22: Alaistar (2)

187 23 5
                                    

Thyst Alaistar berdiri lalu mengangkat roknya dan membungkuk di depan Satria. Ia berkata.

"Mulai sekarang, mohon bantuannya ... Suamiku."

"Sh*t! The hell with this?!" teriak Satria tak tahu dengan situasi ini.

"I just propose you to become our household master. For that purpose, you need to be my husband. What's wrong?" Thyst Alaistar memiringkan kepalanya tak paham. Menjawab Satria dengan bahasa Inggris yang fasih dan sangat cocok dengan penampilan kaukasian-nya.

"Kenapa Inggris?"

"Huh? Ing-gu-ri-su?"

"Lupakan! Lalu ..., mengapa kau tiba-tiba melamarku menjadi Kepala keluarga Alaistar. Lagian tidak ada yang bilang kalau memberikan pusaka keluarga itu sama saja melamar! Duh, kenapa tidak ada yang bilang kepadaku tentang itu!?!" Satria masih teriak-teriak dan mencoba mencerna informasi ini dengan panik.

"Apakah Anda tidak menyukainya? Anda membenci saya?" Tanya Thyst dengan mata basah memelas.

"Aku tak akan termakan aktingmu itu, wanita licik." Balas Satria dingin.

Thyst hanya tersenyum memperolok dirinya sendiri. Mungkin apa yang dilakukannya kepada Satria kemarin hari masih membekas dan memberikan Satria alasan untuk membencinya.

Tapi Thyst tak masalah dengan itu, ia hanya ingin merasakan kelezatan makanan dari Satria. Cara apa pun akan dilakukannya untuk menuju tujuan itu. Mungkin itu terdengar sangat licik, tapi Thyst tak bisa menahan dirinya untuk mencoba rasa makanan surga itu. Semua itu ditambah masa depan dagang yang cerah bersama Satria. Thyst punya banyak alasan untuk menjadikan Satria suaminya.

"Aku tak butuh ini, aku kembalikan ini kepadamu." Kata Satria berniat mengembalikan belati Wolf Star kepada Thyst.

"Jika Anda benar tidak membutuhkannya, maka Anda kehilangan kesempatan untuk menguasai keluarga Alaistar. Apakah Anda benar-benar menginginkan hal itu?" tanya Thyst sekali lagi.

"Apa untungnya aku menguasai keluargamu, apakah kau bisa menjelaskan keuntungan dari itu? Uhh ..., Lindis?"

Saat Satria berniat menanyakan keuntungan dari posisi itu, Satria melihat Lindis yang berjalan mendekat. Satria bisa melihat jika ekspresi wajahnya tak begitu baik. Lindis datang ke sana lalu menyeret Satria dan juga Thyst.

"Ikut kemari, ini perlu bicarakan di dalam." Kata Lindis.

Satria dan Thyst patuh kepada perkataan Lindis dan berjalan masuk ke tenda.

"Lindis, aku bisa jelaskan ini ... kau tahu, aku tak tahu tentang ini karena aku bukan orang dari sini. Dan aku tak tahu adat istiadat di sini. Aku minta kau tidak salah paham dulu, aku sama sekali tak pernah berpikiran sedikit pun untuk menikahi wanita ini. Ide untuk menjadi pasangannya saja sudah membuatku merasa risih." Kata Satria mencoba meluruskan kesalahpahaman Lindis.

"... mendengarnya langsung dari mulut Anda, itu sangat menyakitkan ternyata." Gumam Thyst sedikit kecewa.

"..."

Lindis tak berkata apa-apa. Ia hanya membalik badannya dan menyilangkan tangan di atas dada. Membuang muka dari Satria dan Thyst. Satria melihat punggung Lindis tapi ia tak bisa memberikan alasan selain itu.

Thyst juga tak berusaha untuk menjelaskan situasinya kepada Lindis. Di mata Thyst Alaistar, Lindis hanyalah seorang pemburu dan rakyat jelata sedang dirinya adalah pedagang dan bangsawan. Kesenjangan sosial ini sangat besar, tidak ada alasan untuknya kalah dari Lindis. Satu-satunya aspek yang mungkin Thyst tak bisa menang dari Lindis mungkin ukuran buah dada.

Dimensional MerchantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang