Hilang:25

654 94 1
                                    

Galeri Seni Arko.

Disinilah sekarang Sehun dan Irene berada, sebuah fasilitas pameran yang berada di bawah naungan layanan Badan Seni dan Budaya Korea, buka pada Mei 1979 di dalam komplek Seoul National University.

Berlokasi di Daehangno, pusat dari budaya dan produksi seni Korea, gedung Galeri Arko didesain oleh arsitek Kim Soo Geun dan bangunan bata merahnya menjadi simbol khas dari Daenghangno.

Oleh karenanya, bangunan ini dikukuhkan sebagai Seoul Future Heritage di tahun 2013 karena mampu pertahankan arsitektur asli yang khas hingga saat ini. Gedung ini disewa untuk pameran demi memberi dukungan kelompok seniman maupun individu yang pada masanya tidak terlalu banyak jumlah galeri di Korea.

Mereka berdua berjalan beriringan menelusuri setiap lorong yang terdapat berbagai macam lukisan di dindingnya. Mulai dari lukisan realisme, kubisme, ekspresionisme, fauvisme, seni abstrak, dan seni modern.

Tiba-tiba Irene berhenti tepat di depan lukisan yang panjangnya kira-kira setengah senti dan lebarnya kurang dari satu meter. Di dalam lukisan itu terdapat sebuah pohon dengan bulan Purnama di belakangnya.

"Sehun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sehun." panggil Irene saat Sehun sedang melihat lukisan lainnya.

"Cepat kemari." Sehun menoleh ke arah kekasihnya itu dan langsung menghampirinya.

"Ada apa sayang hmmm?" ucap Sehun.

"Menurutmu, apa arti dari lukisan ini?" tanya Irene pada sang kekasih sambil memegang dagunya.

"Mungkin kehidupan yang abadi. Menurut psikotes pohon yang terletak di tengah mendambakan rasa aman dan stabilitas. Dan bulan Purnama itu menandakan sinar terang yang artinya petunjuk jalan kehidupan yang lebih baik."

Mendengar penjelasan dari sang kekasih, Irene mematung dan hanya matanya yang berkedip. Ia tak menyangka bahwa kekasihnya ini benar-benar jenius. Tentu saja, jika tidak tak mungkin Sehun menjadi CEO muda di Korea ini.

"Bagaimana caranya supaya aku bisa memiliki lukisan ini?" ucap Irene pada dirinya sendiri.

"Mudah, aku tinggal membelinya sekarang juga atau jika perlu akan ku beli dengan bangunannya sekalian."

"Kau yakin?"

"Tentu saja, tidak ada yang tidak untuk kekasihku ini."

Irene tersenyum lebar mendengar pernyataan Sehun tadi. Bukannya Irene sombong karena memiliki kekasih yang sempurna seperti Sehun tapi karena Irene merasa jika kata-kata Sehun tadi itu lucu dan membuatnya ingin tertawa.

"Aku ingin makan bibimbap dengan telur besar diatasnya, ditambah bulgogi dan satu gelas soda." ucap Irene sambil menarik overcoat yang dikenakan Sehun.

"Baiklah, jadi tidak ingin ke lantai berikutnya?" tawar Sehun dan Irene menggeleng cepat. Saking gemasnya, Sehun langsung mengacak rambut Irene dan membuat Irene mendengus sebal.

Mereka berdua berjalan menuju pintu keluar. Sesampainya di liar, tepatnya di pinggir jalan menuju Galeri Seni Arko terdapat seorang pelukis sedang memamerkan koleksi lukisannya. Irene yang sangat menyukai lukisan langsung menghampiri seniman tersebut dan meninggalkan Sehun.

Matanya berbinar ketika melihat lukisan abstrak yang menarik perhatiannya. Tidak begitu bagus, tapi menurutnya sangat berarti.

