Hilang:16

800 135 1
                                    

Tinggalin jejak kalian🙇 Tekan tombol Bintang di bagian kiri bawah.

Malam telah berlalu, Bintang kian meredup. Matahari memancarkan sinarnya, ketika matahari terbit dari ufuknya burung-burung terbangun dari tidurnya dan bersiul indah sambil mengepakan sayap-sayap mungilnya.

Irene pun terbangun dan memandang ke arah luar jendela, bunga-bunga di taman yang basah karena di selimuti embun pagi hari yang telah meninggalkan bau basah, pohon-pohon rindan bergoyang dengan tiupan angin sehingga memancarkan suasana sejuk dari setiap ranting,dahan,batang, dan daun seakan akan sedang berzikir ke pada sang khaliq.

Senyumannya yang terpancar seakan-akan melengkapi seluruh keindahan yang ada di sekelilingnya, seakan-akan ia selalu ingin merasakan suasana-suasana indah seperti saat ini dan ingin mengabarkan kepada semua orang tentang apa yang ia rasakan pada saat itu, sekan hati berkata "Jangan lupa bersyukur terlepas semua nikmat yang kamu dapatkan hingga saat ini."

"Sayang, kamu tidak ingin sarapan?"

Suara itu, suara yang selalu ia dengar pertama kali saat bangun tidur. Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar suara itu. Irene sungguh rindu akan kebersamaan keluarganya. Irene segera bangkit dari duduknya lalu keluar menuju asal suara tersebut.

"Mama masak ap-

Tiba-tiba suasana hening. Tiga orang yang tengah duduk dimeja makan hanya mengedipkan matanya beberapa kali melihat Irene yang hanya memakai hotpants dan kemeja putih yang kebesaran. Bagaimana Irene tidak malu, disana, di meja makan itu ada Sehun yang melongo melihat Irene.

"Sayang, mandi dulu baru kita sarapan bersama, kamu tidak malu dengan Sehun disini." ucap mama Irene.

Irene hanya meringis pelan lalu membalikkan badannya kembali ke atas untuk mandi.

"Aish anak itu." ucap Tn Bae.

"Sehun tidak apa-apa kan jika sarapannya tertunda sebentar?"

"Tidak apa-apa eomma."

"Dia selalu seperti itu Sehun, anak itu walaupun tampangnya terlihat datar seperti papan triplek sebenarnya dia itu seperti anak kecil."

Di dalam hati Sehun tersenyum geli mendengar pernyataan tentang Irene dari mulut calon mertuanya itu.

Tak lama kemudian Irene turun dengan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.

"Kemari duduk di sini." ucap Ny Bae.

"Kapan dia kemari?" ucap Irene sambil menunjuk Sehun dengan dagunya.

"Hei sayangku tidak boleh begitu oke. Kau bahkan pernah mengatakan jika kau sangat rindu dengan pangeranmu ini saat di USA." goda Ny Bae.

"A-apa! Ti-tidak aku tidak pernah mengatakannya." elaknya.

"Dia memang begitu eomma, dia selalu berkata tidak tapi kenyataannya benar." ucap Sehun dan Irene hanya memandang Sehun sebal.

Semua orang yang ada meja itu tertawa. Mereka mulai melanjutkan sarapan mereka yang tertunda. Mereka bercengkrama bersama membahas tentang sesuatu yang tidak perlu di bahas dan membuat mereka tertawa.

Ini baru yang dinamakan keluarga, dimana tak ada satu orang pun yang melewatkan sarapan bersama dengan sedikit candaan di dalamnya.

Setelah sekian lama Sehun menunggu sang kekasih akhirnya penantiannya berbuah manis. Sekarang ia bisa melihat senyuman manis itu. Senyuman yang dulunya ia kagumi hingga sekarang. Bahkan Sehun senang bisa melihat Irene tertawa lepas seperti saat ini.

Merupakan suatu hal yang sangat sukar ketika semua yang awalnya baik tiba - tiba berubah menjadi buruk. Dan yang lebih sukar dari itu adalah memilih sebuah pilihan antara melepaskan atau tetap bertahan. Dan aku memilih untuk tetap bertahan, membuat kanvas putih yang tersapu warna-warna homogen indah.

-Sehun

[✔]• H I L A N G •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang