Hujan turun dengan derasnya dan mengiringi perjalanan terakhirnya ke tempat pemakaman.
Di samping peti jenasahnya terdapat orang-orang yang menyayanginya sepenuh hati rela menggunakan payung hitam untuk mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir.
Mereka yang menyayanginya tidak sadar jika ada seseorang yang tidak ada di samping mereka untuk mengantar kepergiannya.
Mereka hanya menangisi kepergiannya tanpa mengingat jika salah satu dari mereka telah hilang.
Yoongi POV'S
Kini aku sudah berada di depan sebuah gundukan tanah merah yang baru saja diberi bunga.
Aku hanya menatap kosong gundukan tanah merah tersebut tanpa meneteskan air mata sedikit pun.
Sedikit demi sedikit perasaan bersalah mendatangiku saat aku menatap gundukan tanah merah tersebut. Dan tanpa kukeluarkan, air mataku sudah turun dengan derasnya setelah aku merasakan perasaan bersalah.
"Mianhae... jeongmal... jeongmal.. mianhe..." kata-kata tersebut selalu kukatakan saat aku menatap gundukan tanah tersebut.
"Hyung... Sudah... Jangan menyalahkan dirimu terus menerus," aku menoleh dan menatap ke arah namja yang memanggilku. Namja tersebut selalu berada di sampingku saat aku membutuhkannya. Dia adalah Jimin.
"Jimin benar hyung. Jangan menyalahkan dirimu terus menerus, kau tidak salah," sekarang tatapanku beralih pada namja yang duduk di kursi roda. Dia adalah Taehyung. Namja yang baru keluar dari rumah sakit.
"Gomawo Jim, Tae, kalian selalu bersamaku dan menyemangatiku dalam keadaan apapun," hanya itu yang bisa kuucapkan kepada dua namja tersebut karena sudah tidak ada lagi kata-kata lain yang bisa kuucapkan.
"Sama-sama hyung," mereka tersenyum ke arahku dan aku hanya bisa menatap mereka sambil membalas senyum mereka berdua.
"Hiks... Hiks..." tiba-tiba aku kembali mendengar suara isakkan di sebelahku dan ternyata itu adalah suara eomma yang menangis dipelukan appa.
Aku melihat appa terus mencoba menenangkan eomma agar bisa berhenti menangis tetapi usahanya terlihat sia-sia karena eomma begitu sangat keras kepala.
Aku berjalan menghampiri mereka dan mencoba menenangkan eomma.
"Eomma... Jebal... jangan seperti ini... apa eomma mau dia menjadi sedih karena eomma menangis," ucapku dan dibalas gelengan pelan oleh eomma.
"Eomma tidak mau kan? Jadi eomma harus berhenti menangis dan tersenyum agar dia bahagia," lanjutku.
Eomma mulai mengusap air matanya dan melepas pelukan appa. Dia mulai memperlihatkan senyumnya dan membuatku merasa lega karena bisa menenangkannya.
"Gomawo Yoongi-ya, kau sudah menenangkan eomma mu," ucap appa.
"Dia kan eommaku jadi appa tidak perlu berterima kasih juga," balasku lalu meninggalkan mereka berdua dan menuju ke luar tempat pemakaman dan menunggu di mobil.
***************
Saat aku sampai di mobil, aku melihat Seohyun yang menungguku di depan mobil sambil membawa beberapa surat.
Tanpa ambil pusing lagi, aku berjalan ke arah mobil dan berbicara kepadanya.
"Kenapa kau disini?" tanyaku.
"Aku hanya ingin memberikan ini," dia menyodorkan delapan surat kepadaku.
"Surat? Dari siapa?" ucapku.
"Kau baca saja, dan ya! berikan itu sesuai namanya, sekarang aku pergi dulu," dia hendak pergi dari depan mobilku tetapi kutahan tangannya.
"Kau tidak menemui mereka?" dia hanya diam saat mendengar pertanyaanku lalu tiba-tiba dia melepas genggaman tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] THANK YOU FOR EVERYTHING || JJK
Fanfiction[END] Kisah pertama sebelum sequel dipublish. Asal mula Jungkook memalsukan identitasnya demi menjaga keluarganya dari bahaya yang mengincarnya. Highest rank #1 - in imajination #24 - in brothership