17: School (2)

208 24 3
                                    

"Huh, apa ..., kau bilang apa barusan Satria?" tanya Desta yang pura-pura tak tahu.

"Benar-benar, kombinasi terburuk ..., kalian berdua. Lalu, kau ..., lacur gila. Benar-benar kau lacur, kau menjual tubuhmu kemarin kepada om-om lalu kau mengesekkan dadamu ke sampah ini! Benar-benar lacur kau. Maa, aku sudah tahu kalau kau lacur gila sejak dulu. Jadi tak mengapa lah. Untuk catatan saja, Desta, hati-hati dengan lacur ini, mungkin dia masih belum membersihkan tubuhnya." Kata Satria tak menahan dirinya.

"Lacur gila?! Satria! Kau!" Teriak Felicia tak terima panggilan dari Satria.

"Huh, apa yang kau lakukan kemarin!? Katamu kau mengunjungi nenekmu, kau berbohong?"

Desta menaikkan dahinya bertanya kepada Felicia. Meski Desta sendiri sering mempermainkan wanita, ia juga merasa marah jika ada wanita mainannya bermain dengan orang lain.

"Beb, bukan seperti itu. Dia bohong. Jangan percaya omongan pria miskin itu." Felicia dengan panik mencoba membenarkan situasi ini.

"Aku tanya kepada kau, kemarin kau kemana saja? Dan apa yang kau lakukan?" tanya Desta dingin menatap Felicia tajam.

"Sudah kubilang, bukan seperti itu. Percayalah padaku. Naa ...,"

"Jalang!"

Desta mendorong Felicia dan tubuh ringan perempuan itu terjatuh dari sofa. Desta berdiri dan berjalan mendekati Satria yang berdiri masih dengan senyum mempermainkan. Anak buahnya juga sudah mulai berhenti bermain kartu, merokok atau apalah yang dilakukan mereka dan mulai melihat ke bosnya.

"Oy! Tangkap jalang itu!" teriak Desta memerintah anak buahnya.

"Uss!"

Anak buah Desta menahan Felicia yang berniat mau melarikan diri. Desta berhenti di depan Satria. Menatap Satria dengan dingin dan penuh dendam ia bertanya.

"Jadi, apa yang kau tahu sedang aku tidak? Apa yang dilakukan wanita jalang itu kemarin? Kau tahu itu kan? Satria ...?!?" teriak Desta didepan wajah Satria.

Satria mengerutkan hidungnya, bau mulut Desta sangat apek. Seperti bau rokok. Satria mundur beberapa langkah dan ia berkata.

"Maa, apa ... aku hanya melihatnya bersama om-om. Tapi aku kemari bukan untuk melaporkanmu hal itu kepadamu. Lagian, aku tak peduli dengan lacur gila itu."

Desta menatap Satria dengan matanya yang memerah. Desta tersenyum dan menemukan ide baru di pikirannya.

"Huhuhu, Lacur gila? memang benar dia lacur, dan gila ..., tapi wajah dan tubuhnya tak begitu buruk tidakkah kau pikir begitu Satria?" Seakan menemukan mainan baru, Desta mencoba menghasut perjaka Satria untuk merasakan tubuh wanita.

"Hmmm, memang, jika mengabaikan sifat dan perilakunya dia cukup bagus. Maa, tapi hanya orang gila yang mau dengannya."

"Huhuhu, kau ..., masih perjaka kan?" tanya Desta dengan senyum bejat.

"Uhh ...?" Satria heran dengan perkataannya.

"Oy, lucuti pakaian lacur itu. Kita berikan kesempatan kepada teman kita Satria untuk merasakan kenikmatan dunia." Perintah Desta kepada anak buahnya.

"Hyahyahya ... memang bos kita terbaik. Tapi, bukankah lebih baik jika kita yang melakukan itu dengan lacur ini lalu kita berikan tontonan berharga kepada Satria?"

"Benar, pasti dia belum pernah melihat yang asli dan hanya bisa menonton dari balik layar."

"Benar-benar, mungkin itu bisa menjadi pengalaman sekali seumur hidup baginya."

"Huhuhu, bagus juga itu. Oke, kau boleh lakukan itu."

Desta setuju dengan usulan anak buahnya. Anak buahnya mulai melucuti satu persatu pakaian Felicia.

Dimensional MerchantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang