Heta berbalik menghadap Veya dan menunggu gadis itu melanjutkan perkataannya. Tatapan tajam Heta tertuju pada sosok Veya yang terlihat ragu untuk mengucapkan sesuatu.
"Kenapa ? Tidak perlu ragu ucapkan saja."
Veya bingung mengatakannya karena gengsi yang begitu berlebihan membuat dirinya tidak mau mengatakan sesuatu pada Heta tapi jika tidak dikatakan mungkin saja dia akan pulang dengan berjalan kaki.
"Emm.. Gini,aduh gimana ngomongnya." Ucap Veya gelisah.
"Kamu mau pulang ikut dengan saya ?" Heta bertanya namun langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Veya.
"Lalu apa?"
"Gini pak, saya boleh pi-pinjem hp bapak gak ?" Veya menundukan kepalanya karena dirinya tidak sanggup menatap reaksi Heta.
Beberapa saat setelah mengucapkan kalimat itu dan tanpa suara sebuah Handphone kini berada di tangan Veya, Veya menatap Heta tidak percaya karena seorang dosen killer seperti Heta mau meminjamkan ponselnya pada mahasiswa yang bahkan dulu mengibarkan bendera permusuhan padanya.
"Pakailah."
"Nggak apa-apa nih pak ?"
Heta mengangguk tapi wajahnya berubah menjadi semakin datar, Veya tidak mau membuat dosen itu semakin kesal akhirnya menjauh dan mencoba menghubungi seseorang. Sekitar lima menit Veya mengembalikan ponsel Heta lalu mengucapkan terimakasih lalu pamit pergi.
Veya yang sudah menghubungi orang yang akan menjemputnya nanti segera menuju tempat yang sudah di janjikan, sesampainya di tempat yang dijanjikan Veya menunggu dengan sabar.
Tapi fokus Veya teralihkan pada sebuah mobil yang berhenti tidak jauh darinya, Veya mendekati mobil itu dan mengetuk kaca mobil. Kaca mobil itu diturunkan oleh pemilik mobil dan menampilkan wajah seseorang dari dalam.
"Pak,ngapain ngikutin saya sih?" Tanya Veya.
"Nungguin kamu di jemput."
"Saya di jemput supir,Pak. Mending bapak pulang aja."
"Tidak! Saya akan menunggu." Heta keluar dari mobilnya.
Veya semakin heran dengan sikap Heta yang aneh, Heta yang dikenal olehnya adalah dosen laki-laki menyebalkan yang tidak pernah perduli pada siapa pun. Tapi hari ini Veya melihat sosok lain dari seorang Heta Prayuda,sang dosen killer.
"Kamu lapar?" tanya Heta.
"Enggak." krucuk-krucuk suara perut Veya sangat berlawanan dengan omongannya.
Heta terkekeh saat mendengar suara perut Veya, tanpa menunggu Heta menarik tangan Veya menjauh dari mobilnya dan membawa gadis itu ke sebuah restoran kecil. Awalnya Veya terus menolak dan mengatakan jika dirinya tidak lapar tapi suara diperut gadis itu mengatakan hal lain.
Heta dan Veya telah sampai disebuah resotoran kecil dipinggir jalan, tempat yang cukup ramai karena berada di area pusat kota. Heta memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan tanpa memperdulikan Veya yang menatapnya dengan kesal.
Tidak berapa lama seorang pelayan mengantarkan dua spaghetti dan meletakannya di meja mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife
RomanceHeta dan Veya dua kesatuan yang saling tolak menolak, dibalik sikap tolak-menolak mereka tanpa disadari keduanya mulai terbiasa dengan keadaan dan akhirnya saling jatuh cinta.