"Pandanganmu merubah
perasaanku dari awal kamu melihatku."***
BRAK.
"Tolong Galen yang imut ini, Aurel. Pacarmu ingin membunuh Galen yang imut ini." teriak Galen dengan lantang sambil berlari kenobrak pintu kelas Aurel. Seisi kelas melihatnya dengan heran. Galen mulai merasakan ada yang aneh.
"Loh kok pada duduk rapi semua" ucap Galen dengan bingung. Perlahan ia melihat samping kirinya. Bu Nina!
"Ehh.. ibu nina bobo ehh bu nina, maaf bu menganggu. Saya permisi dulu mau kekantin laper buk." Ucapnya dengan terkekeh pelan.
Baru beberapa langkah ia pun di panggil oleh bu Nina.
"Galen! Kesini kamu! Tidak sopan ya kamu!" Terikan bu Nina mampu membuat galen tidak bisa bergerak. Tenggorokkannya mulai terasa kering.
"LARI 15 KALI PUTARAN LAPANGAN BASKET SEKARANG! "
***
Arfi berjalan ke lapangan basket dengan badan yang tegap. Dari kejauhan dirinya melihat seorang siswa yang berlari keliling lapangan disaat matahari tepat di atas kepala.
"Kesihan banget itu anak, lari disaat siang bolong."
Langkah Arfi mulai dipercepat mendekati seorang anak itu. Arfi melihat punggung anak itu berhenti di tengah lapangan, menekuk lututnya dengan nafas yang ngos-ngosan.
***
" 12..........13........14......15...... ahh... ah.. caaapekkk bangettt gilaaa" ucap Galen dengan pelan.
Tiba-tiba bahunya tepuk dengan cukup keras. Glen tidak langsung melihatnya, Galen hanya berfikir itu adalah Pak Niko, guru terkiller di SMA itu.
Galen menutup matanya dan langsung membalikkan badannya dan berteriak.
"MAAF PAK SAYA DIHUKUM, SAYA MASIH WARAS KOK, MANA MUNGKIN GALEN YANG GANTENG INI LARI-LARI KELILING LAPANGAN SIANG-SIANG GINI TANPA ALASAN."
"HUAHAHAHAHHAHA.. GUE ARFI." Arfi tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku temannya satu ini.
"Anj. Gue kira lo pak Niko tadi."
"Gue masih muda" ucap Arfi dengan mengedipkan matanya.
"Cih. Lo mah gitu" Galen ngambek.
"Ohh.. iyaa lo kan mau gue bunuh lo tadi. Tapi.. ya.. kan udah dibunuh dengan hukuman bu Nina. Itu sudah cukup kok" Ucap Arfi sambil terkekeh pelan.
"Sialan!" Protes Galen.
"Yaudah yuk kantin" ucap Arfi mengajak temannya, Galen. Galen mengangguk setuju karena perutnya saat ini terasa kosong. Mereka pun langsung menuju kekantin.
***
09.36
Tempat ini sangatlah ramai. Siswa siswi berbondong-bondong menuju kesana dan langsung memesan makanan disana. Yap, Kantin.
Kini ada sebuah meja makan yang sedang tersediakan beberapa makanan dan sekumpulan gadis yang sedang melahap makanan itu dengan lahap. Aurel, Azka, Syifa, dan Devrika.
"Aaaaiww relell elllo gaaa laappper ehherht" Ucap Azka sambil mengunyah ayam gorengnya.
"Telan dulu, ka. Baru lo ngomong" ucap Devrika.
Azka pun menelan makanannya dengan lahap dan memulai bicara.
"Aurel lo ga makan?"
"Lagi ga nafsu" ucap Aurel pelan.
"Loh kok ga nafsu. Entar lo sakit siapa yang nanggung." Ucap Syifa dengan khawatir.
"Palingan kalo pingsan nanti ditemenin sama babang Arfi yang ganteng itu."goda Azka
"Ishh.. Aurel kekelas, ga mood Aurel" ucap Aurel dengan nada yang cukup tinggi. Langkah Aurel melaju cepat meninggalkan teman-temannya.
Tanpa sengaja Aurel melihat Galen dan.... Arfi yang sedang mengantri di kantin mbok susi.
Namun Aurel tidak terlalu memerhatikannya dan langsung pergi kekelasnya.Galen menatapnya dengan heran.
"Tumben si Aurel pergi sendirian, biasanya dengan geng dia."ucap Galen. Arfi pun menatap kepergian Aurel sebelum temannya itu melihat Aurel.
"Mana gue tau." Ucap Arfi dengan cepat.
"Elehh.. si Arfi.. gini-gini pengen tau juga lo napa dia kayak gitu." Ucap Galen sambil mengambil makanannya.
"Kalau gue ga pengen?"
Galen menghela nafas kasarnya dan langsung duduk di meja makan.
"Gini ya bro, gue jelasin. Gue rasa lo akhir-akhir ini berubah. Lo sekarang lebih sering berduaan dengan Aurel. Tak mungkin kan lo ga ada rasa dengan cewek itu. Dari mata lo aja dah nampak." Ucap Galen dengan singkat, padat dan jelas.
"Nampak apa?"ucap Arfi dengan binggung.
"Nampak ada bola mata lah." Canda Galen. Arfi hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Galen.
"Gue serius."
"ya.. menurut gue, sekarang lo kayaknya udah lebih kasih perhatian ke Aurel daripada babang Galen yang ganteng nan manis ini" kata Galen sambil merengek. Arfi melihatnya geli dengan kelakuannya. Untung dirinya masih waras dengan kelakuan temannya.
"Lo sehat nan waras kan?" Tanya Arfi memastikan kewarasan temannya itu.
"Alhamdulilah sehat dan selalu ceria biar ga hilang kegantengannya dong." Kata Galen sambil tersenyum menampakkan lesing pipitnya yang banyak orang melihatnya dan mengatakannya "Manis".
"Gue kira otak lo udah geser tadi, rupanya iya." Ucap Arfi sambil mengunyah makanannya.
"Lo tau kampret tak"
"Tau. Kan kayak lo" ucap Arfi dengan spontan.
"Terserah. Gue ga mood makan lagi. Gue kekelas." Teriak Galen sambil mengetukkan mangkoknya dengan sendoknya.
"MANGKOK MBOK JANGAN DI KETOK-KETOK NANTI PECAH LO GANTI YA"
"Mampus gue kena amukan macan betina." Ucap Galen dengan menggigit jarinya dengan ketakutan. Sedangkan Arfi hanya tertawa terbahak-bahak.
"Tapi kan gue selow. Karena ku selow.. sangat selow.. sungguh selow.. santai.. santai.. ku tau tuhan akan berikan amukan." Ucapnya sambil meneruskan lirik lagu selow.
"Butuh kesabaran sebesar apalagi buat hamba ya Allah punya temen bego kali."ucap Arfi yang tak tahan dengan tingkah laku Galen hari ini.
"Syukuri apa yang ada... hidup adalah anugrah.. tetap jalani hidup ini.. dan lakukan yang terbaik.." ucap Galen mengejutkan Arfi yang ada dibelakangnya.
***
Yuk tinggalkan vote dan commentnya ya..
27.12.18
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend
Teen Fiction[First book✔] Masa depan memang selalu ada untuk mengubah apa yang terjadi dimasa lalu. Namun tidak untuk Aurel. Nyatanya masa depannya selalu saja bertemu dengan masa lalunya. Penuh dengan peristiwa yang kelam dan tragis. Separuh ingatannya sudah h...