ll Pelan-pelan semua menjadi benar

70 19 0
                                    

Usai pelajaran hari ini aku memilih untuk tidak langsung pulang. Tempat favorit ku sudah memanggil agar aku kesana. Segera ku langkahkan kaki ini menuju rooftop. Tempat dimana aku selalu dibayangi siluet dirinya.

Angin yang berhembus tenang semakin membuatku dimanja kenangan. Waktu yang telah usai, dimana aku masih pertama kali berani untuk membangun harapan. Aku tidak tahu, sebodoh apakah diri ini. Aku bahagia dan terluka dalam waktu yang sama.

Rambutku tergerai panjang, sengaja ku biarkan angin menyapunya. Aku suka dengan suasana ini. Setidaknya, perasaaan ini mulai membaik.

"KILLA!"

Aku menoleh dan mendapati gadis berambut sebahu yang tengah berlari menuju arahku.

"Kenapa?"

"Kita bisa ikut extrakurikuler badminton hari ini juga!"

Senyumku mengembang mendengar kabar itu. Aku akan mengembangkan hobiku disana. Menangkis segala sesal dan menangkap seribu angan. Hidup ini penuh tujuan, aku tidak mungkin hanya diam dan berkhayalan.

"Ya sudah! Ayo turun ganti seragam." Aku mengikuti langkah Lea yang begitu semangat sepertiku.

Kini segenap jiwa dan raga sudah berdiri didepan net. Tempat yang baru kali ini aku menapakan kaki. Dengan kaos polos berlambang burung elang emas ini, aku mulai bergerak.

Baru pertama kali ini aku memasuki ekstra, tapi sudah ku tunjukkan pada mereka kalau aku memiliki bakat yang terpendam. Mereka yang menontonku bersorak riuh dengan tepukan tangan yang menggema diseluruh ruangan indoor ini.

"Wah, kamu hebat sekali Killa. Aku gak nyangka loh." Lea berjingkrak-jingkrak setelah melihat kemenanganku melawan kakak kelas.

Setelah pertandingan berakhir, aku duduk dipinggiran lapangan. Meneguk sebotol air mineral yang Lea berikan. Aku tidak tahu kemana gadis itu menghilang. Mungkin dia sedang melihat para cogan yang berada ditangga utama. Ah Lea! Aku tertawa sendiri mengingat tingkah konyolnya itu.

Peluh di pelipisku masih menetes. Tapi kali ini bukan lelah yang kurasakan, melainkan rasa senang. Ketika aku sudah diizinkan oleh Papa untuk masuk extrakurikuler badminton.

Aku menatap kearah depan sambil memainkan jari-jariku. Bagaimana jika saat ini,

Kak Aska juga disini. Didalam satu ruangan umum, bermain bulu tangkis bersama, dan satu pertandingan denganku.

Setelah itu, dia duduk dipinggiran lapangan. Peluhnya mengucur deras hingga melewati dagu. Aku masih menatapnya dengan penuh rasa kagum. Kemudian, dia meneguk air mineral yang aku beri. Beberapa saat, dia menatapku. "Lelah ya Killa." katanya sambil menopang satu tangannya dibahuku.

Aku tersentak, ketika botol mineral ditanganku diambil paksa oleh seseorang. Seketika, aku melihat sekelilingku. Tidak ada dia. Kini kehampaan kembali merasuk dalam jiwa. Aku memijit kepalaku pelan. Kenapa aku terus memikirkannya.

"Mikiran apa sih? Frustasi amat." Ucap Lea yang baru saja datang dan melebur semua imajinasiku.

"Enggak. Kamu pulang aja kalau mau duluan."

"Beneran. Mau disini sendirian?" Tanyanya memastikan keadaanku. Aku mengangguk mantap. Setelah itu Lea benar-benar melenggang pergi.

PROSPECT HEART (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang