Uks.
Dinding kokoh bangunan bernuasa putih dan memiliki suasana yang adem serta memiliki bau ruangan seperti bau obat. Diujung ruangan ada jam dinding menunjukkan pukul 08.45. Menyisakan dua orang pelajar yang berada didalamnya.
"Ih, kenapa sih pake acara kelahi begitu? Tumbuk sana sini. Kan jadinya kayak gini. Lain kali gausah lindungin Aurel. Aurel bisa kok." Ucap Aurel sambil membawa kotak P3K dari lemari obat uks.
"Lo bisa? Buktinya lo suruh teman lo pergi manggil gue. "Panggil Arfi sekarang" blablabla "ejek Arfi sambil menirukan suara Aurel. Pipi Aurel tiba-tiba merona panas lalu segera mencampakkan kapas yang dia pegang ke wajah Arfi.
"Ga usah kayak gitu." Aurel langsung berdiri keluar menuju pintu uks. Aurel berjalan sambil menghentak kedua kakinya itu. Perasaannya bercampuk aduk seperti adonan kue.
Aurel berhenti melangkah sejenak dan ia kembali menatap Arfi yang masih tetap ditempatnya seperti tidak berusaha mencegahnya.
"Loh kenapa berhenti?" Ujar Arfi sambil menahan senyumnya. Ia harus bersikap tidak tau apa apa padahal ia tau pacar nya itu ngambek karena ia ejek tadi.
"Ga mau cegah gitu?" ucap Aurel menaikkan suaranya lebih kuat sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Hm? Buat apa?"tanya Arfi pura-pura tidak tahu. Sebenarnya ia tahu. Iya dia tau.
"Ihh, bodoamat lah" Aurel kembali keluar dari uks dengan perasaan bercampur aduk semakin bertambah. Namun langkahnya terhenti ketika ada yang memanggilnya lagi. Aurel mengehembuskan nafasnya dengan pelan. "Sabar rel orang sabar disayang tuhan" batinnya
"Rel," panggilnya
"Iya?" Jawab Aurel namun ia tidak langsung membalikkan badannya malah ia masih menatap lurus kedepan melihat keadaan alam sekitar.
"Rel," panggilnya lagi
"Apaan sih" ucap Aurel emosi dan berbalik arah. Matanya membulat sempurna ketika Arfi mencoba jatuh dari atas kasur uks
"Ehh awas!" teriak Aurel sambil kembali menuju ketempat Arfi. Namun sayang, Arfi duluan menjatuhkan dirinya dari kasur ke lantai.
Bruk
"Arfi?!" Teriaknya sambil berlari ketenpat Arfi tadi jatuh. Aurel ditambah panik saat Arfi tidak begerak sedikitpun.
"Tadi Aurel ga marah kok. Cumaaa kesel doang tapi dikit." Lanjutnya sambil mengangkat kepala arfi ke pangkuan kakinya dan menatap lekat lekat mata cowo tersebut yang tertutup dengan kelopak matanya itu.
"Maafin Aurel. Plisss" ucap Aurel memohon sambil menggenggam tangan Arfi dan menaruhkannya di keningnya dan menutupi matanya ingin meminta maaf setulus hatinya.
"Oke. Maaf diterima" ucap Arfi dengan tiba tiba membuat Aurel langsung kaget. Sedamgkan Arfi hanya tersenyum melihat Aurel terkejut begitu saja.
"Receh banget sih" lanjutnya sambil memukul lengan Arfi kuat dan menarik kepala Arfi jauh dari pangkuannya. Aurel langsung memeluk kedua lututnya dan memalingkan wajahnya
"Duh, Maaf. Hehehe" ucapnya sambil terkekeh pelan setelah mengaduh kesakitan akibat benturan pelan kepalanya dengan lantai tadi setelah di jatuhkan ke lantai dari pangkuan Aurel.
"Hm" singkat. Padat. Jelas. Sip. Aurel tambah ngambek.
"Yaudah, jangan marah habis ini ya" ucap Arfi sambil mendekatkan dirinya ke wajah aurel. Aurel langsung menghindarkan wajahnya dan bergerak pelan kebelakang namun dihalang dengan kasur uks dibelakangnya.
"Eee.." ucap Aurel tertunda.
Cup
Aurel membeku, jantungnya berkontraksi cukup cepat. Dunianya telah membeku. Kening aku.. huaa mama. Arfi romantis banget maa.. What sadr rel. Sadar woi batinnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend
أدب المراهقين[First book✔] Masa depan memang selalu ada untuk mengubah apa yang terjadi dimasa lalu. Namun tidak untuk Aurel. Nyatanya masa depannya selalu saja bertemu dengan masa lalunya. Penuh dengan peristiwa yang kelam dan tragis. Separuh ingatannya sudah h...