Satria berhasil kembali dengan selamat ke bumi modern. Kembali ke kos-kosannya, ia mandi sore lalu tidur di kasur busanya. Menyalakan kipas angin, ia menutup matanya dan mulai memikirkan tentang Thenierath. Ia menyesal karena telah kembali di bumi.
Heihhh ..., seharusnya tadi aku bermalam dulu di Thenierath.
Satria menyesal karena ia harus menghabiskan malam di kos-kosan murahnya. Udara panas, berpolusi, suara bising kendaraan, semua itu membuatnya merasa sedikit lebih senang untuk berada di Thenierath. Tak seperti di bumi, Thenierath terbebas dari semua itu. Belum ada industri berbasis energi fosil yang residunya menyebabkan polusi. Thenierath adalah surganya udara bersih.
Atau itulah yang dipikirkan Satria saat ini. Kemarin malam, ia kembali ke Thenierath dan disana ia tidur dengan lelapnya. Dan di sini, ia harus merasakan sumuknya kos-kosan 3x4 dengan diterpa angin kipas kecilnya. Kipas angin kecil Sekai dinyalakan tepat di samping wajahnya. Ini biasanya menyebabkan pengguna cepat masuk angin dan terkena flu, tapi kalau Satria tidak melakukan itu, ia tak bisa tidur.
Bukannya ia mau tidur di saat seperti ini, tapi perubahan suhu dari Lembah Floirmont yang sejuk dan asri dibandingkan dengan kos-kosannya di Semarang yang panas dan berpolusi ini membuatnya merasa gerah. Secepatnya kalau bisa, Satria harus membeli rumah baru yang nyaman dan luas di bumi.
Petang ia kembali dari Thenierath, waktu itu ia bisa melihat Wight(Mayat Beku) yang bangkit dari tanah seakan itu hal paling wajar di dunia. Satu persatu mereka bangkit dari tanah dengan tulang dan daging beku kulit kaku mereka. Pemandangan itu membuat Satria merasa takut, itu bagai menonton film gore-horror tema zombie di bioskop pas lagi sepi ..., bukan seperti Satria pernah menonton atau gimana.
Satria merasa takut, dengan jumlah mereka dan kekebalan mereka atas peluru senjata api. Senjatanya saat ini, Pistol Desert Eagle termasuk pistol berkekuatan besar. Bahkan kaliber pelurunya sama dengan beberapa Assault Riffle. Tapi bahkan dengan itu tak bisa membunuh mereka dalam sekali tembak. Kecuali mengenai kepala, Wight tak bisa mati. Ini membuat Satria gemetar.
Ia tak membanggakan kemampuannya dalam menembak. Ia adalah amatir dalam menangani senjata api. Memang ada skill Gun Mastery yang memberikan koreksi trayeksi tembakan, tapi koreksi itu sangat kecil sampai bisa diabaikan. Mungkin selama ini Satria beruntung bisa mengenai targetnya. Dan ..., peluru kaliber .50 AE dari pistolnya langsung 1-hit kill bagi para prajurit Hyuman di kota Ilafina. Itu membuatnya sombong dan merasa hebat, padahal sebenarnya dunia Thenierath tidak sesederhana yang dipikirkannya.
Ada Wight yang harus ditembak kepalanya. Lalu bagaimana yang lainnya, monster di sana bukan Wight saja. Dan ..., masih ada kemungkinan jika adanya beberapa individu hyuman di sana yang bisa membuat peluru tidak mempan. Satria tak mau memikirkannya, ia tak mau membayangkan seseorang yang bisa bergerak melebihi kekuatan suara untuk menghindari peluru senjata api. Itu sudah diluar nalarnya.
Kemungkinan situasi itu terjadi ada dan cukup besar. Lawan yang tahan tembakan peluru, memang tak masuk akal tapi di dunia sihir dan pedang itu bisa saja. Satria tak mau berpikir keras tentangnya. Dan itu mengantarkannya untuk memikirkan bagaimana cara membuat budak-budaknya bisa menjaga diri dari para Wight itu. Bagaimana cara budak-budaknya bertarung untuknya. Dengan apa mereka melakukannya, dan darimana ia menyediakan senjata mereka.
Huhh ..., membuat budak-budak itu jadi prajurit. Seperti budak perang? Jadi aku butuh senjata untuk mereka semua. Tapi apa? Senjata apa yang bisa kudapatkan di bumi yang bisa mereka pakai.
Satria sudah pernah melihat kualitas pedang yang ada di Thenierath. Itu buruk. Bahkan baginya yang amatir dalam senjata dingin merasa bila itu tidak bagus-bagus amat. Logam yang mereka pakai, mungkin itu kuningan, atau tembaga, ada beberapa besi tapi masih belum ada baja. Dibandingkan bumi modern saat ini, kualitas logam olahan di Thenierath berbeda jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensional Merchant
AdventureHampir di segala dimensi, namanya dikenal. Bukan nama aslinya, tapi nama samaran yang selalu dipakainya. Ketenarannya melebihi segala makhluk. Jika ada yang bertanya siapa makhluk paling kaya di dunia ini, maka siapa saja pasti akan menyebut namanya...