke Mama. Mama pengin ketemu kamu, Ay. Sama Tante Mila juga. Mau bikin semacam reuni tetangga lama katanya."

"Tapi Bunda sekarang nggak bisa jalan, Gra. Bunda pakai kursi roda."

Ekspresi kaget Agra terlukis jelas. "Sorry, Ay. Aku nggak tahu."

Beruntung Agra pamit tak lama kemudian. Isti memang tak berniat mengusir. Hanya saja ia takut Regan melihatnya. Karena tepat saat Isti akan menutup pintu, mobil Regan memasuki pekarangan rumahnya.

***

Isti tak tahu perihal buruk apa yang terjadi pada Regan. Suaminya itu sempat mengucap maaf karena tak jadi menjemput Isti dan Cyla. Namun, sesudahnya Regan tak mengatakan sepatah kata pun lagi. Bahkan sampai pagi menyapa, Regan tak banyak bersuara.

Isti tahu jika lelaki yang menikahinya tiga bulan silam memang bukan tipe lelaki cerewet yang banyak bicara. Regan tidak seperti itu. Bukan pula tipe lelaki kaku nan datar layaknya tokoh-tokoh novel yang banyak digilai remaja putri.

Regan Mandala Hutama adalah tipe lelaki yang hanya bicara seperlunya. Tidak pandai basa-basi dan bertutur manis, tetapi palsu. Lelaki itu bisa berkata kasar jika dalam kondisi marah besar.

Tiga bulan tinggal di bawah atap yang sama dengannya, Isti tahu suaminya sebenarnya tak banyak menuntut dari Isti. Selagi Isti menurut padanya, maka Regan pasti bersikap baik pada Isti.

Insiden saat Regan menuduhnya berselingkuh, Isti akui memang merupakan kesalahannya. Jika saja saat itu ia mau berkata jujur pada Regan, pasti lelaki itu tak berpikir macam-macam tentangnya. Buktinya setelah kejadian itu berlalu, Regan tak pernah lagi berujar buruk padanya.

"Mas ..., aku mau izin ke runah sakit nanti. Kata Kak Putri, kemungkinan hari ini Mas Andre diizinkan pulang."

"Oh, baguslah." Regan kembali menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. "Cyla masih belum bangun?"

The Wedding (Selesai ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang