Saira pov.
"Ira, yang tadi di depan... Mobil siapa?."
"Cowok ya?."
"Penasaran tau Mama Ra."
"Tadi yang nganterin kamu pulang siapa sih?, jawab kek, kok tumben-tumbenan ada yang mau nganterin kamu pulang." cerocos Nyokap gak ada henti-hentinya.
Bayangin aja, dari awal mula gue ngebuka pintu rumah sampe kedalem kamar begini, Nyokap masih aja ngintilin gue sembari menanyakan hal ini-itu yang terus diulang-ulang.
"Ihhh, Mama kepo." ucap gue sambil terkekeh pelan.
"Mama bukannya kepo. Cuman mau tau aja.. Yeee~" elak Nyokap.
"Hmmm." gumam gue menanggapi perkataan Nyokap.
Setelah mengambil beberapa pakaian untuk dibawa ke kamar mandi yang ada di deket dapur --Karena rumah gue cuman punya satu toilet-- tiba-tiba aja tangan Nyokap mencekal lengan gue kuat-kuat.
"Sakit tau Ma ihhh." protes gue tak terima.
"Jawab dulu Saira Maulida." tekan Nyokap sembari menatap gue tajam.
"Mau Ira jawab jujur atau bohong?." tawar gue sembari mengangkat kedua alis gue.
"Mmm... Bohong dulu deh, abis itu jawab jujur loh Ra.. Wong kamu ngomongnya sama Mama kamu sendiri." jawab Nyokap sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Gue pun kembali duduk di pinggiran ranjang, bersebelahan dengan Nyokap.
"Bohong nya.. Dia calon suami Ira,"
"... Kalo jujur nya, dia juga calon suami Iraaaaaaa." ucap gue sembari tersenyum manis membayangkan wajah Captain Morega yang masih melekat di pikiran gue hingga saat ini.
Sementara Nyokap hanya mengernyitkan keningnya bingung mendengar ucapan gue barusan.
"Kok Mama gak ngerti sih Ra?."
Ck. Mendengar penuturan nyokap barusan, gue pun berdecak sebal sembari menatap Nyokap dengan bibir yang mengerucut keatas.
"Ish Mama, maksud Ira tuh... Kemungkinan nya pipti-pipti loh..." jelas gue lagi, harap-harap Nyokap ngerti akan penjelasan gue barusan.
Tapi, Ekspektasi tidak akan sesuai dengan realita.
"Pipti?. Apaan tuh pipti?.. Bahasa astral dari mana itu?." kata Nyokap makin ngawur.
"Pipti itu... kemungkinan Mah, maksudnya; Lima puluh persen, lima puluh persen gituuuu." jelas gue lebih men-detail.
Nyokap pun manggut-manggut ngerti.
"Udah wawancara nya?." tanya gue sembari menatap Nyokap.
"Hmmm... Udah gih sana mandi. Badan kamu bau asem." ejek Nyokap lalu melenggang pergi dari kamar gue.
"Tadi ngedeket-deketin.. Sekarang bilang Ira bau." cibir gue lalu pergi keluar dari kamar menuju kamar Mandi.
***
"Kak, Zacky denger dari Mama... Kakak pas kemaren pulangnya dianterin someone ya?." tanya si Zacky --Adek gue yang baru kelas 2 SMP-- dengan aksen suara yang dibuat untuk menggoda seseorang.
"Iya dong. Emang elu jomblo!?." jawab gue sinis.
"Biasa kali ngomongnya... Jangan pake elpiji." cibir si Zacky sembari memasukan makanan ke mulutnya dengan sendok yang penuh menggunung.
Gue pun mengangkat bahu gue acuh, lalu kembali melanjutkan kegiatan sarapan gue yang sempet tertunda.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me Please Captain (END)
RomanceCita-cita Saira itu salah satunya pengen nikah muda. Itu sih gak masalah, tapi yang bikin mumet lagi, Saira kepengen punya suami Pilot. Katanya sih, biar nanti bisa traveling kemana-mana terus gak bayar buat ongkosnya deh. Aneh memang, tapi... Itula...