Setelah pertemuannya tadi pagi dengan Sehun, Irene memutuskan untuk pulang. Sekarang waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Tapi Irene tak bisa memejamkan matanya. Rasa kantuknya hilang.
Irene ingin sekali tak menjadi orang egois. Ia hanya kecewa dengan apa yang dilakukan Sehun padanya. Rasa cemburunya berhasil membuat hubungannya merenggang.
Apakah sekarang Irene yang takut kehilangan Sehun sekarang? Mungkin. Ia benar-benar mencintai Sehun sampai-sampai ia tak ingin kehilangannya. Sehun adalah segalanya bagi Irene. Bagaikan manusia tanpa air, Irene tak bisa jauh dari Sehun.
Cairan bening mulai keluar kembali dari pelupuk mata Irene. Ia memegang dadanya yang sesak tapi perlahan ia merasakan ada benda yang pernah Sehun berikan padanya. Kalung bergantung makro salju. Irene menggenggam benda itu, ia benci keadaan ini. Dimana ia lemah hanya karena laki-laki.
Tiba-tiba pintu kamar Irene terbuka menampilkan seorang pria jangkung lengkap dengan jas dan rambut yang acak acakan.
"Siapa yang menyuruhmu masuk!"
"Aku merindukanmu Irene."
"Pergi! Aku tak sudi melihatmu." ucap Irene sambil terisak.
"Kumohon biarkan aku memperbaiki semuanya." ucap Sehun mulai mendekat kearah Irene dan Irene mulai melemparkan bantal guling dan benda yang ada disitu.
"Lepaskan aku! Brengsek!" ucap Irene sambil meronta ronta saat Sehun mulai memeluknya tapi Sehun tetap memeluk Irene. Memeluknya dengan erat agar Irene berhenti meronta.
Ketika Irene mulai tenang Sehun semakin mempererat pelukannya. Punggung Irene bergetar dengan isakan kecil dari bibir mungilnya.
"Kau jahat!" ucap Irene sambil memukul dada bidang Sehun. Sehun hanya diam saja menerima perlakuan Irene padanya karena itu tak sebanding dengan sakit yang dialami Irene.
"Brengsek! Bajingan!" Irene terus saja memukul dada bidang Sehun dan perlahan Irene tak kuat menahan bobot tubuh nya dan merosot kebawah. Air mata Sehun terus keluar rasa bersalahnya semakin kuat saat melihat bagaimana rapuhnya Irene.
"Aku akan menjelaskan semuanya padamu. Akan kubuktikan jika kau lah wanita yang kucintai di dunia ini."
"Aku tak tahu dari mana datangnya wanita itu yang ku tahu adalah dia ingin melamar pekerjaan dan saat aku melakukan interview kepadanya ia mulai menggoda ku dan ya seperti yang kau lihat."
"Aku berani sumpah Irene aku tak memiliki hubungan apapun dengannya. Percayalah padaku sayang." ucap Sehun sambil mengecup kening Irene.
"Tidak percaya!"Sehun menghembuskan nafasnya frustasi. Sehun mulai menggendong Irene untuk di dudukkanya di ranjang.
"Percayalah Rene, kamulah orang yang hatiku temukan, yang pikiranku mengingatmu, yang takdirku inginkan dan yang sangat aku cintai." ucap Sehun sambil menatap mata Irene dengan intens lalu mengecup lembut bibir Irene.
"Aku percaya." ucap Irene sambil memeluk Sehun dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Sehun dan Sehun memeluk erat Irene sampai tubuh mungil Irene tak terlihat.
"Aku cemburu saat wanita rubah itu duduk dipangkuanmu. Aku cemburu saat wanita rubah itu menyentuh dada bidang mu. Aku cemburu saat wanita rubah itu menyandarkan kepalanya di bahumu."
Sehun tersenyum tipis mendengar pernyataan Irene. Sehun senang karena telah memperbaiki kesalahannya ia tak tahu bagaimana jadinya jika ia dan Irene benar-benar berpisah mungkin ia akan gila.
"Aku milikmu Rene dan kamu milikku semua yang ada padaku milikmu begitu juga denganmu, semua yang ada padamu adalah milikku."
Lalu Irene memposisikan dirinya duduk dipangkuan Sehun dan memeluk leher Sehun dengan posesif. Perlahan bibir mereka menyatu.
Menyalurkan semua rasa cinta yang dimiliki keduanya. Mereka saling melumat dan bertukar saliva. Tangan Sehun pun mulai memeluk pinggul ramping Irene dan menariknya agar lebih dekat dengannya.
"Nghhh."
Sehun mulai memiringkan kepalanya kekanan dan kekiri untuk mendapat posisi nyaman.
"Jangan seperti itu lagi." ucap Irene disela-sela ciuman mereka.
"Tidak akan pernah." lalu Irene tersenyum tipis dan kembali melanjutkan kegiatan mereka.
Perlahan Sehun membaringkan tubuh Irene dan menindihnya. Dengan tergesa-gesa memburu nafsu Sehun melepas jas serta kemeja putih yang ia kenakan dan itu membuat Irene menelan ludah kasar.
Sehun kembali mencium Irene dengan agresif. Irene hanya diam saja dan menerima perlakuan Sehun padanya tapi tangan Irene tak tinggal diam. Tangannya mulai merayap ke perut sixpack Sehun, merasakan keindahan lekuk tubuh Sehun dan kemudian berpindah mengelus punggung lebar Sehun.
"Ngghh Sehun." desah Irene saat Sehun membuat tanda dilehernya.
Tangan Sehun mulai membuka kancing baju Irene. Setelah baju Irene terlepas, Sehun membuang asal baju Irene. Sekarang Irene hanya memakai tanktop tipis dengan bra hitam yang menggoda.
Mereka tak henti-hentinya untuk berciuman dan sekarang tangan Sehun mulai menjalar menelusup ke dalam tanktop Irene dan mengelus sensual perut rata Irene. Tiba-tiba Sehun menghentikan ciumannya dan menatap lekat iris mata Irene.
"Tatap aku sayang."
Pada detik berikutnya Irene menatap mata Sehun yang terengah-engah dan sudah berkabut dengan nafsu.
"Aku milikmu Irene, semua ini milikmu." ucap Sehun seraya menggenggam tangan Irene dan mengarahkannya pada dada bidangnya lalu naik ke rahang tegasnya dan berakhir pada pahatan wajah yang sempurna milik Sehun.
"Sekarang kau percaya bukan?" lirih Sehun sambil mengecup lembut punggung tangan Irene.
"Hmm aku percaya Sehun."
Sehun tersenyum kecil lalu mulai mengecupi setiap inci wajah Irene.
"Aku mencintaimu sayang."
"Aku lebih mencintaimu Sehun."
Pelangi tak akan muncul jika tak ada hujan, seperti hubungan. Hubungan tak akan Indah jika tak ada masalah karena masalah yang ada dan kalian bisa menyelesaikan bersama itu akan memiliki akhir yang Indah.
-Hilang
Ga bisa bikin nc yang lebih ngghh😂Ajarin dong
Sebenernya aku udah nulis sampek chapter 30 tapi males publis soalnya votenya semakin lama semakin menurun☺
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]• H I L A N G •
Fanfiction[ S E L E S A I ] Book 2 - Hilang Setelah lama perpisah jauh denganmu aku sering membayangkan suatu saat nanti aku bisa memilikimu seutuhnya. Suatu hari kelak. Aku akan mencintai satu hati. Hati yang kusebut sebagai cinta sejati. Entah kapan waktu...