3

536 47 5
                                    

***

Di dalam sebuah kelas yang Jihyun tempati saat ini dengan para siswa yang begitu tenang mengamati pelajaran yang ada, padahal kelas itu tadinya dalam keadaan ramai namun kini menjadi tenang, itu karena hadirnya Kim ssaem yang menurut para siswa itu adalah guru yang terkiller di sini yang sangat menakutkan jika ada satu suara bising yang mengganggu ketenangan di ruang kelas saat ia mengajar.

Kim ssaem akan menghukum siapa saja bagi yang membuat keributan saat dirinya mengajar namja maupun yeoja akan di beri hukuman yang sama, tentu saja pengecualian bagi yang sakit.

Oleh karena itu jika Jihyun merasa bosan ataupun mengantuk saat pembelajaran berlangsung ia lebih memilih pergi ke toilet sejenak daripada berbicara dengan temanya ataupun tidur.

Saat Kim ssaem tengah menerangkan sesuatu, tiba tiba saja Jihyun merasa ada seseorang yang memanggil namanya. Jihyun sudah berusaha mengabaikanya dan berusaha memahami apa yang Kim ssaem jelaskan saat ini namun suara itu semakin terdengar sangat jelas ditelinganya itu sangat membuat Jihyun merasa terganggu dan saat ia menengok ke arah jendela, tiba tiba saja ia melihat seseorang yang mengaku dirinya sebagai malaikat tersebut tengah menjulurkan lidahnya kearahnya secara spontan Jihyun berteriak.

"Apa yg kau lakukan di sini hah!!!" teriak Jihyun dengan emosi.

"Kim Ji Hyun ssi, apa yg kau katakan barusan?" mata Kim ssaem berubah dingin menatapnya.

"Ah... dia ssaem dia tadi memanggil namaku secara terus menerus ssaem itu sangat menggangguku" bela Jihyun kepada dirinya sendiri.

"Lalu dimana dia? Sendari tadi saya tidak mendengar suara siapapun kecuali kecuali suara kamu"

"Dia ada di jendela ssaem"sambil menunjukan sebuah jendela berwarna putih tersebut.

Saat Kim ssaem menengok ke arah jendela tersebut namun ia tak menemukaan siapa pun di situ.

"Keotjimal hajimara! (Jangan berbohong!)"

"Anyeo ssaem, dia memang ada di situ"

"Kim Ji Hyun! keluar sekarang!! Lari mengelilingi lapangan 10 kali!!"

"Tap..."

"Tidak ada tapi tapian keluar sekarang !! Atau mau ku tambahkan hukumanya eoh?"

"Nde ssaem" pasrah Jihyun.

Jihyun pun mengikuti perintah Kim ssaem dan keluar dari kelas dengan lemas dia berjalan menuju ke lapangan.

Saat diperjalanan Jihyun merasa ada seseorang yang memanggilnya, jihyun berbalik. Matanya memutar bola matanya dengan malas saat melihat seorang pria tengah tersenyum kepadanya hingga gigi rapi dan putihnya terlihat.

"Jihyu..."

"Namaku Jihyun bukan Jihyu! Kenapa kamu di sini? Ataukah itu tadi benar benar dirimu? eoh....jadi kau tadi mengerjaiku ne?"wajah Jihyun berwarna merah sekarang ini.

"Nde, jeongmal mianhaeyo (iya, aku minta maaf)" ucap Jimin dengan cengiranya.

"Aku maafkan, lalu apa tujuanmu datang kesini?"

"Aku hanya ingin menemuimu saja, aku merasa bosan jika tetap di rumah saja jadi aku menyusulmu kesini"

"Bagaimana kau bisa sampai di sini, kau bahkan belum tahu aku tunjukan dimana aku bersekolah, ah atau kamu berbohong ya kepadaku bahwa kamu adalah malaikat tetapi kamu adalah seorang penguntit?"kening Jihyun berkerut menatap Jimin dengan curiga.

Ctak...

Jimin menyentil kening Jihyun dengan keras.

"Jaga bicaramu, aku ini memanglah malaikat dari salah satu kekuatanku aku memang bisa berteleportasi. Tapi tapi tiba tiba saja memang menuju ke sekolahmu aku saja tidak tahu ini bisa terjadi"

Jihyun memegang keningnya ysng terasa sakit. "Tidak usah dengan menyentil keningku juga, ini sakit tahu"

Tangan kanan Jimin terulur dan mengusap kening Jihyun dengan lembut. "Sudah lah, jangan menangis ne"

"Aku tidak menangis, ini cuman terasa sakit" Tangan Jihyun memukul lengan kekar Jimin.