"Ahjusshi, apa makna dari lukisan ini?" ucap Irene sambil menunjukkan lukisan yang dimaksud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ahjusshi, apa makna dari lukisan ini?" ucap Irene sambil menunjukkan lukisan yang dimaksud.

Seniman tersebut tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan Irene. Tapi ketika Ahjusshi itu membuka mulutnya tiba-tiba Sehun datang.

"Sayang, aku cari kemana mana ternyata disini." ucap Sehun sambil menangkup kedua pipi Irene.

"Aku hanya ingin melihat lukisan ini, lepas ishh." ucap Irene dan melepaskan tangan Sehun dari wajahnya.

"Apa yang ingin kau beli?" tanya Sehun sambil melihat lukisan yang terpajang di situ.

"Sehun diam dulu oke? Aku tadi bertanya kepada Ahjusshi ini." Sehun menaikkan satu alisnya dan mengangguk pelan.

"Jadi Ahjusshi, apa arti dari lukisan ini?"

"Saat sebelum manusia tercipta dalam rahim ibu nya, saat masih dalam bentuk sperma yang jumlahnya miliaran, dimana dari setiap sel tersebut saling berlomba untuk menuju sebuah sel telur dalam rahim. Mereka berlomba menuju kedalam pusaran kehidupan, dimana didalam rahim sang ibu, kehidupan dari manusia mulai terbentuk. Dan disitu pula takdir akan kehidupan manusia ditetapkan."

"Seperti Tuhan yang menetapkan takdirnya bahwa kau adalah jodoh ku." percayalah jika ini bukan Ahjusshi yang mengatakannya tapi Sehun.

"Aku kan bertanya kepada Ahjusshi, kenapa kau yang menjawabnya?!" ucap Irene.

"Memangnya kenapa? Tapi maknanya benar begitu kan Ahjusshi?" ucap Sehun.

Ahjusshi itu tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Ya itu benar." ucap Ahjusshi tersebut. Tiba-tiba Ahjusshi tersebut membungkus lukisan tersebut dan memberikannya kepada Irene.

"Ini untukmu gadis manis. Sepertinya jodohmu memang tuan muda ini. Dan jika aku boleh menebak, aku yakin kekasihmu ini sangat posesif terhadapmu benar?" ucap Ahjusshi tersebut.

"A ya benar Ahjusshi, dari mana Ahjusshi tau?" ucap Irene dengan cepat sebelum Sehun mendahuluinya.

"Hanya menebak saja, ini ambilah." ucap Ahjusshi tersebut. Irene langsung menerimanya dan merogoh sakunya dan memberikannya kepada Ahjusshi tersebut.

"Tidak perlu ini khusus untuk noona."

"Tapi Ahjusshi." tapi Ahjusshi tersebut tetap menolak dan Irene membungkukkan badannya bersama dengan Sehun.

"Terima kasih Ahjusshi." ucap Sehun dan Ahjusshi tersebut mengangguk dan tersenyum simpul.

Irene dan Sehun pergi menjauh dari tempat Ahjusshi tersebut. Mereka jalan beriringan menuju tempat parkir.

"Sehun." panggil Irene sebelum mereka memasuki mobil.

"Ya sayang?"

Grep.

Irene memeluk kekasihnya itu dengan erat. Sehun yang mendapat perlakuan tersebut sedikit terkejut dan langsung membalas pelukan Irene.

"Terima kasih sudah meluangkan waktumu untukku."

"Itu tidak sebanding dengan cintaku padamu Irene." ucap Sehun sambil mengecup puncak kepala Irene.

"Aku lapar."

"Baiklah, mari kita makan banyak hari ini."

"Tidak peduli bagaimana kamus profesional dalam mendefinisikan cinta mereka, aku hanya tahu bahwa tidak ada kata-kata mereka yang cukup kualitatif untuk menggambarkan cinta ku untuk mu dan bahkan milik mu untuk ku."

-Hilang

[✔]• H I L A N G •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang