08. I hate u

115 8 2
                                    

"Sudah tidak berlaku lagi kata memaafkan jika sudah ada kata kebencian dalam diri seseorang"

***

06.14

Pagi ini adalah hari keempat sebelum liburan semester satu. Cuaca yang dingin membuat Aurel ingin datang sepagi mungkin untuk menghirup udara segar dari lingkungan sekitar sekolahnya

Hanya dirinya yang sudah berada disekolah. Aurel tidak langsung masuk ke kelasnya. Aurel langsung ketaman belakang sekolah yang terdapat bangku taman dan pohon yang sangat besar disana.

Cuaca yang segar itu mendukung Aurel untuk tidur sebentar ditaman itu. Aurel emang suka penidur. Pokoknya jika lokasi itu nyaman bagi Aurel maka nyaman pula Aurel jika tidur disitu.

***

Motor sport Arfi berhenti dengan perlahan di parkiran sekolah dengan rapi. Arfi membuka helmnya dan menaruh helmnya dikaca spionnya. Arfi melihat dirinya dikaca spion dan merapikan rambutnya dengan rapi.

Suasana sekolah masih sejuk dan rindang. Arfi melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul [06.23]. Arfi tidak langsung memasuki kelasnya karena pintu kelasnya digembok. Dirinya harus nunggu beberapa menit lagi sebelum Asti datang, ketua kelas kelas X MIPA 2.

Arfi tanpa berfikir panjang langsung pergi ke tempat kedua terfavoritenya setelah rooftoof sekolah yaitu taman belakang sekolah. Langkah Arfi semakin lama semakin cepat menuju taman belakang sekolah.

Tibanya Arfi ke Taman belakang sekolah dirinya langsung menghirup udara segar di taman itu. Arfi mengingat kejadian semalam yang dia lihat.

"Kok bisa ya si Bagas deket sama Aurel. Bigung gue" tanya Arfi pada dirinya sendiri dengan pelan.

"Apa jangan jangan mereka pacaran. Gawat. Ga bole jadi orang ketiga nih gue" tanya Arfi sambil kepanikan.

Aurel mulai menganggat kepalanya yang berat karena terganggu kesunyian tidurnya.
Aurel mengusap matanya memfokuskan pandangannya. Aurel berusaha diam terus sejak dia melihat bahwa itu adalah Arfi. Sedangkan Arfi terus mengomeli dirinya sendiri.

"Tapi kalo dia belum pacaran berarti gue harus...deketin dia dong." tanyanya sekali lagi. Aurel yang mendengarnya tertegun. Aurel masih melihatnya dengan heran.

Arfi mengenggam erat rambutnya dan mencakar-cakar wajahnya karena frustasi. Lalu Arfi berputar arah kekanan. Alangkah terkejutnya Arfi ketika melihat Aurel yang sedang menatapinya dengan heran sambil memerengkan kepalanya sedikit.

"Arfi ngomong apa? Kok kayak frustasi gitu dari tadi." Tanya Aurel yang tidak tau apa-apa. Seketika rahang Arfi kaku memdadak mendengar apa yang Aurel tanyakan padanya.

"Sial, Aurel denger" batin Arfi.

"Hm.. ayolah.. beritahu Aurel. Arfi lucu pas lagi frustasi tadi. Aurel suka liatnya." Ucap Aurel sambil tertawa pelan.

"Ta-tadi gue cuma merangkai isi puisi buat lomba puisi."ucap Arfi asal. Aurel hanya mengangguk pelan tanda mengerti.

"Yaudah, buatnya sama Aurel aja. Aurel pandai sikit-sikit buat puisi. Apalagi temtang cinta." ajak Aurel pada Arfi. Aurel langsung mengambil kertas dan mulai menulis puisi.

"Aurel aja ya yang nulis, tulisan Aurel cantik kok." Arfi mengannguk heran dengan sikap Aurel. Apakah Aurel mendengar semuanya atau tidak?. Apakah dia percaya dengan omongan asal Arfi? Gawat. Aurel perlu dijaga baik-baik biar ga mudah percaya.

Kringgg...

Bel berbunyi cukup keras petanda sekarang menunjukkan pukul [07.00] bersamaan dengan siapnya puisi yang dikarang oleh Aurel. Aurel langsung memberi selembar kertas itu untuk Arfi.

Cold Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang