"Gue suka disaat ketakutan mulai ada dipikiranku, lo selalu ada disana menyelamatkanku"
***
Aurel melangkahkan kakinya kedalam kelas dan memilih duduk ditempatnya dengan perasaan cukup marah.
"Palingan kalo pingsan nanti ditemenin sama babang Arfi yang ganteng."
Aurel masih mengingat kata-kata temannya itu. Aurel memejamlan matanya dan menundukkan kepalanya dimejanya.
"Arghh.. kenapa harus Arfi, kenapa bukan yang lain. Aurel kan cuma temenan sama dia. Temen olimpiade.. kenapa banyak yang bilang aku sama dia kayak bukan temenan malahan kayak deket gitu. Maksudnya.. ya.. pacaran.." ucap Aurel dengan dirinya sendiri.
Sebenarnya emang benar yang Aurel katakan. Disekolah dirinya sering dibilang pacaran dengan Arfi oleh siswa siswi lain. Membuatnya menjadi ragu untuk bertemu dengan Arfi.
"Aurel dikelas aja deh. Tidur itu menyenangkan. Hoam..." kata Aurel sambil menguap dan menutup mulutnya dengan tangannya.
Aurel yang mengantuk itupun terlelap dengan sendirinya. Ruangan yang dingin membantu Aurel tidur lebih nyenyak dikelas itu. Perlahan matanya tertutup.
***
11.37
Aurel mulai membuka matanya dengan perlahan. Tampak sekantong plastik berada didepan wajahnya. Aurel mengusap pelan matanya untuk memfokuskan pandangannya.
Aurel melihat dengan jelas kantong plastik itu. Ada sesuatu didalamnya. Benda itu bisa bergerak kesana kemari. Warnanya yang coklat dan ada yang besar dan ada yang kecil, mempunyai dua pasang antena di kepalanya dan beberapa kaki dibadannya juga ada sayapnya.
"KECOAAAAKKKK..." teriak Aurel dengan lantang membuat dirinya menjadi lemas. Aurel menyender ke dinding. Dirinya masih melihat dengan jelas kecoak itu berada.
Keringat dingin pun mulai keluar dari badannya. Tak ada seorang pun yang ada dikelasnya. Sungguh kejam yang menaruh plastik berisikan kecoak-kecoak itu. Aurel ingin meminta tolong tapi tidak ada yang mendengarkannya.
Aurel yang berada didinding itupun langsung duduk dan memengang kedua lututnya dan menangis karena ketakutannya melihat kecoak-kecoak itu.
"Mama.... Aurel takut.. Aurel takut mamaa..." tangisannya kini mulai pecah juga mulai terisak-isak dan pipinya sudah basah dibanjiri oleh air matanya.
Brak.
Tiba-tiba pintu kelas didobrak oleh seseorang dan langsung menuju kearahnya. Seseorang itu menatap Aurel yang sedang duduk didekat dinding.
Aurel mulai mengangkatkan kepalanya dan memfokuskan pandangannya.
"Arfi.... Aa-aaurel takuttt" ucap Aurel sengan ketakutan. Arfi menolongnya bangun diposisinya itu dan membawanya keluar kelas menuju parkiran.
***
Disebalik pohon beringin. Tampak dua orang yang berada di situ. Memakai jaket hoodie berwarna biru donker dan hitam.
"Gimana? Berhasil?"
"Berhasil dong. Bukan kaleng-kaleng nih"
"Nah buat lo. Hus...hus.. pergi sana" ucap seorang siswi sambil memberikan selembar uang.
"Ha? Cuma lima ribu? Ini mah ga sesuai perjanjian. Harusnya dua puluh, masa cuma seperempat aja." Protes siswa lain.
"Aihss.. nah... nah.. nah... buat lo. Udah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend
Teen Fiction[First book✔] Masa depan memang selalu ada untuk mengubah apa yang terjadi dimasa lalu. Namun tidak untuk Aurel. Nyatanya masa depannya selalu saja bertemu dengan masa lalunya. Penuh dengan peristiwa yang kelam dan tragis. Separuh ingatannya sudah h...