"Aw... Baiklah baiklah aku percaya padamu" Jimin memegang lenganya yanh dipukul oleh Jihyun yang sama sekali tak merasa sakit sedikitpun.

"Sudahlah sekarang kau pulang saja, jam juga sudah menunjukan waktunya pulang"

"Nde, tapi kau sungguh sungguh akan memutari lapangan sebesar ini?" tanya Jimin tak percaya. Melihat lapangan bola dengan area lari di pinggirnya dengan ngeri.

"Nde, ini sudah menjadi hukumanku"jawab Jihyun dengan pasrah sambil melihat ke arah lapangan.

"Aku akan menggantikanmu"

"Ada ada saja kamu jimin, mana bisa begitu sudahlah kau cepat kembali ke rumahku sebelum ada seseorang yang melihatmu"

"Tap--"

''Sudahlah kamu pulang saja"

Jimin pun langsung menghilang dari hadapan Jihyun.

JIHYUN POV

Hari ini aku berencana mengajak Jimin ke pusat perbelanjaan aku sungguh kasihan padanya apakah ia akan terus menerus menggunakan pakaian wanita? Itu tidak mungkin nanti apa kata orang orang saat melihatnya nanti dia dikira seorang waria lagi.

"Aku pulang!"

"Akhirnya kau pulang juga, aku bisa bisa mati karena bosan di sini"

"Mana ada orang mati karena merasa bosan, yang ada nanti manusia semua akan punah gara gara itu, kajja (ayo) kita pergi''

"Kita akan kemana?"

"Sudah ikut aku saja"

Jihyun pun mengajak jimin ke pusat perbelanjaan yang terdekat disini.

Saat Jimin melangkah masuk ke pusat perbelanjaan tersebut semua sepasang mata tertuju pada Jimin ia yang juga ikut ditatap pun juga ikut merasa risih.

"Kenapa mereka melihatku seperti itu? apa ada yg salah denganku?" bisik Jimin dengan ketakukan.

"Nde, memang ada yg salah denganmu, makanya aku mengajakmu ke sini untuk membeli pakaian untukmu"

"Memangnya apa?"

"Sudah lah diam, kamu itu terlalu banyak bertanya kajja kita masuk"

Aku dan jimin pun memilih beberapa pakaian dan sepatu, dan juga seragam sekolah yang sama dengan ku tentunya. Aku juga berniat menyekolahkan Jimin dengan sekolah yang sama denganku aku takut akan pandangan orang orang saat tahu dia tidak bisa apa apa.

Uangku terbilang cukup untuk membeli itu semua ditambah lagi dengan uang tabunganku yang cukup. Itu semua karena setiap hari aku selalu melakukan kerja sembilan.

Saat aku sedang duduk di depan toko pakaian tiba tiba ada yang memanggilku saat aku melihat wajahnya dan ku tahu orangnya aku langsung bergegas berlari sambil menggandeng tangan Jimin agar dia tidak hilang.

END JIHYUN POV

JIMIN POV

Saat kulihat ada seorang laki laki paruh baya beserta seorang wanita cantik yang tengah menggandeng lelaki itu memanggil nama Jihyun dan akan menghampiri Jihyun mungkin mereka adalah orang tua jihyun tapi saat ku lihat lebih teliti, sepertinya wanita itu kurasa umurnya tidak jauh dari umurnya Jihyun.

Saat ini aku tengah berkutat dengan pikiranku tiba tiba saja Jihyun menarik tanganku dan berlari dengan tanganku yang masih digenggamanya.
Kulirik dari ujung mataku di pipi cabynya terdapat sebuah air mata yang jatuh dari kedua matanya itu.

Ku memilih berhenti dan menghapus air matanya di pipinya.

"Hei kau kenapa?"

"Ani, gwaencanha maaf atas kelakuanku tadi, ayo kita pulang"

END JIMIN POV

AUTHOR POV

Mereka pun pulang dengan membawa baju baru milik Jimin
.
.
.
.
.
Tolong ya tinggalkan jejak kalian, jangan cuman menjadi pembaca rahasia, nulis itu butuh tenaga jadi kalian cuman vote sama comment aja kok.

Dan follow ya akun ku ya, kalau mau di follback tinggal dm aja.

100 Days (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang