Aku benci menunggu. Tapi semua itu berubah saat yang aku tunggu itu kamu.
****
Irene.
Gadis itu duduk di sebuah cafe yang berhadapan langsung dengan jalan. Satu cup kopi sudah habis diminumnya sedari tadi. Bahkan ia sudah mulai bosan duduk di cafe itu. Ini, adalah hal yang paling Irene benci. Yaitu, menunggu.
Irene sedang menunggu Sehun yang berjanji kepadanya untuk bertemu di cafe ria. Tapi, Sehun tak kunjung datang. Bahkan Irene mulai risih dengan tatapan pelanggan yang datang. Ia tak terbiasa dengan kedatangan orang asing. Irene mengambil tasnya dan bangkit dari duduknya melangkah pergi keluar cafe.
"Irene."
Langkah Irene terhenti badannya berbalik kebelakang.
"Maaf aku terlambat."
Mata Irene memanas seketika saat melihat Sehun berdiri di depannya. Irene kira ia akan kecewa untuk yang kedua kalinya. Sehun menghampiri Irene yang akan menangis dan segera menariknya kedalam pelukannya.
"Aku minta maaf, aku tau aku salah."
"Kita duduk kembali ya."
Irene kembali duduk. Tangan Sehun bergerak mengelus pipi chubby Irene. Sehun sadar dia hampir saja mengecewakan malaikatnya.
"Aku kira kau mengingkarinya."
"Maaf Irene, tadi aku ada sedikit kendala."
"Ingin jalan-jalan keluar?" tawar Sehun. Irene mengangguk pelan.
◈◈◈◈◈🌼◈◈◈◈◈
"Irene mendekatlah."
Mereka sedang berjalan jalan melewati sebuah jembatan yang dipenuhi dengan daun maple. Mereka sedang menuju pantai terdekat, karena mereka ingin melihat matahari terbenam.
"Kenapa?"
"Ada sesuatu yang masuk kedalam mataku." ucap Sehun sambil mengucek matanya. Mendengar itu Irene segara mendekat kearah Sehun dan berjinjit untuk melihat apa yang masuk kedalam mata Sehun.
Jarak wajah mereka sangatlah dekat dan Sehun sangat puas melihat wajah polos Irene. Ini adalah hal yang diinginkan oleh Sehun, melihat wajah Irene dengan jarak yang sangat dekat. Saking gemasnya Sehun mengecup singkat bibir cherry Irene.
Cup
"Ya! Kau!" ucap Irene sambil mencubit lengan Sehun. Tapi Sehun malah berlari dan Irene ikut mengejar Sehun.
Mereka kejar kejaran sampai di tepi pantai. Langit-langit berwarna jingga menunjukkan jika matahari akan terbenam. Tapi kini mereka masih saja kejar kejaran. Sampai akhirnya Irene berhasil menangkap Sehun dan menggigit tangannya.
"Akh ya! Iya maaf, sudah Irene aku lelah."
"Kau semakin lama semakin mesum saja!"
"Biarkan saja yang penting aku mesum hanya kepadamu saja." ucap Sehun sambil menaikkan satu alisnya. Irene hanya berdecih pelan.
"Hei lihat mataharinya akan terbenam, mari lihat." ucap Irene sambil menarik tangan Sehun mendekat ke arah bibir pantai.
'Ini waktu yang tepat.' batin Sehun.
"Irene." panggil Sehun.
"Ya?"
"Tatap mataku." ucap Sehun.
Mereka berhadap hadapan tepat di tengah tengah matahari yang akan tenggelam. Sehun mengeluarkan sebuah kalung bergantung makro butiran salju.
"Kau tau apa makna kalung ini?"
Irene menggelengkan pelan.
"Makro butiran salju ini seperti dirimu. Kau dingin tapi menyimpan banyak kebahagiaan di dalamnya."
Sehun berjalan mendekat ke arah Irene. Memasangkan kalung itu. Irene hanya diam saja menerima perilaku Sehun. Matanya bergerak melihat kalung yang diberikan oleh Sehun.
"Ini sangat cantik, aku menyukainya." ucap Irene sambil tersenyum lebar.
"Ya cantik seperti dirimu."
Mereka saling berpelukan menyalurkan rasa Cinta sekaligus kehangatan di dalamnya.
"Terima kasih Sehun."
Irene berjinjit mencium bibir Sehun dan mengalungkan tangannya di leher Sehun. Sehun menerimanya dengan lebih mendekatkan tubuhnya pada Irene. Mereka saling membalas dan Sehun tersenyum mendapat perlakuan tersebut.
Aku berharap ini bukan yang terakhir. -Irene.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]• J O D O H •
Fiksi Penggemar[ S E L E S A I ] Book 1 - Jodoh "Tugasku adalah menjaga dan melelehkan es yang ada didekatku"-OhSehun Ini adalah cerita perjuangan Oh Sehun mendapatkan sang Ratu Es Bae Irene. Sehun tertarik kepada Irene karena senyum manisnya yang tak sembarangan...