Saira pov.
Sudah berminggu-minggu berlalu sejak kejadian itu, dan sekarang gue lagi ada di lapangan sambil merhatiin penjelasan dari Pak Bambang-- guru olahraga gue di sekolah.
"Sekarang materi nya apasih?." tanya gue sembari menyeka keringat yang ada di pelipis gue.
Jangan heran kenapa olahraga belum di mulai dan gue udah banjir keringet kek gini. Ya karena, jam pelajaran OR di kelas gue itu jam akhir. Jam nya orang pada tidur atau molor di kelas.
"Lari." jawab si Erlin singkat lalu kembali lagi untuk fokus mendengarkan penjelasan Pak Bambang di depan.
Gue pun menghela nafas gue pelan. Daritadi teori mulu dah perasaan. Terus, praktek nya kapan coba?.
"Ada yang ingin di tanyakan lagi?." tanya Pak Bambang yang kesekian kalinya.
"Gak ada Pak." jawab kami serempak.
"Oke, sekarang waktunya kita praktek. Kkm buat pelajaran ini 80 ya, jadi kalian harus bisa dapetin nilai minimal 85." jelas Pak Bambang lagi.
Gue sama temen-temen pun langsung bangkit dari duduk lesehan kami di lapang. Lalu berjalan mendekat kearah Pak Bambang yang ada di tempat yang teduh-- bawah pohon.
"Mau pilih sesuai absen atau acak?." kata Pak Bambang sembari membuka daftar absen murid kelas XI-IPS1.
"Acak pak acak." jawab gue cepat.
"Iya pak acak aja, absen terakhir jadi kebagian di akhir melulu." tambah si Zidan.
"Yaudah, kita pilih secara acak ya. Untuk yang pertama; Cindy, Nabila, sama Seva." ucap Pak Bambang sembari menunjuk letak dimana posisi mereka di lapangan.
Gue pun menyandarkan tubuh gue ke si Lina. Kenapa perut gue tiba-tiba sakit banget ya?. Padahalkan gue gak makan yang pedes-pedes pas istirahat tadi. Tapi.. Ini tuh bukan sakit perut pengen pup. Gue juga agak aneh sama sakitnya.
"Lo kenapa Ra?." tanya si Vivi sembari menaikan sebelah alisnya keatas.
"Gapapa kok." jawab gue bohong.
"Yang kedua; Saira, Mutia, Anna." ucap Pak Bambang sembari menunjuk kearah posisi gue buat lari.
Gue pun maju ke depan lalu berjalan kearah tempat yang sudah di instruksikan Pak Bambang tadi.
'Pritttt'
Suara peruitan langsung membuat lamunan gue buyar. Ya ampun, ini perut kenapa sih?. Apa gue mau haid kali ya?.
Gue pun berlari mengelilingi lapangan sebanyak tiga kali untuk siswi perempuan.
Setelah selesai, gue pun langsung berjalan mendekati Pak Bambang untuk mengintip berapa nilai gue tadi.
Lumayanlah gue dapet 88. Gue pun langsung mendudukan diri gue di sebelah si Nabila yang sedari tadi asyik bermain handphone.
"La." panggil gue pelan.
Si Nabila pun mendongakan kepalanya lalu menatap gue dengan kening yang berkerut bingung.
"Lo pucet banget sumpah Ra. Kenapa? Sakit?." tanya si Nabila sembari memegang jidat gue memakai punggung tangannya.
"Perut gue sakit." jawab gue lirih.
"Dih pengen boker kali lu." ucapnya santai sembari memainkan handphone nya kembali.
Gue pun menggeleng-gelengkan kepala gue pelan.
"Nggak. Sakitnya beda." ucap gue sembari mencengkram perut gue guna mengurangi rasa sakit yang semakin terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me Please Captain (END)
Roman d'amourCita-cita Saira itu salah satunya pengen nikah muda. Itu sih gak masalah, tapi yang bikin mumet lagi, Saira kepengen punya suami Pilot. Katanya sih, biar nanti bisa traveling kemana-mana terus gak bayar buat ongkosnya deh. Aneh memang, tapi... Itula...