ll Kata hati Aska

44 6 0
                                    

Yang tidak kamu ketahui dariku

Ini yang tidak dia ketahui dariku. Sebenarnya, aku sudah mengetahuinya sangat lama. Semenjak dia pertama kali masuk sekolah yang sama denganku, aku sudah tertarik padanya. Dia begitu pemalu, tapi kalau sudah akrab sama temannya, sikap hangatnya akan terlihat. Waktu itu, aku hanya sekedar menganggap rasa ketertarikanku ini suatu kebetulan. Karena, sebelumnya aku sudah pernah menyukai seseorang. Tapi, seseorang itu berhasil membuatku ragu untuk membuka hati yang kedua kalinya.

Sampai satu tahun kemudian, aku memasuki kelas 12. Ternyata, rasa ketertarikanku bukan hal yang biasa. Awalnya aku memang mengesampingkan rasa ini. Apalagi, dia hanya adik kelasku. Mana mungkin juga, tiba-tiba aku mendekatinya. Setahun yang ku lewati, masih terbayang dalam benak tentang wajahnya, sikapnya, dan suaranya. Waktu hari pertama masuk ajaran baru, aku melewati depan kelasnya. Karena, memang jalan yang lebih dekat menuju kelasku melewati situ.

Setiap hari, aku melihatnya duduk di gazebo. Kadang, dia juga sering duduk di kursi panjang depan kelasnya. Tak jarang aku memperhatikannya diam-diam. Dan, dari situ aku mengetahui kalau dia seorang penulis. Aku mengamati wajahnya, ketika tak sengaja bertemu lagi dengannya. Dia begitu cantik, dan aku mengakui hal itu.

Ketika aku menenangkan diri di rooftop, ternyata dia juga ada di sana. Dia sedang berkutat dengan laptopnya untuk menulis cerita. Tapi, sering kali aku melihatnya hanya berdiam diri. Seakan banyak pikiran. Jangan tanya lagi bagaimana reaksi otakku. Saat seperti itu, aku mulai merasa khawatir dengannya.

Semenjak aku tahu kalau dia sering ke rooftop, aku pun juga sering kesana. Tapi, dia tidak menyadari keberadaanku. Mungkin, dia sibuk dengan perasaannya sendiri.

Setiap hari, ketika aku datang pagi-pagi, dia sudah berada di depan kelasnya. Aku selalu mendapat tatapan hangat darinya. Pada waktu itu aku memaknai bahwa dia sedang ingin mengenalku. Tapi dulu, aku selalu mengesampingkan hal itu.

Satu hal lagi. Aku pernah menemui dia menangis sendirian. Entahlah, saat itu batinku memang teriris, tapi aku begitu acuh dengan sekitarku.

Aku pernah membalas tatapannya lama sekali. Seingatku waktu itu, aku sedang berjalan menuju kelasku. Dia sedang bersama temannya. Seperti biasa, dia sedang mengetikkan sesuatu di laptop. Dia memandangku dan pandanganku ikut terpaku olehnya. Aku melihatnya seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi, aku langsung memutuskan kontak mata dan melanjutkan langkahku.

Beberapa hari setelahnya, waktu aku ke Aula, aku melihatnya lagi. Dia menatap ke arahku dengan sendu. Apa dia memang sudah mengenaliku. Waktu itu, banyak sekali pertanyaan dalam benakku. Setelah aku keluar dari Aula, aku bertemu dengannya di tangga. Dia menunduk, dan sepertinya sedang menangis. Aku juga tak sengaja menabraknya, hingga hal itu menjadi sebuah cerita ketika aku berbicara dengannya untuk kali pertama. Waktu itu juga, aku tahu namanya. Aku mengenalnya dengan nama Killa. Tidak tahu nama lengkapnya.

Semua egoku untuk mengabaikannya, runtuh begitu saja ketika dia masuk ekstrakurikuler bulu tangkis. Hal itu, aku pikir sebagai awal cerita kami. Sebagai ketua ekstranya, aku menyambut kedatangan anggota baru dengan hangat. Lagi-lagi aku dibuat tertarik oleh caranya bermain raket. Memang dia mempunyai banyak bakat tersembunyi. Hari pertama tanding, aku dan dia duduk berdua di pinggir lapangan. Kami beristirahat sembari mengobrol ringan. Aku bisa melihat wajahnya yang lelah masih berseri. Matanya memancarkan binar kebahagiaan. Dia juga bercerita, kalau dia merasa sangat senang ketika orang tuanya mengizinkan main bulu tangkis lagi.

Aku merasa canggung, ketika mendapati dia sedang memperhatikanku. Perasaan yang sempat ku abaikan, kini tak bisa aku hilangkan. Malah semakin sering aku bertemu dengannya, semakin tinggi pula keinginanku untuk mendekatinya.

PROSPECT HEART (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang