Hilang:26

695 95 21
                                    

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Kehidupan ini sangat cepat, bahkan lebih cepat dari selang waktu. Hubungan Irene dan Sehun semakin lama semakin erat. Walaupun keduanya sama-sama sibuk tapi mereka tahu waktu yang tepat untuk bertemu menyalurkan rasa rindu diantara mereka.

Sekarang, Irene sudah melewati masa sulitnya yaitu tugas akhir semesternya. Ya, sekarang ia sudah lulus bahkan saat ini ia sedang menjalankan tugasnya sebagai penerus perusahaan ayahnya Tn Bae. Tapi ia masih dalam masa baru maksudnya ia masih menjadi pegawai biasa di kantor ayahnya sendiri.

Tidak apa, karena setelah perjuangannya berbuah manis ia akan menduduki kursi jabatan teratas.

Lain dengan Sehun yang sudah mulai membangun sebuah mall dan itu membuat Irene semakin bangga dengan apa yang dilakukan Sehun karena Irene tahu bagaimana perjuangan Sehun membangun mall tersebut. Ia tahu bagaimana Sehun harus pulang larut malam sampai lupa makan. Dan juga ia tahu bagaimana Sehun mengeluh padanya karena sakit kepala yang menyerangnya.

Irene yang sedang dalam perjalanan menuju perusahaan Sehun tersenyum tipis. Ia teringat akan hal yang sudah ia lewati bersama Sehun. Bahkan ia lupa berapa lama ia menjalin hubungan dengan Sehun.

Hitam putih hidup telah dilewati bersama-sama dan itu membuktikan jika mereka memang ditakdirkan untuk bersama. Tuhan tahu apa yang terbaik untuk mereka.

"Noona Bae, kita sudah sampai."

Lamunan Irene buyar ketika sopir yang mengantarnya mengatakan bahwa ia sudah sampai di kantor Sehun. Irene mengerjapkan matanya dan langsung turun.

"Aku akan pulang dengan Sehun."

Paman Sam selalu mengerti maksud Irene bagaimana tidak? Sopir yang biasa ia panggil paman Sam tersebut sudah bekerja hampir sepuluh tahun di rumahnya dan ya dia juga tahu bagaimana sikap Irene. Dan dia juga merasakan jika noona muda mulai berubah sejak bertemu dengan Sehun dan ia bersyukur atas itu.

Setelah melihat mobil itu melaju cepat Irene segera memasuki gedung bertingkat tersebut.

"Noona Bae ingin bertemu dengan tuan Oh?" tanya salah satu resepsionis yang terdapat disitu. Dan Irene hanya menganggukkan kepalanya.

"Maaf noona tapi tuan Oh masih ada tamu."

Irene benci ini, haruskah ia menunggu disini? Yang benar saja. Ia bahkan tidak tahan untuk memeluk tubuh Sehun dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Sehun.

Tanpa menunggu persetujuan dari resepsionis tersebut Irene melangkah menuju lift tanpa memperdulikan teriakan resepsionis tersebut.

Sampainya di lantai atas Irene mulai membuka pintu yang lebarnya hampir seperti pintu kerjaan bukan hampir tapi sudah mirip.

Baru saja ia melangkah masuk ia sudah disuguhi pemandangan yang amat indah sampai tenggorokannya tercekat. Rasanya jantung yang awalnya berdetak kencang menjadi terhenti seketika.

Perempuan dengan pakaian minim duduk di pangkuan Sehun dan menyandarkan kepalanya di dada Sehun. Dan Sehun terlihat tak nyaman dengan posisi itu.

Irene hanya diam saja, mulutnya sulit untuk mengatakan sesuatu bahkan kakinya mati rasa. Setelah sekian lama ia menjalin hubungan ternyata ini balasannya? Apakah semua ini adil? Tidak, ini tidak adil.

"Sehunnie."

Pandangan mereka berdua langsung tertuju pada Irene yang berdiri diambang pintu. Sehun terkejut dengan kehadiran Irene, bahkan ia mulai gelagapan dan mulai menjauhkan perempuan itu dari dirinya.

"Irene aku bisa jelaskan."

Irene menghempas kasar tangan Sehun saat Sehun memegang tangannya. Cairan bening mulai jatuh dari pelupuk matanya.

"Aku tidak butuh penjelasanmu!"

Irene segera melangkah pergi tapi tangannya di tarik oleh Sehun dan kemudian Sehun berlutut di hadapannya.

"Kumohon ini hanya salah paham."

"Salah paham kau bilang?! Bahkan aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!"

"Dan kau wanita rubah! Kau murahan!" ucap Irene lagi.

Irene berlari menuju lift turun tanpa memperdulikan tatapan para pegawai Sehun.

"KAU PUAS HAH! KAU MENGHANCURKAN HIDUPKU!"

"WANITA TAK TAHU DIRI! BAHKAN AKU JIJIK TELAH TERSENTUH OLEHMU!"

"PERGI KAU DARI SINI!"

"Sehun! Apa kau sadar kau telah mengusir siapa?"

Sehun tidak peduli dengan apa yang dikatakan wanita itu yang terpenting saat ini adalah Irene. Ia segera berlari mengejar Irene. Ia menelusuri jalanan matanya menyapu setiap sisi jalan. Tapi ia tak menemukannya.

"Lacak keberadaan Irene."





























"Tak perlu melacak ku."

Sehun yang mendengar suara tersebut langsung berbalik dan ia menemukan Irene dengan keadaan mata sembab. Sorot mata itu, sorot mata kebencian yang selalu Irene tampilkan saat masih sekolah. Wajah datar Irene menambah kesan jika Irene kembali membangun dinding es nya.

"Irene aku bisa jelaskan semuanya. Semua yang kau lihat tak seperti yang kau pikirkan." ucap Sehun dengan keadaan yang kacau.

"Memangnya apa yang ku pikirkan?" ucap Irene sambil menatap datar Sehun.

"Aku mengerti aku sadar jika aku salah, tadi it-

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Aku ingin break."

[✔]• H I L A N G •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang