"Kau!"
***
Raut wajah Veya berubah menjadi marah, tidak ada aura yang bersahabat saat Veya menatap orang itu. Seorang wanita dengan dress merah maroon, make up yang tebal dan perhiasan berliannya yang Veya sangat tahu itu adalah milik Ibunya.
Rasa marah membuat Veya ingin sekali menjambak rambut wanita di depannya itu namun Veya tahu jika dia melakukannya disini maka semua orang akan menyalahkannya dengan kasus penyerangan. Karena teramat marah Veya akhirnya memutuskan untuk pergi menjauh dari wanita itu.
"Veya!" Tangan wanita itu menahan Veya.
Veya menepis tangan wanita itu dengan kasar. "Jangan menyentuhku!" Sinis Veya.
"Aku datang kesini untuk bicara denganmu secara baik-baik."
Veya tersenyum remeh, bicara baik-baik katanya! Cih. Kata-kata itu semakin membuat Veya merasa marah, sejak wanita itu datang ke dalam hidupnya semua tidak pernah menjadi baik.
"Maaf nyonya Vivian, aku tidak mau bicara denganmu!" Katanya.
Vivian semakin dibuat jengah oleh putri suaminya ini, Veya benar-benar sulit untuk dia dekati apa lagi untuk dia kendalikan.
"Sebentar saja." Paksa Vivian lalu menarik tangan Veya.
Veya terus melepaskan genggaman wanita itu,sampai Vivian memaksa Veya dengan menyuruh supir pribadinya memasukan Veya kedalam mobil.
"Lepaskan aku! Tolong! Siapa pun tolong aku." Teriak Veya.
"Nona,saya mohon jangan bersikap seperti ini."
Veya terus meronta saat supir itu terus memaksanya masuk kedalam mobil tenaganya tidak sebanding dengan supir itu. Hampir saja Veya pasrah saat seseorang menarik tangannya.
"Siapa kau!" Teriak Vivian.
Veya menatap laki-laki di depannya dia adalah Heta, yang menolongnya adalah Heta. Tanpa sadar Veya memegang lengan Heta dan bersembunyi dibalik badan tinggi Heta. Heta menatap Veya sekilah saat melihat wajah gadis itu terlihat begitu ketakutan.
"Maaf,kenapa anda memaksa gadis ini masuk ke dalam mobil anda?" Tanya Heta.
"Dia putriku,aku berhak memaksanya." Jawab Vivian.
Veya merasa tidak terima. "Aku bukan putrimu! Kau.. Kau itu hanya jalang dari Daddy ku." Teriak Veya dengan mata berkaca-kaca.
Vivian hampir menampar Veya namun Heta menjadi perisai untuk Veya, tangan Vivian berhasil ditahan oleh Heta.
"Tolong jangan bersikap arogan Nyonya." Ucap Heta penuh penekanan.
Vivian menarik tangannya dari genggaman Heta lalu dia mencoba menarik Veya dari perlindungan Heta namun tidak berhasil.
"Kau ini siapa,hah! Jangan ikut campur urusan keluargaku." Mara Vivian.
"Tidak ada keluarga yang akan menyakiti keluarganya sendiri." Balas Heta.
Vivian diam lalu dia menatap Heta dengan amarah. "Aku akan membalasmu nanti." ancam Vivian.
Vivian masuk kedalam mobilnya lalu pergi meninggalkan Veya dan Heta. Saat mobil itu sudah jauh Veya berlutut dan menangis Heta tidak mencoba untuk menenangkan Veya dia hanya melihat saja.
Veya menangis tanpa suara Heta pun akhirnya itu berlutut dan mensejajarkan dirinya dengan Veya. Heta menepuk pundak Veya dan berusaha untuk membuat gadis itu kuat.
"Menangislah dengan suara, jangan kau tahan." kata Heta.
Veya semakin menenggelamkan kepalanya di antar kedua lututnya, dia ingin menangis dengan suaranya tapi dia tidak mampu karena rasa sakit itu benar-benar membuatnya rapuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife
RomanceHeta dan Veya dua kesatuan yang saling tolak menolak, dibalik sikap tolak-menolak mereka tanpa disadari keduanya mulai terbiasa dengan keadaan dan akhirnya saling jatuh cinta.