5: Wanted (1)

212 30 0
                                    

"Hei, Lindis! Apa yang kau lakukan, ayo cepatlah? Kita beli sesuatu sebelum pulang." Satria penuh senyum dan dirinya kini di dalam mode euforia.

"Satria, kau tenang saja. Aku akan melindungimu jika ini menjadi berbahaya." Kata Lindis yang sesekali melirik ke belakang.

"Apa yang kau katakan? Ahhh ... bukankah itu Pak Leo! Oy ... Garmer dan Mintos juga ada disana!"

Satria berlari menuju kearah Pak Leo berada. Di sana ada Kepala Desa Leo yang berbadan kekar, Garmer si pemuda pedang dan Mintos pemuda tombak juga mengikutinya di belakang. Rizu si budak penjahat tidak ada lagi bersama mereka.

"Hei, bukankah janjinya bertemu di Gerbang Pintu Barat? Kenapa kalian kemari?" Tanya Pak Leo.

"Ya ..., kau tahu pak Leo aku berhasil menjual satu-satunya perhiasan yang kumiliki seharg— Ummmphhh ..."

Lindis menutup mulut Satria yang hendak menceritakan kesuksesannya menjual perhiasan miliknya menjadi 20 koin emas. Lindis melihat sekeliling dan dengan kode isyarat menyuruh pak Leo dan yang lainnya untuk mengikutinya ke gang sepi.

"Hei, apa-apaan Lindis? Mengapa tiba-tiba kau tutup mulutku?!" Satria yang heran dengan perlakuan kasar dari Lindis bertanya kepadanya.

"Kau bodoh kah?!" Teriak Lindis yang marah.

"Jadi, ada apa Lindis? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Pak Leo yang tidak mengerti situasinya bertanya.

"Ini loh Pak Leo! Satria ini duh ..., sini-sini, biar kuceritakan kepada kalian semua."

Kelima orang itu membentuk lingkaran saling bahu membahu dan Lindis mulai bercerita kepada mereka. Mulai dari negosiasi sukses Satria dengan penaksir perhiasan dari toko emas. Ekspresi wajah Kepala Desa Leo semakin memburuk. Dan ia melihat Satria dengan penuh kekhawatiran.

"Satria. Biar kuberi tahu kepadamu anak. Dunia ini keras, maka hiduplah dengan cerdas. Sebenarnya aku berharap kau mau menetap di desaku. Tapi setelah ini, jalanmu akan penuh dengan mara bahaya. Aku tak ingin membawa warga desaku untuk berjalan di jalan itu." Kata Pak Leo dengan melankolis.

"Huh, apa maksudmu Pak Leo?" Satria masih belum bisa mengidentifikasi mana kepala dan mana ekor dari semua ini.

"Lindis, apa yang ingin kau lakukan setelah ini?" Pak Leo mengabaikan pertanyaan Satria dan bertanya kepada Lindis.

"A-aku ..., aku akan ikut bersamanya. Aku merasa bertanggung jawab atas dirinya." Kata Lindis dengan mata berkaca-kaca.

"Kau sudah besar gadisku, aku harap kau bahagia bersamanya." Pak Leo menepuk pundak gadis pemburu itu.

"Jangan buat dia kecewa Satria." Ini Mintos yang bicara.

"Jika aku melihat Lindis sedih, aku akan menghajarmu ..., kau ingat itu baik-baik Satria!" Dan ini adalah Garmer mengancam.

"Tu-tunggu ..., aku tak paham maksud kalian, bisa lebih jelas kalau bicara? Duh ...,"

"Ini perpisahan, jaga baik-baik nyawa kalian." Kata Pak Leo kepada Lindis.

"Tu-tunggu ..., Pak Leo. Dari tadi apa? Aku tak paham! Sama sekali tak paham!" Satria panik dan masih belum bisa mengikuti alur pembicaraan.

"Lindis, kau beritahu dia situasinya saat ini. Aku heran bisa-bisanya dia setelah semua ini dan masih belum menyadari situasinya ... tapi bukan berarti dia bodoh. Malahan aku pikir dia itu cerdas. Hanya saja terlalu naif. Maa ..., mungkin itu karena amnesia." Pak Leo terus saja mengabaikan Satria.

"Aku tahu, aku tahu itu pak Leo. Jaga baik-baik diri Anda dan semuanya yang ada di desa. Beritahu berita gembira ini kepada nenek Gozy. Tolong sampaikan kepada nenek kalau Lindis akan hidup bersama Satria."

Dimensional MerchantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang