Usia kandungan Saira telah memasuki bulan ke sembilan, menurut perkiraan dokter dua minggu lagi ia akan melahirkan buah hatinya bersama Rega.
Kini, ia dan Rega tinggal di rumah mertuanya sampai Saira melahirkan. Entah kenapa, semenjak kejadian itu, Mama mertua nya menjadi baik dan semakin perhatian kepadanya.
Masih ia ingat kejadian sebulan yang lalu saat ia dengan paniknya langsung pulang ke Apartemen setelah mendapat telpon dari Rega yang menandakan bahwa Rega baik-baik saja. Setelah sampai pun, Saira di buat lupa dengan kedua mertuanya yang mengikuti dirinya di belakang. Bahkan saat ia sudah bertemu Rega pun ia masih tidak kepikiran apa-apa. Dan teringat kembali esok harinya, ia pun langsung menelpon mertua nya dan mengucapkan maaf berkali-kali karna sudah lupa mengabari dan melupakan kehadiran mereka kemarin, begitu pula dengan kedua orang tua Saira.
"Captain gak terbang dulu kan selama beberapa bulan ke depan?." tanya Saira was-was.
Rega yang hendak menyuapkan sarapannya pun langsung terhenti lalu mendongakan kepalanya menatap Saira yang sedang mencebik kearahnya.
"Aku udah cuti Sayang. Paling dua bulan lagi aku terbangnya." jawab Rega sembari tersenyum hangat kearah Saira.
Setelah percakapan yang sangat singkat itu, tiba-tiba Saira pun langsung terdiam sembari memegangi perut buncitnya. Kenapa sekarang ia merasa mulas? Begitulah pikirannya.
Ia pun menggigiti bibir bawahnya guna mengalihkan rasa sakit yang mendera perutnya.
"Aku.. Ke air dulu sebentar." ucap Saira lalu beranjak dari duduknya sembari memegangi perut buncitnya.
Setelah sampai di kamar mandi, Saira pun mematut dirinya di depan cermin yang ada disana. Ada apa dengan perutnya ini? Perasaan dia tidak memakan makanan yang pedas.
Saira pun mencengkram kuat ujung dress ibu hamilnya. Perutnya semakin terasa mulas kali ini.
Matanya pun berkaca-kaca, air mata sudah berada di ujung matanya, tinggal ia kedipkan kedua matanya, maka air mata itu akan tumpah membasuhi kedua pipinya.
"Ca-- Capt-- Captain..." panggil Saira lirih.
Ia pun meluruh diatas lantai Kamar Mandi, masih dengan tangan yang memegangi perut buncitnya, Saira pun kembali memanggil Rega dengan sisa-sisa suaranya.
"Captainnnn.. Sakittttt." panggil Saira sedikit berteriak.
Rega yang sudah selesai dengan sarapan nya pun langsung membelalakan matanya ketika mendengar suara jeritan kesakitan istrinya. Dengan gerakan yang gesit, Rega pun bangkit dari duduknya dan berlari kearah kamar mandi.
'Brak'
Pintu pun langsung terbuka dengan lebar. Mata Rega pun semakin membelalak saat melihat Saira yang menangis kesakitan sembari memegangi perut nya.
"Ss.. Sakitt." lirih Saira lagi.
Buru-buru Rega pun langsung menggendong Saira dan membawanya ke mobil.
"Mah, Saira mau lahiran." ucap Rega panik saat melihat Mamanya yang hendak berjalan kearah dapur.
Mata Mamanya pun membelalak lebar, "kamu bawa Saira ke mobil dulu. Mama mau ambil perlengkapan Saira sama debaynya nanti untung aja udah di rapihin." ucap Mamanya lalu berlari kearah Kamar Rega yang sudah pindah di lantai bawah.
***
-Rumah Sakit.
"Udah ngabarin mertua kamu kan Ga?." tanya Papa Rega sembari menatap putranya yang berjalan maju mundur di depan ruang bersalin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me Please Captain (END)
RomansaCita-cita Saira itu salah satunya pengen nikah muda. Itu sih gak masalah, tapi yang bikin mumet lagi, Saira kepengen punya suami Pilot. Katanya sih, biar nanti bisa traveling kemana-mana terus gak bayar buat ongkosnya deh. Aneh memang, tapi... Itula...